6.

1.5K 148 11
                                    

Dean memarkir mobilnya dan kini bergegas membuka pintu. Keduanya sudah punya kode pintu rumah karena sudah terbiasa akan itu. Yaps, rumah Mika adalah rumah kedua mereka.

"Sore om....."Dean dan Lim menyapa papah Mika sebelum meluncur kekamar Mika.

"Sore jug........"Saat ingin membalas nyatanya Dean dan Lim sudah secepat kilat menghilang. Dan kini  papah Mika melanjutkan aktifitasnya, serta tidak mengambil pusing karena diabaikan. Hehe

.....

"Pizza."Mika menodong Lim yang suka nraktir itu.

"Gak ada pizza. Nanti embak dirumah ngirim makanan."Lim menimpali dia pusing dan kini ngambil file mentah milik Mika dalam komputer Mika.

"Pizza Dean....."Merengek pada Dean.

"No!!"Dean gak peduli akan sikap manja Mika kali ini. Bukan karena kesal Mika ngilangin file tugasnya cuman karna Mika terlalu sering makan makanan cepat saji itu. Dirumah Mika gak ada embak embak yang masak. Sebab Mika benci itu, dia sering ingat mamahnya dan membuatnya sedih. Karna itu sang papah tidak sewa jasa asisten rumahtangga yang tinggal dirumah. Adapun yang bersihin rumah itu datang waktu Mika pergi kekampus dan wajib selesai sebelum Mika kembali. Kalo untuk sarapan atau makan siang bahkan malam papah Mika yang selalu sempetin masak. Itupun gak setiap hari dan Mika sudah terbiasa dengan makanan cepat saji.

"Sekali aja ...."Masih memohon.

"Enggak ya tetap enggak."Dean menimpali dan kini mendekat kearah Lim dan mulai mengetik tugas mereka.

"Pelit "Mika memilih rebahan santai dan membiarkan kedua temannya heboh sendiri tanpa bertanya apa yang dilakukan keduanya.

"Embaknya kapan datang Lim."Mika bolak balik sambil memegang perutnya. Sepertinya dia sangat lapar.

"Apa kamu tidak makan siang tadi?"Tanya Lim. Dia tersenyum tipis nyatanya lupa belom bilang kerumah untuk kirim makanan. Karna Mika bertanya diapun segera mengirim pesan itu.

"Mah, Lim nginep dirumah Mika ada tugas yang harus dikirim. Love you ma.... Kirim makan malam ya...."

Mamah Lim ibu rumahtangga disini.

"Papah mau pergi gak enak mau minta makan.'Mika beralasan.

Huft, bernafas lelah.

.....

Masih fokus didepan komputer. Keduanya ngerjain tugas dan Mika masih rebahan gak jelas dan kini papah Mika mengetuk pintu sebelum masuk.

"Gak dikunci pah...."

"Mika, yang lain ngerjain tugas malah main ponsel."Papahnya kesal ngelihat anaknya gak ikut sibuk.

"Tugas sudah dikirim pah. Gak tahu itu Dean dam Lim lagi ngapain."Watados sedangkan Dean dan Lim kini saling tatap sambil nyemburin sinyal gunung mau meletus.

Tapi gak enak kalau ngeroyok Mika saat ini juga. Nunggu papahnya Mika keluar kamar dulu.

"Hmmm, Dean Lim. Om mau pergi seminar kira kira 2/3 hari gak dirumah. Om minta tolong jagain Mika ya. Tahu sendiri kan Mika gak pernah kelayapan takut pingsan sendiri dirumah."Papahnya Mika lucu. Lebih suka anaknya kelayapan daripada ndekem dirumah.

"Siap om. Oh tadi ada pizza diluar, om saja yang traktir."Nyatanya ada yang ngorder pizza dan sama papah Mika dianter sekalian di kamar sambil pamitan. Dan lagi lagi kedua mata Dean dan lim menyatu memikirkan hukuman untuk Mika.

