"Don't cry because i don't like it." ucap seseorang.
"Fateh.."lirih Fatim membalikkan badannya.Ia terkejut melihat seseorang yang di tangisinya berada di sini, hanya saja kenapa di seperti tembus pandang dan dia semakin hilang oleh cahaya hanya senyumannya yang tetap bercahaya.
"Ngak! dia ngak mungkin pergi!"ucap Fatim bersikeras.
Tanpa ia minta seseorang memeluknya dengan erat. Fatim mengetahui itu ia hanya bisa membalas pelukan kedua sahabat perempuannya itu. Hanya mereka yang membuat ia tenang, Akbar dan Muntaz dari tadi cowok itu tidak berkata. Ia di penuhi rasa penyesalan yang luar biasa.
"Lo harus kuat! gue yakin lo bisa, Fateh ingin lo bahagia kan? Tunjukkan padanya kalo lo bahagia Tim." ucap Syira menguatkan sahabatnya itu.
"Benar Tim, lo harus kuat. Gue bisa merasakan yang lo rasakan, emang sakit di tinggal orang yang di sayangi tapi itulah takdir. Lo taukan nyokap sama bokap gue meninggal kecelakaan pesawat. " tegar Soleha, ia ingin menangis tapi itu hanya membuat ia benci akan takdir.
"Kita harus kembali ke Jakarta, orang tua Fatim lagi kerja di Inggris dan Kak Iyyah kuliah di amsterdam." ajak Akbar membuka mulut.Fatim hanya mengangguk berjalan di rangkul kedua sahabatnya itu, ia berusaha kuat seperti di katakan Soleha dan Syira. Ia harus membuktikan kalo ia bahagia tanpa Fateh, mereka pergi ke rumah Fatim untuk membereskan barang Fatim dan Soleha.
Keesokkan harinya...
Mereka berangkat menggunakan mobil Akbar, untuk menghilangkan ke tegangan Akbar sengaja menghidupkan radio di mobilnya.
Awalnya mereka hanya terhibur oleh lagu-lagu sampai ada berita tentang kecelakaan pesawat. Mereka sedikit tegang, akan kecelakaan itu tetapi mereka tidak mengetahui sahabatnya berada di pesawat itu.Perjalanan semakin hangat, Fatim mulai tersenyum. Akbar juga menghibur mereka lewat canda dan gombalannya untuk Syira.
Di tambah dengan sikap Muntaz dan Soleha yang bikin mereka tertawa melihat tingkah lucu dan salting mereka. Meskipun terlihat bahagia, Fatim merindukan seseorang yang selalu membuatnya bahagia dan menanggung semua kesedihannya, Fateh. Hanya nama itu yang bisa ia ucapkan sebagai obat perindunya dan lukisan yang di lukisnya.
Saat mereka bermalam di sebuah penginapan, mereka semua tertidur dngan nyenyak kecuali Fatim yang bermimpi sesuatu yang tidak di inginkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy's cold love [completed]
Ficção Adolescente!!!Belum di revisi!!! Kedinginan ku takkan berubah walau mentari mencairkannya, tapi setekad tekadpun mentari mencairkan, masih menyisakan air yang meleleh. -Fateh Halilintar Ku akan menjadi mentari, walau ku tau dinginmu takkan berubah. Tapi ment...