Alvaro dan Kavin tiba di tempat yang ingin mereka datangi. Mereka berdua memarkirkan motor besarnya di depan minimarket 24 jam, sedangkan mobil van hitam teman-temannya terparkir tak jauh dari minimarket. Alvaro dan Kavin segara melangkah ke sebuah gang sempit dan minim penerangan.
"Lumayan banyak" ucap Alvaro saat, ia melihat sekumpulan orang yang akan menjadi target mereka.
"Earphones kalian terpasang ?" tanya Delvin.
"Hmm." Alvaro.
"Iyaa," Kavin.
Di sana targetnya. Berdiri sekitar lebih dari lima belas orang yang harus mereka berdua bereskan malam ini. Tugasnya hanya merebut barang yang beberapa hari lalu mereka curi. Alvaro dan Kavin mempercepat langkah kakinya menuju sebuah gang kecil yang gelap. Meninggalkan motor mereka di depan toko 24 jam. Tanpa di sadari kehadiran mereka berdua sudah menarik perhatian saat berada sekitar sepuluh meter dari lokasi target. Kavin dan Alvaro dapat melihat dengan jelas bahwa mereka sedang melihat ke arahnya.
"SIAPA!?"
Teriak salah satu tikus, lantas membuat teman-temannya yang ikut berkumpul di sana mengalihkan pandangan ke arah Kavin dan Alvaro. Kavin dan Alvaro hanya diam tak menyahut pertanyaan mereka. Justru Kavin dan Alvaro menggerakkan kedua tangan dan lehernya, melakukan perenggangan otot sejenak sebelum menatap wajah semua targetnya dalam gelap.
"Pergi dari sini sebelum kalian berdua kami permalukan!"
"Hahaha!" gelak tawa para pria yang berkumpul di sana.
"Gimana kalau mereka berdua kita jadikan bahan bullyan ?" ucapnya yang lain dengan nada mengejek.
Kavin dan Alvaro saling tatapan setelahnya kembali fokus ke segerombolan orang yang berdiri tak jauh dari mereka. Tawa sumbang mereka membuat telinga kiri Alvaro gatal. Dia sengaja diam, menunggu mereka yang datang dan menyerangnya terlebih dulu. Dalam hati, dia mengeluh karena orang-orang ini terlalu banyak bicara.
Segerombolan orang itu mulai mengeluarkan pisau lipat dan mengambil kayu yang tergeletak di tanah. Mata Alvaro mulai menelusuri seluruh objek. Lima belas orang laki-laki. Terdapat enam buah kursi, botol-botol kaca bekas minuman keras, sebuah tas ransel yang di ketahui berisi barang yang harus mereka bawa pulang.
"Kav, siap" ucap Alvaro sambil merenggangkan tubuhnya sejenak.
Kavin mengangguk. "Selalu siap" jawab Kavin santai.
Baku hantam pun dimulai ketika setengah dari lima belas orang itu maju dan menyerang Alvaro yang memang paling dekat dengan keberadaan mereka.
Sebagai lelaki yang menguasai cara bertarung dan pengalaman dalam melaksanakan tugas seperti ini, kurang dari tiga puluh detik, Alvaro sudah mengalahkan empat orang itu.
"Segitu doang kemampuan lo, hm ?" tanya Alvaro sambil menginjak badan orang yang ia kalahkan dan tak lupa mengambil pisau dari tangan lawannya.
Dua orang maju lagi dan kali ini, Kavin yang melawannya. Sama hal nya dengan Alvaro. Kavin langsung melumpuhkan lawannya dalam sekejap.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝟶𝟷. ᴋᴇɴᴢɪᴇ : ɢᴀɴɢsᴛᴇʀ [ᴇɴᴅ] ✔
Teen FictionAlice Zaline Elvina, satu-satunya anggota wanita yang tergabung ke dalam gangster bernama RedBlue Eyes atau di singkat R.BE. Identitas Alice tak pernah di ketahui oleh siapapun terutama musuhnya, jika sedang beraksi Alice selalu menggunakan masker d...