Alice sudah tiba di sekolah, setelah memakirkan mobilnya di tempat biasa. Kali ini Alice datang lebih pagi, karena dirinya tidak mau bertemu dengan ayahnya sejak kejadian tadi malam. Dimana ayah nya menampar dirinya dengan kencang sampai membuat pipinya sedikit bengkak dan merah.
Alice yang tidak ingin diketahui oleh orang lain, menutupi pipinya dengan concealer lebih banyak, agar dapat menyamarkan lebam di pipinya.
"Alice!" ucap Galaxy, ia main ke kelas Alice dengan Achazi.
"Hm ?" balas Alice tanpa menatap sahabatnya ini. Ia sedang sibuk dengan bukunya.
Galaxy mendengus, cuek sekali sahabatnya ini. "Lic, lo udah punya pacar ya ?" tanya Achazi, sontak membuat Alice menghentikan aktifitas membaca bukunya.
Alice mengangguk pelan. "Hmm."
Kali ini Achazi yang mendengus, "Singkat banget jawaban lo."
Alice memilih diam, ia terlalu malas menjawab pertanyaan sahabatnya ini.
"Sama siapa ?" tanya Galaxy, sebenarnya ia sudah tau. Tapi dirinya hanya ingin mendengar dari orangnya langsung.
Alice melirik sekilas Achazi dan kembali fokus ke bukunya. "Kenzie."
"Ternyata benar sama anak baru itu," ucap batin Galaxy.
"Kok tiba-tiba banget sih, perasaan lo gak ada pernah dekat sama dia deh ?" tanya Galaxy yang penasaran.
Alice menutup bukunya dengan kencang dan menatap kedua temannya dengan sebal. "Kalian bisa pergi dari sini ?" pinta Alice dengan nada datarnya.
Galaxy dan Achazi saling lirik. "Tapi jawab per-IYA...IYA KITA PERGI!" terkejut Achazi langsung keluar kelas, karena Alice memukulnya dengan buku tebal. Lumayan sakit.
Alice menghela nafas kasar dan menyisir rambutnya ke belakang. Sungguh mood paginya sudah buruk. Alice kembali duduk dan ingin membaca bukunya lagi. Namun suara deheman seseorang membuatnya menoleh.
Alice memutar bola mata malas. Setelah temannya pergi datang seorang lagi. Seorang Kenzie. "Lagi apa ?" tanyanya.
Alice memilih tak merespon.
Mata cowok itu menatap wajah Alice dengan lekat dan tanpa sadar ada objek yang membuatnya penasaran. "Ini kenapa ?" tanya Kenzie sambil menyentuh pipi gadis itu.
"Aww," ringis Alice seketika. Pipinya yang lebam di sentuh. "Sakit bodoh!" lanjut Alice tak santai.
Tentu Kenzie khawatir, walaupun sudah di katai bodoh. "Ini pipi lo kenapa ?" tanya Kenzie lagi.
Alice menepis tangan cowok itu. "Gakpapa. Balik ke kelas lo. Ganggu gue aja," kesal Alice. Padahal kenyataannya, ia ingin menghidari pertanyaan dari cowok itu.
"Jawab gue Alice. Ini pipi lo kenapa ?" tanya Kenzie yang berubah serius.
"Gue bilang gakpa-"
"Gue gak suka sama orang yang bohong," potong Kenzie, ia mendekatkan wajahnya pada Alice. Sangat dekat, sampai deru nafas Kenzie dapat Alice rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝟶𝟷. ᴋᴇɴᴢɪᴇ : ɢᴀɴɢsᴛᴇʀ [ᴇɴᴅ] ✔
Teen FictionAlice Zaline Elvina, satu-satunya anggota wanita yang tergabung ke dalam gangster bernama RedBlue Eyes atau di singkat R.BE. Identitas Alice tak pernah di ketahui oleh siapapun terutama musuhnya, jika sedang beraksi Alice selalu menggunakan masker d...