"Are you okey?" Ares membantu Dario berdiri dan duduk kembali di kursinya
Ares memperhatikan Dario yang masih sibuk menormalkan napasnya yang terengah. Dalam hati Ares merasa cukup khawatir dan ketakutan dengan kondisi putranya sekarang. Dia sempat berpikir apa ini karena dulu sewaktu Dario kuliah dia mengalami kejadian sial karena kakak kelasnya? Dario masih sibuk menormalkan napasnya tapi, dia tahu ayahnya tengah menatap khawatir ke arahnya
"I'm fine Dad, Mom..." ujar Dario dengan senyum kecil di bibirnya
Tidak bisa dipungkiri dada Dario masih cukup sakit, paru-parunya masih menormalkan segala sesuatu yang sempat terhenti lantaran cekikan ayahnya tadi. Dalam hati Dario berjanji tidak akan lagi bermain-main dengan kemarahan ayahnya yang benar-benar menyeramkan
'Benar-benar sumbu pendek!' batin Dario
Dario berdiri kembali dan menarik napasnya dalam-dalam sebagai akhir dari sesi menormalkan jalan napasnya. Dia memberikan senyuman terbaiknya bagi sang ibu dan memeluk ibunya erat-erat
"Alex nggak apa-apa Mom. Jangan nangis! Alex nggak suka lihat Mom nangis" ujarnya pada Kanaya
Bukannya berhenti tangisan Kanaya makin menjadi. Dia memeluk putranya yang sudah jauh lebih tinggi darinya. Dario sibuk mengusapi punggung ibunya sambil membisikan kalau dirinya baik-baik saja. Setelah tenang Kanaya menjauhkan diri dan menarik putranya untuk sedikit menunduk, dia mencium pipi kiri Dario
"Jangan membuat Mom khawatir!" ujar Kanaya
"Maaf Mom..."
"Kamu tidak akan mengerti bagaimana khawatirnya kami padamu, Lex"
"Maaf Mom... Alex salah..."
'Alex ngerti Mom, sangat mengerti bagaimana rasanya orang tua takut dan khawatir sesuatu terjadi pada anak-anaknya. Karena itu yang sedang Alex rasakan sekarang...' batin Dario
Setelah menyelesaikan masalah dan salah paham diantara mereka bertiga, Kanaya dan Ares memilih pulang. Dario langsung menghubungi Gael dan menanyakan dimana Brian. Gael mengatakan Brian ada di pelabuhan Andlesia dan sedang melakukan proses syuting. Gael juga melaporkan kalau Brian terluka karena adegan-adegan yang gagal dia lakukan
"Apa mereka tidak memberikan stuntman?" tanya Dario
"Ada Sir, tapi, young master yang ingin melakukannya sendiri"
"Kamu boleh keluar" ujar Dario
Dario memijat keningnya dan menghembuskan napas lelah. Masalah kali ini datang secara bersamaan. Satu kedua orang tuanya diserang di perjalanan dan itu berada di daerah yang dia kuasai dengan sangat baik. Ditambah dengan sosok yang menyelamatkan kedua orang tuanya yang kemungkinan besar adalah Brian putranya. Dan lagi perjodohan konyol yang akan dilakukan oleh kedua orang tuanya. Dan Dario yakin seyakin-yakinnya ayahnya tidak akan tinggal diam soal masalah perjodohan dan besok pasti ayahnya akan kembali datang
"hhh!!!" Dario menghela berat
"Pengen gue copotin dulu nih kepala kalo bisa!" gerutu Dario
Dario memutuskan mengambil jasnya dan berjalan keluar dari kantornya. Berada di kantor pada saat kepalanya penuh tidak akan menyenangkan. Dario memilih pulang ke rumahnya saja. Dia segera menaiki helicopter miliknya dan memejamkan matanya sekilas. Brian sendiri di lokasi syuting sedang melakokan bagian terakhir untuk hari ini. Setidaknya itu sebelum suara bising helicopter membuat syuting tertunda sejenak. Brian mendongakan kepalanya dan mengernyit saat melihat helicopter itu adalah helicopter milik ayahnya
"Dia sudah pulang?" gumam Brian. Brian melirik arloji di tangannya dan semakin mengernyit
"Ini bahkan belum jam sembilan malam"
"Wah.. sepertinya kita sudah bisa lanjutkan lagi proses pembuatan filmnya" ujar sutradara membuat Brian kembali bersiap
Dario duduk di ruang santai keluarganya dengan kepala yang masih berdenyut nyeri, memikirkan semua kejadian yang terjadi dalam satu hari ini
"Siapa pelakunya? Siapa juga yang menyelamatkan Dad? Ryan kah?"