"Hati hati pah...."Mika memeluk papahnya dan kini mengambil pizza itu. Sang papah gak perlu dianter sampai mobil hal itu sudah tidak dilakukan sudah lama.

"Boleh party kan pah?"Tanya Mika sebelum sang papah meninggalkan rumah.

"Party om.... Ya...ya...."Lim memohon.

"......"Papah Mika diam dan tengah berfikir. Terakhir rumah kebakaran gegara ceroboh.

"Hmmmmm, kasih gak ya?"

"Ayolah om."Dean ikut serta.

"Karna Dean yang lebih dewasa disini buat jagain kedua anak badung ini. Oke om bolehin, tapi tidak untuk didalam ruangan. Diluar saja, om tidak mau barang kesayangan mamah Mika jadi korban lagi."Papah Mika memberi pesan.

"Siap prof..."Ketiganya hormat ala prajurit dan kini papah Mika meningalkan kamar.

.....

Mendung tiba tiba mengerumuni ruangan. Terdengar petir petir menyampaikan suara kilatnya. Aura nya juga mengerikan dan AC itu ternyata seperti tak berfungsi. Petir, mendung, tapi terasa panas.

"Papah tolong.....!!"Teriak Mika dalam kamar tetapi diluar sang papah hanya tersenyum sembari menggiring kopernya tanpa ada niat untuk menolong puteraya.

"Sialan kamu Mika!!!"Dean kali ini benar benar memukul Mika dengan keras. Tapi tetap pada prosedur keamanan, Dean memukul dengan bantal itu.

"Bangst....."Lim memaki dan kini terus saja memukul Mika. Dia perlu melampiaskan kemarahannya.

Tanpa ampun.

Ya tanpa ampun......

Sampai akhirnya terdengar isak suara tangis.

"Hiks...hiks....itu papah yang traktir...."Mika menangis tapi keduanya tidak peduli dan kini memakan pizza itu sendiri.

"Kalau om tidak membayar pizza itu pasti jatohnya nanti minta aku kan?"Lim menimpali dan masih menikmati pizza itu.

"Iya..."Mika jujur, Mika gak ada duit buat jajan. Dia itu hematnya gak ketulungan cenderung pelit setengah cuprit. "Punya teman tajir harus dimanfaatin"Itu pedoman hidup Mika.

"Jadi, kondisikan ilermu itu."Tunjuk Lim yang masih kesal karna Mika. Dia sudah pusing duluan buat tugas dengan santainya Mika bilang sudah dikirim tanpa bilang terlebih dahulu.

"Lantas, ketemu dimana ponselmu?"Tanya Dean yang kini memberi suapan untuk Mika.

"Sedikit lagi Dean plis" Mika cuman dikasih satu suapan selebihnya dimakan sendiri oleh Dean.

"Jelasin dulu!"Dean mengancam.

"Hmmmm, tadi Noah datang ternyata ponselnya tertinggal dimobil.

"Kenapa gak diberikan dari kemarin marin?"Lim juga gak habis pikir lama juga itu ponsel nginep. Perlu USG jangan jangan beranak dalam diam.

"Dia aja gak tahu itu ponsel siapa sampai akhirnya dia kepo tentang nomer telpon rumah itu. Ternyata nomer rumahmu."Mika menjelaskan.

"Coba lihat."Lim langsung nyaut ponsel Mika.

"Sialan, pantesan!!"Lim menggaruk kepalanya prustasi.

"Kenapa?"Dean ikutan kepo. Padahal dia paling anti untuk urusan ingin tahu hal kecil.

"Buset. Perlu dimuseumkan bener ini anak satu. Dia gak simpen nomer kita bahkan papahnya."Lim menunjukkan nomer kontak ponsel dan tidak ada satu pun nomer yangg disimpan. Bahkan pesan tertinggal. Kosong, sepi senyap itu ponsel Mika.

Tbc.

Yummy (bxb) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang