Note:
Bonus buat temanin kakak2 sahur sekalian buat nyemangatin kakak2 yg bsk masih harus kuliah dan kerja, atau buat adik2 yg bsk masih masuk sekolah...
Tapi tenang aja, besok aku up kok kayak biasa...
Selamat membaca
.........
"I'm sorry Dad"
Ucapan dari bibir Brian membuat Dario menoleh sejenak dan melihat anaknya sudah kembali tidak sadarkan diri dengan alis yang berkerut. Dario mengusap punggung tangan Brian sejenak.
"You are always forgiven son. Always..."
-------------Lisbert International Hospital. 1 pm
"Dad!" Brian membuka matanya dengan napas memburu
Dia melihat ruangan di sekelilingnya berwarna putih dan dia juga mencium bau obat dan alkoholl yang kuat
'Rumah sakit' batin Brian
Seketika ingatannya tentang sang ayah membuat dia segera bangun dari posisinya meski dengan ringisan di bibirnya. Dia mencabut jarum infusnya setelah dia mematikan aliran infus itu tentunya. Brian keluar dari kamarnya dan berjalan perlahan dengan bantuan dinding rumah sakit sebagai penyangga badannya. Ringisan demi ringisan keluar dari bibir Brian lantaran badannya terasa remuk
"Young Master" panggilan itu membuat Brian menoleh
Winson segera menghampiri Brian dan memapah tuan mudanya itu. Dia mendudukan Brian di kursi yang tersedia di lorong
"Dimana Daddy?" tanya Brian
"Sir ada di dalam"
"Lukanya?"
"Sudah dioperasi. Saya sungguh salut pada Sir"
Brian mengernyit. "Lanjutkan" titahnya
"Sir mengemudikan mobilnya sampai kesini dengan keadaan luka yang cukup memprihatinkan. Beliu bahkan masih bisa menunggui anda sampai Kanato membawa kabar abda baik-baik saja. Baru setelah itu Sir tidak sadarkan diri karena kekurangan darah akibat luka yang dideritanya"
"Apa kalian memberitahu Mom?"
Winson menggelengkan kepalanya. "Sir melarang kami"
Brian mengangguk. Dia terdiam di kursi dan memejamkan matanya sejenak
"Sebaiknya anda mendengarkan saran dari Sir, young master. Nyawa anda benar-benar dalam bahaya jika anda terus melakukan pekerjaan itu. Meski Sir tidak bilang tapi, Sir sangat mengkhawatirkan anda"
Brian sedikit mendengus. "Mengkhawatirkan aku? Yang benar saja! Dia hampir membunuhku saat terakhir kami bertemu di penthouse"
"Itu karena beliau gelap mata, young master. Sebenarnya, Sir sedang mengumpulkan anak-anak kami untuk dijadikan pengawal anda dan nona Chea juga nona Michelle. Selama ini juga, Sir selalu mengawasi kegiatan anda dari jauh. Hanya saja anda cukup pandai memanfaatkan waktu sampai kami tidak tahu kalau anda menjadi pembunuh bayaran"
Brian masih diam dan mendengarkan
"Sir memarahi kami semua habis-habisan karena, pekerjaan sampingan tuan muda lolos dari pengamatan kami. Sir, menghukum kami semua ketika anda terluka akibat menyelamatkan kakek dan nenek anda"
"Daddy di dalam?" tanya Brian memutus ucapan Winson
"Iya Young master"
Brian berdiri dan sedikit meringis. Dia berjalan memasuki kamar rawat ayahnya yang serupa dengan kamarnya. VIP room. Brian melihat Gael sedang duduk di sofa yang ada disana bersama Cello dan Jordan
"Young master" panggil ketiga orang itu. Mereka langsung berdiri, Gaek langsung mendekati Brian
"Young master baik-baik saja?" Brian mengangguk
"Bagaimana Dad?"
"Kondisi Sir stabil, dua peluru yang ada di pinggang dan perut bagian atas sudah dikeluarkan oleh Kanato tadi. Sir tadi sudah sadar namun, efek biusnya masih tersisa jadi, Sir kembali tertidur"
"Dad baru tidur atau dari tadi?"
"Baru saja. Sekitar 10 menit yang lalu young master"
Brian mengangguk. "Aku ke dalam dulu" ujarnya dan Gael mengangguk
Memang kamar rawat ini memiliki dua pintu. Begitu masuk dari pintu pertama, kalian akan melihat satu set sofa dan meja, dapur kecil, kamar mandi dan pintu menuju ke tempat pasien dirawat. Brian membuka pintu menuju tempat ayahnya dengann perlahan. Dia duduk di sebuah sofa yang ada di dekat jendela. Matanya memperhatikan ayahnya yang tengah terlelap tak jauh darinya
"I'm sorry" bisiknya
Brian memang mengakui semua terjadi karena dirinya. Kalau saja dia tidak terlelap malam itu, dia pasti bisa melawan mereka semua tanpa kesulitan. Dan jika dia berhasil melawan mereka, dia tidak akan dibawa oleh mereka dan ayahnya tidak perlu datang untuknya
Brian memejamkan matanya. Membiarkan airmatanya turun sebelum dia menghapusnya. Dia merasa benar-benar bersalah pada ayahnya
'Mereka benar Dad. Aku lemah dan pengecut. Dad selalu melindungiku dan menamengiku. Aku bukanlah apa-apa jiks bukan Dad yang melindungiku' batin Brian
Brian menghapus sisa airmatanya. Dia duduk dalam diam di sudut kamar itu. . Ketika tiba-tiba jantungnya berdetak dengan sangat cepat dan kepalanya terasa mengambang, disusul rasa sakit di seluruh sendi badannya hingga ke tulang-tulangnya. Seolah seluruh badannya sedang memberontak pada Brian dan membiarkan Brian merasakan rasa sakit yang teramat
Brian berdiri perlahan dan berjalan menuju ke ruang tamu. Rasa sakit di badannya membuatnya tersiksa dan terhenti di dekat kaca transparan besar yang membatasi salah satu dinding ruang tamu dengan ruang rawat
Tuk! Tuk! Tuk!
Brian mengetuk kaca itu. Gael menoleh melihatnya dan dengan cepat Gael menghampirinya di ruang rawat ayahnya
"Tolong bawa aku keluar" pinta Brian dengan berbisik
Gael memapah Brian keluar dengan perlahan. Takut mengganggu istirahat Dario
"Arrrgghh!" jerit Brian saat dia dan Gael sudah berada di lorong rumah sakit itu. Tangannya tanpa sengaja mencengkram lengan Gael dengan erat.
"Young master are you okey?" tanya Gael
Brian tidak menjawab. Dia hanya menjerit kesakitan. Winson menggendongnya dan membawanya kembali ke ruang rawatnya. Sementara Gael memanggil Kanato dan segera menyusul ke kamar rawat Brian
"Bagaimana?" tanya Gael
Kanato menggeleng. "Apa Alexander sudah sadar? Aku harus membicarakan ini padanya"
Kanato baru mau pergi dan Brian menarik lengan Kanato, membuat pria itu berbalik
"Don't tell him!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's 2
RomansaKetika kehidupan seorang Dario Alexander jungkir balik hanya karena salah paham. Akankah dia mendapatkan kembali dunia, nyawa, dan hidupnya? Akankah keluarga kecilnya kembali utuh? -"Don't go, please. Sweetheart, don't leave me! I'm sorry"- Dario Al...