Suara kicauan burung membangunkan tidur nyenyak seorang gadis cantik.
Alice menghela nafas panjang dan merubah posisinya menjadi terududuk dengan mata masih terpejam. Di buka mata perlahan, segera ia turun dari kasur dan berjalan gontai menuju kamar mandi bersiap ke sekolah. Setelah mandi dan siap dengan seragam sekolahnya, Alice turun ke lantai bawah dan menuju ruang makan
"Pagi." sapa Alice dengan wajah datarnya. Di ruang makan sudah ada Elvin dan Atha
"Pagi sayang," balas Elvin dan Atha
Alice langsung duduk di kursi sebelah Atha, tanpa bicara lagi. Ia melahap sarapan paginya. Namun kegiatannya terhenti saat sang ayah berucap.
"Kamu, ikut ayah pertemuan dengan perusahaan Arslan Corp" ucap Elvin tiba-tiba.
Alice menatap Elvin dengan wajah datarnya. "Kenapa harus aku, kak Atha kan bisa ?" tanya Alice dingin
Atha menatap sang adik, "Ayah mau nya kamu. Kamu tau kan ayah tidak suka penolakan. " balas Elvin dengan tatapan tajamnya.
Alice tersenyum kecut, "Kalau Alice gak mau ?" tanya Alice sambil menaikan alisnya.
Rahang Elvin langsung mengeras. "Terpaksa semua fasilitas kamu, ayah cabut dan..." jeda Elvin
Atha merasa bersalah dengan Alice. Karena Alice di ikut campurkan dalam perusahaan.
"Ayah akan hancurkan teman-teman kamu itu. Siap namanya...oh! Emery" lanjut Elvin
Tangan Alice yang berada di atas pahanya seketika mengepal. Sungguh, emosinya tiba-tiba bergejolak. Alice paling tidak suka, keluarganya melibatkan teman-temannya untuk kepentingan mereka. Apa lagi berhubungan dengan Emery. Tidak akan Alice biarkan.
Alice menghela nafas kasar. "Iya, Alice ikut." terpaksa Alice. Ia langsung bangun dari duduknya meninggalkan ruang makan. Mood pagi nya hancur karena ayahnya
Atha menatap kepergian Alice. "Yah, kenapa harus melibatkan Alice ?" tanya Atha.
Elvin selesai makan. "Ikuti apa kata ayah, Atha. Kamu tinggal duduk manis, biarkan ayah dan Alice yang bergerak" balas Elvin dan langsung meninggalkannya Atha yang kesal dengan ucapan ayahnya barusan.
Atha mengepalkan tangannya. Kenapa ia tidak bisa bertindak untuk membela adiknya. Ia sudah tau semua rencana ayahnya.
"Alice! Selamat!" ucap Jeny heboh saat melihat Alice masuk kelas.
Alice tersenyum tipis. "Hmm, makasih" balas Alice.
Jeny mendengus, sungguh ia kesal dengan respon Alice yang datar.
"Respon lo gitu amat. Sebel ih!" gerutu Jeny
Alice kembali tersenyum tipis. "Terus gue harus apa ?" tanya Alice
"Senyum lebar kek, atau iyah! Makasih Jeny!" ucap Jeny heboh. Ia memperagakan bagaimana Alice harus meresponnya
Alice terkekeh, "udah ah," setelah Alice meletakan tas nya ia keluar kelas.
"Mau kemana ?" tanya Jeny
"Jalan-jalan" balas Alice
"Eh! Ikut dong!" ucap Jeny, ia berjalan di sebelah Alice dan merangkulnya
Koridor kelas
Banyak sepasang mata yang menatap ke arah Alice. Tentu karena statusnya sebagai primadona SMA Raflesh. "Lihat, banyak yang natap lo ruh" ucap Jeny berbisik. Namun Alice tidak peduli, ia tetap berjalan.
Jeny mendengus. "Mau kemana sih?" tanya Jeny
"Perpustakaan" balas Alice
"Lah! Kalau ke perpus gak deh, gue males lihat buku pagi-pagi" ucap Jeny melepaskan rangkulannya pada Alice
"Siapa suruh ikut" balas Alice, membuat Jeny cengir kuda.
"Ya udah, bye. Gue mau ke kantin" ucap Jeny dan langsung meninggalkan Alice seorang diri.
Alice geleng-geleng kepala dengan tingkah temannya yang satu ini.
Tiba nya Alice di perpustakaan, ia langsung menuju rak buku dan mencari buku yang ingin di pinjamnya. Letak rak buku nya berada di paling pojok.
"Ihh! Susah banget sih!" gerutu Alice. Letak buku yang ingin di ambilnya berada di rak paling atas.
"Ini" ucap seseorang dengan suara beratnya, menyentuh buku yang Alice inginkan membuat tangan orang itu bersentuhan dengan tangan Alice.
Alice segera berbalik badan.
Chup!
Mata Alice melebar sempurna, keningnya tercium oleh orang itu.
"Sorry, gue ga-"
Alice segera bergeser ke sisi kanan agar dirinya tidak terlalu dekat dengan cowok itu. "Ga-gapapa" balas Alice, entah mengapa dirinya menjadi gugup.
"Ekhmm...Mau yang mana buku nya ?" tanya cowok itu
Alice berdehem juga, menetralkan ekspersinya. "I-ini, cover buku warna hitam" balas Alice.
Cowok itu mengangguk dan mengambilkannya untuk Alice, setelahnya memberikan ke tangan Alice.
"Makasih" ucap Alice menatap cowok itu.
Cowok itu tersenyum tipis. "Masih ingat nama gue ?" tanyanya sambil membungkuk, mensejajarkan wajahnya pada Alice.
Alice mengerjapkan matanya dan tanpa sadar mengangguk pelan. "Kenzie" gumam Alice pelan.
Kenzie tersenyum dan mengusak surai hitam Alice lembut. "Gue kira udah lupa."
Alice mengalihkan tatapannya ke arah lain. "Tangannya udah baik kan ?" tanya Kenzie melirik tangan Alice yang di perban.
"Udah" balas Alice singkat.
Kenzie mengangguk, " Ada buku yang mau di ambil lagi?" tanya Kenzie.
Alice mengerjapkan matanya. "Gak ada. Permisi" balas Alice langsung meninggalkannya Kenzie. Bagaimana bisa ia masih di tempat itu, padahal buku yang diinginkannya sudah berada di tangan.
Kenzie tersenyum tipis. "Manis" gumam Kenzie sambil menatap punggung Alice.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝟶𝟷. ᴋᴇɴᴢɪᴇ : ɢᴀɴɢsᴛᴇʀ [ᴇɴᴅ] ✔
Teen FictionAlice Zaline Elvina, satu-satunya anggota wanita yang tergabung ke dalam gangster bernama RedBlue Eyes atau di singkat R.BE. Identitas Alice tak pernah di ketahui oleh siapapun terutama musuhnya, jika sedang beraksi Alice selalu menggunakan masker d...