Dario menoleh saat mendengar pintu di belakangnya terbuka. Dia mendapati Brian berdiri di dekat pintu dan baru saja menutup pintu besar itu. Brian berjalan ke arah ayahnya dan duduk di sebelah ayahnya
"Dad sudah pulang? tumben sekali" ujar Brian
"Hn. Sedang ingin berada di rumah"
Brian menutup sejenak matanya dan kembali membuka mata birunya yang serupa dengan sang ayah
"Dad" panggilnya
"Hm?"
"Beritahu Grandpa, hati-hati pada Petter Lawrence"
Dario mengernyit dan langsung menoleh menatap ke arah putranya
"Kamu barusan bilang apa?"
"Grandpa disini kan? Beritahu Grandpa, berhati-hatilah pada Petter Lawrence"
"Darimana kamu tahu mereka ada disini?"
"Brian melihat mobil mereka tadi pagi lalu, orang yang mendanai seluruh proses pembuatan film yang Ryan mainkan adalah Petter Lawrence. Saat waktu istirahat dan pergantian lokasi, Ryan tidak sengaja mendengar ucapan Lawrence yang sedang bertelepon. Dia mengirimkan orang untuk menghabisi Grandpa. Mulai dari di jalan sampai ke Le Ciel. Semua pembunuh bayaran sudah berada disana"
"Kamu yang membawa mereka ke Le Ciel?"
Brian mau tidak mau mengangguk perlahan.
"Kamu terluka karena film atau karena itu?" tanya Dario lagi dengan kesabaran yang mulai menipis
"Karena itu, dan semua kesalahan di lokasi syuting hanya cara untuk menutupinya"
Dario langsung berdiri dan meninju dinding terdekat. Brian sedikit bergenjit kaget. Dia segera membuka mulutnya untuk menjelaskan pada sang ayah
"Dad, sungguh Ryan hanya tidak ingin terjadi sesuatu pada mereka. Ryan tidak terpikirkan cara lain lagi. Yang ada di otak Ryan saat itu hanya menyelamatkan mereka"
"Kau bisa memberitahu aku!!" ujar Dario dengan nada yang cukup tinggi dan menandakan kemarahannya
Brian menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa Dad. Ryan tidak bisa memberitahu mu. Mereka mengincarmu juga"
"Aku punya banyak anak buah Ryan! Dan kau?! Kau bahkan hanya sendirian!!!"
Brian mengakui dia salah dengan pergi begitu saja untuk menyelamatkan kakek dan neneknya tapi, Brian tidak suka saat ayahnya berkata seolah dirinya tidak akan bisa berbuat apapun. Karena hal itu mengingatkan dia pada ucapan orang yang beberapa bulan lalu mengirimkan paket bom ke mansion mereka. Tersulut emosi, Brian berdiri dan menatap tajam Ayahnya
"Ryan sudah bilang kan, Ryan hanya terpikirkan cara itu! Dan alasan aku melakukan itu karena kau! Karena mereka berharga buatmu lebih dari kami semua di mansion ini!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's 2
RomansaKetika kehidupan seorang Dario Alexander jungkir balik hanya karena salah paham. Akankah dia mendapatkan kembali dunia, nyawa, dan hidupnya? Akankah keluarga kecilnya kembali utuh? -"Don't go, please. Sweetheart, don't leave me! I'm sorry"- Dario Al...