𝟶𝟷. ᴋᴇɴᴢɪᴇ : ɢᴀɴɢsᴛᴇʀ [ᴇɴᴅ] ✔

24 | Gangster

Alice berjalan dengan malas menuju kelasnya. Sungguh pertemuan semalam membuat mood nya jadi buruk sampai sekarang.

"Alice!" panggil Jeny dari kejauhan. Namun Alice tidak menghentikan langkahnya, ia tetap berjalan.

Jeny mendengus dan berlari kecil mengejar Alice. "Alice! Lo gue panggil gak nengok sih!" kesal Jeny.

Alice memilih diam, ia malas membalas ocehan Jeny pagi-pagi.

"Kenapa lo? Pagi-pagi wajahnya udah di tekuk gitu ?" tanya Jeny. "Diam aja bisa gak, lagi gak mood gue."

Jeny langsung terdiam, Alice akan galak kalau mood nya sedang buruk. Jeny hafal betul, terakhir kali mood temannya ini buruk. Ia selalu dapat omelan darinya.

"Ohh, ya udah."

Tiba nya di kelas, Alice langsung menuju mejanya. Ia meletakan tas di atas meja, setelahnya menidurkan kepalanya di atas meja dan memejamkan matanya sejenak. "Kalau udah bel masuk bangunin gue," pesan Alice.

"Oke...okee..." balas Jeny.

Bel istirahat berbunyi, Alice langsung membereskan barang-barangnya dan bergegas keluar kelas.

"Mau kemana ?" tanya Jeny

"Roftoop" balas Alice malas

"Gak ke kantin ?"

"Males." jawab Alice setelahnya keluar kelas.

Di sepanjang koridor kelas, banyak sepasang mata yang menatapnya. Namun Alice tidak peduli.

Tiba nya di rooftop, Alice langsung duduk di sofa yang sudah sedikit usang namun masih bisa di gunakan untuk duduk.

Helaan nafas kasar di hembuskan Alice. Ia memikirkan pertemuan yang semalam. Bagaimana ayahnya mengancam untuk menerima perjodohan itu. Alice tersenyum miris dan setelahnya memejamkan matanya sejenak, setidaknya ia melupakan perjodohan itu sementara.

"Ternyata di sini."

Baru saja ingin ke alam mimpi, seseorang mengganggunya. Alice membuka mata dan melihat seseorang berdiri di depannya. Dia menghalangi Alice dari sinar matahari.