𝟶𝟷. ᴋᴇɴᴢɪᴇ : ɢᴀɴɢsᴛᴇʀ [ᴇɴᴅ] ✔

69| Gangster

Tiba nya di UKS, Kenzie langsung menurunkan Alice di atas ranjang UKS. Kenzie menatap Alice dengan wajah khawatirnya. "Ada yang sakit ?"

Alice masih menunduk, ia tak mau cowok itu menatap wajah menyedihkannya.

Kenzie yang merasa di abaikan gadis itu, menyentuh dagu Alice dan mengangkatnya dengan lembut. "Kenapa ? Ada yang sakit ?" tanyanya lagi.

Greb

Alice dengan tiba-tiba langsung memeluk Kenzie dengan erat. "Hiks...sakit..." Isakan Alice kembali keluar. Sifat rapuh Alice telah keluar di depan Kenzie.

Kenzie sedikit terkejut dengan pelukan Alice yang tiba-tiba, namun setelahnya Kenzie membalas pelukan Alice dan mengusap punggung gadis itu dengan lembut. "Keluarin semua."

Tangis Alice langsung pecah. Kenzie merasakan sakit saat mendengar tangisan pilu dari gadis yang di cintainya.

Lima menit Alice menangis. Ia juga masih memeluk Kenzie dengan erat.

"Udah nangisnya ?" tanya Kenzie lembut.

Alice mengusap air matanya kasar dan melepaskan pelukannya. "Ma-maaf," ucap Alice serak dengan menunduk. Ia tak mau wajah jeleknya di lihat cowok itu.

Kenzie tersenyum tipis. Ia menangkup kedua pipi Alice dan menghapus air matanya yang masih mengalir. "Apapun bakal gue lakuin, asal lo gak sakit. Karena gue gak suka lihat orang yang gue sayang terluka," balas Kenzie sambil mengusap kedua pipi Alice lembut dengan ibu jarinya.

Perlakuan Kenzie membuat kedua pipi Alice tiba-tiba memanas.

"Ma-af, Lic. Lo harus ganti baju dulu, nanti demam," ucap Jeny tiba-tiba dengan canggung. Dia sebenarnya tak ingin mengganggu pasang itu. Tapi karena Jeny peduli dengan Alice, ia harus terpaksa melakukannya.

Jeny mendekati Alice. "Gue pinjam Alice sebentar. Dia harus ganti bajunya," ucap Jeny pada Kenzie, agar cowok itu mengizinkannya.

Kenzie mengangguk mengerti. Setelah dapat persetujuan dari Kenzie. Jeny membawa Alice ke kamar mandi UKS untuk berganti pakaian.