Part 83

2.4K 139 4
                                    

Malam hari tiba, Fateh masih belum bangun. Bang Saaih yang mengkhawatirkan keadaan adiknya itu, segera mengundur waktu makan malamnya dan menaiki lantai dua memasuki kamar adiknya itu.

Terlihat Fateh masih terbaring di tempat tidur dengan tenang, Awalnya bang Saaih hanya meneriaki namanya tapi tidak ada balasan dari Fateh, karena bang Saaih kesal. Ia segera mengguncangkan tubuh adiknya itu, tidak ada jawaban dari adiknya. Karena khawatir Bang Saaih memeriksa nafas Fateh dan urat nadi Fateh, sekitar 10 detik bang Saaih baru tahu adiknya bukan tidur melainkan pingsan.

Karena terkejut bang Saaih mengambil minyak kayu putih milik Fateh, lalu mendekatkannya ke hidung dan menggosokkan ke kepala.

Lima menit berlalu, mata Fateh terbuka dengan pelan. Ia melihat Bang Saaih dengan wajah khawatir padanya, terselip kebahagian saat melihat dirnya terbangun.

"Fateh?" panggil Bang Saih memastikan Fateh benar-benar sadar.
"Bang Saaih.." lirih lemas Fateh.
"Makan yuk! Abang udah buatkan bubur, kamu juga belum minum obatkan?" ujar bang Saaih.
"hm.."ucap Fateh mengangguk pelan.
"Abang suapin yah? Nih, minum air hangatnya!" ucap Bang Saaih menyodorkan segelas air hangat kepada Fateh.

Fateh hanya diam, menuruti apa yang bang Saaih katakan. Terpikir oleh Fateh, ia memiliki penyakit apa. Kenapa ia tidak boleh terluka atau berdarah. Tapi semua pertanyaan itu, tidak Fateh tanyakan sekarang ia tahu bang Saaih khawatir dengan dirinya.

"Buka mulutnya Fateh..." ucap pelan Bang Saaih.
"I.. Iya.." ucap Fateh membuka mulut, bubur yang di berikan terasa lebih enak dari pada bubur di rumah sakit yang rasanya hambar tetapi, bubur ini membuat Fateh semangat untuk makan.

Bang Saaih terlihat senang, karena Fateh tidak menolak makan bahkan ia menuruti apa yang di mintanya.

"Bang Saaih.... Buburnya.." polos Fateh meminta bubur seperti anak kecil meminta lolipop.
"Haha.. Iya nih! A..." ucap bang Saaih sambil terkekeh.

Fateh langsung mulutnya, satu suapan terakhir habis oleh Fateh. Bang Saaih segera beranjak dari tempat tidur Fateh, pergi ke meja Fateh dan mengambil obatnya Fateh.

"Nih! Minum obatnya!" ujar bang Saaih.
"Banyak amat bang... Kenapa Ateh harus minum ini semua? Segitu parahnya penyakit Ateh ya bang?"
Tanya Fateh membuat bang Saaih terdiam.
"Bang Saaih kenapa diam? Apa bang Saaih merahasiakan sesuatu dari Fateh?"tanya Fateh membuat bang Saaih benar-benar tidak dapat berkata apapun.
"Ngak.. Abang ngak tau kenapa banyak.. Mungkin.. Peningkat stamina Fateh aja.." ucap bang Saaih berbohong.

Fateh hanya mengangguk mengerti, walau ia masih ragu dengan jawaban bang Saaih.

"Maaf abang ya Fateh.. Abang berbohong sama kamu, abang sebenarnya ngak tega lihat kamu tersiksa seperti ini.." , batin Bang Saaih memandang Fateh yang sibuk meminum obatnya.

"Bang Saaih, Fateh mau tidur dulu yah!" ujar Fateh menarik selimut.
"Oke bang Saaih ke kamar mau buat tugas. Selamat tidur adek kesayangan abang.." ucap Bang Saaih tersenyum, senyuman itu langsung di balas oleh Fateh.

Mau tau kelanjutannya?
Ikuti terus cerita ini...
Tapi..
Sebelumnya Follow, Read, Vote And Comentt..
No forget to guyss!

Badboy's cold love [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang