Jantung gue," ucap batin Alice sambil menyentuh dadanya saat ia menatap cowok itu. Detak jantungnya tidak karuan.
Kenzie yang sedang melawan musuh tidak sadar sudah menjauh dari keberadaan Alice.
Bugh!
"Minggir, mau mati lo!" bentak Alvaro tiba-tiba dan mendorong tubuh Alice agar terhindar dari lawannya yang ingin memukulnya.
Alice sedikit tersentak karena bentakan Alvaro, namun secepat kilat ia merubah ekspersinya.
Alice memilih melangkah menjauh dari Alvaro daripada ia dapat amarah lagi dari cowok itu.
Bugh!
Alice melawan dua penjahat sekaligus. Di pukulnya bagian leher lawan satunya, sedangkan satunya lagi di patahkan bagian kakinya.
Brak!
"Akhh!" ringis Alice. Dengan tiba-tiba lawannya memukul Alice dengan kursi kayu restoran hingga kursi itu hancur karena begitu kuat pukulan penjahat itu pada Alice.
Mata Alice memburam, namun ia berusaha untuk tetap bertahan dan melawan penjahat yang memukulnya dengan kursi.
Bugh!
Crak!
Alice mematahkan tangan penjahat itu. "Sialan!" umpat Alice, pandangannya kembali buram, ia harus segera keluar sebelum dirinya dalam masalah besar. Namun...
"Awas!"
Bruk!
Alice berteriak pada Kavin saat ia melihat lawannya ingin memukul kepala Kavin menggunakan kursi restoran, sama seperti penjahat itu lakukan padanya. Namun secepat kilat Alice menendang perut penjahat itu sampai tersungkur ke samping.
"Fokus," ucap Alice.
"Thanks," balas Kavin.
Alice mengangguk.
Alice menyentuh kepala belakangnya. Ia merasakan sesuatu yang basah dan mengalir. "Darah," gumam Alice terkejut.
"Gue harus cepat pergi," lanjut nya berusaha berjalan keluar restoran dengan memegang kepala belakangnya, agar darahnya tak keluar banyak.
"Tahan Alice," gumam Alice sendiri.
Mata Alice memicing saat seorang penjahat lainnya seperti mengekang revlover ke arah cowok yang tadi membentaknya. Segera Alice berlari ke arah cowok itu.
Dor!
Bugh!
"Akhh!" ringis Alice. Peluru itu meleset namun mengenai pundaknya, walaupun hanya sedikit. Tapi mampu membuat darah mengalir cukup deras dari lengan Alice.
"Alice!" teriak Kenzie terkejut. Begitupun anggota Blood Wild lainnya.
"Mati lo semua!" lanjut Kenzie membabi buta menembak lawannya dengan revlover yang di pegangnya.
Dor!
Dor!
Bugh!
Dor!
Kenzie menembak semua lawannya hingga tumbang. Tak peduli dengan pengunjung yang ketakutan karena Kenzie menembak sekaligus lawannya dalam sekejap. Setelah lawan telah di habiskan semuanya. Kenzie segera berlari ke Alice yang terduduk di lantai.
"Lo, kenapa dorong gue ?!" tanya Alvaro tak santai.
Alice meringis. "Lo bo-doh atau a-pa! Kalau gue gak do-rong lo, bisa-bisa lo ke-tem-bak di jan-tung," balas Alice terbata-bata, ia berusaha menahan sakit di lengan dan sakit di kepalanya.
Alice mengerjapkan matanya yang tiba-tiba langsung memburam, lebih parah dari sebelum nya. Alvaro menatap gadis itu yang bertingkah aneh, namun tak ada niat untuk menolongnya.
Tatapan Alice tertuju pada Alvaro. Alvaro yang di tatap oleh Alice hanya terdiam. Masih pada posisinya yang berdiri.
Alice tersenyum tipis. "Sa-kit."
Bruk!
Alice pingsan begitu saja di lantai. Namun untungnya Alvaro dengan cepat menahan kepala Alice agar tidak terbentur lantai.
Alvaro merasakan sesuatu yang basah pada tangannya. "Apa ini ?" ucap batin Alvaro. Ia angkat tangannya sedikit dan betapa terkejut dirinya. Darah kental membekas di tangannya.
"Kenzie!" teriak Alvaro langsung.
Kenzie berlari ke arah Alice. "Kenapa Alice?! Da-darah!" ucap Kenzie tak percaya saat melihat tangan Alvaro penuh darah. Segera Kenzie menggendong Alice ala bridal style dan membawanya menuju rumah sakit.
Vote and comments
Thanks
KAMU SEDANG MEMBACA
𝟶𝟷. ᴋᴇɴᴢɪᴇ : ɢᴀɴɢsᴛᴇʀ [ᴇɴᴅ] ✔
Teen FictionAlice Zaline Elvina, satu-satunya anggota wanita yang tergabung ke dalam gangster bernama RedBlue Eyes atau di singkat R.BE. Identitas Alice tak pernah di ketahui oleh siapapun terutama musuhnya, jika sedang beraksi Alice selalu menggunakan masker d...