Part 64

2.7K 156 11
                                    

Tak ada yang berani menanyakan kepada Fateh, Akbar yang biasanya ngak bisa diam terdiam seketika.

"A..teh, kamu ngak apa-apa?" tanya Fatim memberanikan diri.
"Menurut lo?" dingin Fateh lalu berjalan ke luar rumah melewati Fatim yang menunduk.
"Maaf Tim.." bisik Fateh saat melewati Fatim yang menunduk.

Ia pergi ke taman belakang rumahnya, menenangkan diri.
"Kenapa gue tiba-tiba dingin? Kan gue awalnya hanya prank pura-pura dingin, tapi kenapa tiba-tiba gue jadi dingin beneran, batin Fateh.
"Ah.. Bodo gue ngk peduli.." kesal Fateh.
"Arghh.." kesal Fateh tiba-tiba, entah kenapa hari ini, ia sangat berbeda.

POV Fatim
Gue jadi khawatir sama Fateh, ia tiba-tiba bicara ketus sama gue, langsung pergi dan minta maaf.

Dia ngak biasanya kayak gini,gue pengen nyusulnya ke taman belakang tapi nanti dia marah. Gue harus gimana, gue khawatir dengan dia.

Apa lebih baik gue nyusul dia aja? Bodo amat gue nyusul aja, masalah dia marahin gue ato apa, gue bakalan ambil resikonya!, batin Fatim.

Fatim berjalan perlahan-lahan menuju bangku yang Fateh duduki, terlihat ia kesal dan bingung.Sambil memegang kepalanya dengan kedua tangannya.

Fateh menyadari kedatangan Fatim, ia langsung menoleh ke belakang. Fatim terlihat menunduk tidak berani menatap Fateh yang menatapnya.

"Kenapa menunduk?" tanya Fateh masih menatap Fatim.
"Apa kamu tidak kesal dengan kedatanganku tiba-tiba?" tanya Fatim hati-hati.
"Kenapa aku kesal,duduk lah di sini. Aku takkan kayak tadi!" ucap Fateh mempersilahkan Fatim duduk.

Hening, itulah yang terjadi pada mereka. Tertawa, canda dan ngambek hancur menjadi hening. Entah akibat dari perkataan Fateh dan sikapnya tapi tak ada satupun uang berani menanyakan hal itu, takut akan masalahnya tambah besar.

Bahkan menatappun mereka tidak ada, mereka tetap menunduk atau menatap sekeliling.

"Hm..Tim aku minta maaf sama kamu yah! Soal tadi aku menjawab pertanyaanmu dengan ketus dan dingin." ucap Fateh merasa bersalah.
"Tidak apa-apa, aku tau kamu lagi badmood kan?"tanya Fatim masih menunduk.
"Ngak tau, tiba-tiba aku merasa ingin tenang dan bersikap dingin pada kalian." ucap Fateh terus terang menatap Fatim.
"Aku akan berusaha menjadi mentari agar kamu tidak bersikap dingin." ucap Fatim menoleh ke Fateh.
"Sekuat-kuatnya mentari mencairkan es, masih meninggalkan sisa. Dalam arti kata, itu sia-sia dan sifat dinginku itu abadi." ucap Fateh membuat Fatim kembali menunduk.
"Tetapi, itu sudah lebih baik dari pada es. Karena mentarimu akan selalu abadi, aku bagaikan bulan yang dingin, tenang, sendirian dan di antara gelapnya malam. Kamu adalah mentari yang cerah dan selalu menebarkan kebahagian dan keceriaan kepada semuanya membuat langit menjadi cerah dan terang karena sifatmu." tambah Fateh menyemangatkan Fatim.
"Mentari dan bulan itu saling berdampingan, bersama-sama untuk menutupi kekurangan menjadi kesempurnaan dan kita adalah sahabat yang sempurna." ucap Fatim semangat.
"Sahabat?maksudmu?" ucap Fateh memastikan apa yang dikatakan Fatim.
"Memang kenapa? Kamu tidak menganggap aku sahabat atau kamu ingin.. Lebih dari sahabat?" ucap Fatim hati-hati.
"Hm.. Seterah kamu mau anggap aku apa?" ucap Fateh menunduk.
"Maaf dengan kata-kataku yah?" ucap Fatim bersalah.

Mau tau kelanjutannya?
Ikuti terus cerita ini..
Tapi sebelum itu..
..Follow🚶‍♀
📖Read..
..Support star🌟
Andd..
🧐Comentt..
No forget to guys

Badboy's cold love [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang