81 | Gangster

3.8K 440 100
                                    

"Lah! Ken

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lah! Ken. Lo bukan ketemuan sama Alice ?" tanya Jeny heran saat ia melewati kelas IPS yang memang dekat dengan kantin sekolah. Jeny melihat Kenzie baru saja keluar kelas.

Kenzie mengerutkan keningnya. "Gue gak ada janji ketemuan sama Alice. Ini aja baru mau ke kelas kalian."

Jeny langsung merubah wajahnya menjadi khawatir. "Tadi tuh Alice izin sama gue mau ketemuan sama lo. Makannya gue duluan," ucap Jeny memperjelas.

Setelah mendengar penjelasan Jeny. Kenzie segera berlari meninggalkan Jeny dengan Angkasa dan Farel yang heran dengan tingkah tiba-tiba Kenzie.

"Ada apa ?" tanya Lucca yang baru saja keluar kelas.

"Kayanya ada yang ngerjain Alice," jawab Jeny.

"Ya udah, bantuin cari Alice," ucap Lucca. Berlari mengejar Kenzie yang sudah menjauh diikuti Angkasa, Farel dan Jeny.

Kenzie berlari, ia mencari Alice di sekitar sekolah, belakang taman bahkan toilet perempuan.

"Alice! Lo di dalam ?!" ucap Kenzie sambil mengetuk pintu toilet satu per satu. Ia tak peduli dengan para murid perempuan yang berlari keluar toilet karena kedatangan nya. Di pikiran Kenzie hanya ada Alice, apa gadis itu baik-baik saja.

Kenzie khawatir karena perihal kejadian pot bunga itu. Pasti di sekolah ini ada yang tidak suka sama Alice dan entah siapa ingin mencelakai Alice.

Kenzie mengerang frustasi saat ia tidak menemukan keberadaan Alice. Jalan satu-satunya, Delvin. Kenzie mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Delvin.

Telpon langsung tersambung. "Halo, Vin. Gue minta tolong cek cctv sekolah gue sekarang. Cari keberadaan Alice!"

"..."

"Gue butuh sekarang."

Kenzie memutuskan sambungan telpon setelah Delvin setuju untuk membantunya. Kenzie kembali mencari keberadaan Alice.

"Zie, gue gak menemukan Alice," ucap Angkasa bersama Lucca dengan terengah-engah karena ikut berlari.

"Udah coba cari di dekat gudang belum ?" tanya Angkasa.

Kenzie baru sadar dan segera berlari menuju gudang. Bagaimana bisa ia melupakan tempat itu. Padahal tempat itu yang berpotensi untuk tempat penyekapan atau menyembunyikan orang.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






01:00





















00:59













"Uhuk...uhuk..." Alice tersadar dari pingsannya karena ia menghirup sesuatu yang membuat dadanya tiba-tiba sesak. Otaknya bekerja lebih cepat karena sesuatu zat kimia masuk ke dalam tubuhnya.

Alice menyesuaikan matanya yang memburam. "Fokus Alice!" gumam Alice pada dirinya sendiri. Setelah beberapa detik penglihatan Alice mulai jelas.

"Dimana gue...uhuk... ?" tanya Alice di selingi batuknya. Ia melihat asap yang mengepul di ruangan dimana Alice terikat.

"Bau ini...shit! Ini gas karbon monoksida," Umpat Alice frustasi. Ia sangat mengenal gas kimia ini, gas ini biasa digunakan para gangster untuk melumpuhkan musuh yang terkunci di ruangan.

Dalam jumlah sedikit karbon monoksida sudah bisa membuat sesak napas berat dan dalam jangka panjang akan mengakibatkan kanker paru-paru. Dalam jumlah besar, gas ini akan langsung membunuh siapa saja yang menghirupnya.

Segera Alice menahan nafas beberapa detik agar ia tidak menghirup gas mematikan itu terlalu banyak.

Alice ingin bergerak namun gerakannya terbatas. Ia tersadar, tangan dan kakinya sedang terikat di kursi.

"Sialan!" geram Alice. Ia berusaha melepaskan ikatan di tangannya terlebih dahulu dengan menggesekan pada ujung kursi yang ia duduki.

"TOLONG!" teriak Alice dengan berusaha melepaskan tali di tangannya.

Alice sungguh akan membunuh siapa saja yang sudah mengurungnya di tempat ini.

"Uhuk...uhuk..." dadanya mulai sesak. Alice mulai kesulitan bernafas. Karena ruangan dimana Alice di sekap sangat minim ventilasi membuat gas itu berputar-putar saja di ruangan itu.

"Jangan lemah! Sialan!" umpat Alice pada dirinya sendiri.

Asap semakin mengisi ruangan. Membuat penglihatan Alice memburam. "TOLONG! uhuk..." teriak Alice lagi. Ia berharap ada seseorang yang mendengar teriakannya.

Alice sudah lemas, sungguh ia tak bisa melepaskan tangannya dari ikatan tali.










00:30


















00:29













"To-long!" lirih Alice yang sudah melemah, sungguh gas kimia yang menyebar ke seluruh ruangan membuat Alice sesak nafas berat. Ia sangat sulit untuk bernafas.

Tubuhnya sudah lemas, oksigen di dalam tubuhnya mulai menipis. Alice menyenderkan punggungnya ke kursi, tubuhnya sudah tak ada tenaga, bahkan tangannya tidak bekerja lagi untuk melepaskan diri. Alice memejamkan matanya dan berusaha bernafas dengan sisa oksigen yang ia punya. Tanpa sadar satu tetes mata keluar begitu saja dari kelopak matanya. Alice pasrah, jika hari ini adalah hari terakhirnya.


"Kenzie...tolong gue," ucap batin Alice. Ia berharap Tuhan menyampaikan ucapannya ini pada Kenzie.














































Brak!

"Alice!"

Vote and commentsThanks

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote and comments
Thanks

𝟶𝟷. ᴋᴇɴᴢɪᴇ : ɢᴀɴɢsᴛᴇʀ [ᴇɴᴅ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang