15.

853 99 10
                                    

Lim merokok di balkon rumahsakit sembari memandangi Dean yang kini berdiri membungkuk melihat lantai satu.

"Apa sesakit itu?"Tanya Lim. Dia bukan tipe yang datang terus meluk meluk mesra kaya Mika.

"Ya....seperti ini."Dean kini berbalik dan menatap Lim.

"Apa sudah ketahuan siapa penjahatnya?"Tanya Lim mengingat Dean punya akses untuk mencari tahu.

"Masih dalam pencarian tapi ini sudah keterlaluan. Apa kamu lihat Mika seperti apa tadi.'Dean mengusap wajahnya kasar.

"Apa perlu prof tahu."Lim masih dengan isapan rokoknya.

"Prof tidak bisa menerima kabar buruk untuk saat ini."Dean berbalik dan menatap Lim.

"Aku tidak bisa bilang yang kamu lakukan salah atau benar. Tapi bila Mika sampai tahu aku mungkin tidak bisa membantumu."Lim bersuara dan kini mengambil batangan rokok berikutnya.

"Hmmm....aku hanya ingin bersama Mika untuk waktu yang lama. Jadi bantu aku bila Mika mengamuk."Dean tersenyum sarkas. Tapi disana tersimpan ketakutan yang dalam.

INGIN BERSAMA UNTUK WAKTU YANG LAMA.

Lim menatap langit dia sangat mengenal kata kata itu. Dan ada dua sahabatnya yang punya kesamaan. Dan kali ini Lim berfikir tentang dia tidak bisa berbuat apa apa untuk menjangkau perasaan itu benar adanya. Ini terlalu rumit untuk diterjemahkan dalam rumus fisika bahkan untuk otak diatas rata rata.

.....

"Kau akan tinggal dimana?"Lim bertanya. Tapi itu bukan intinya, sebab dia tahu selama inipun Dean sering tinggal dirunah Mika. Jadi kalaupun Dean pindah kerumah Mika itu bukan hal baru lagi.

"Aku pergi keasrama saja."Dean.

"Kenapa berfikir seperti itu."Lim ingin menampung Dean kalau perlu.

"Aku tidak bisa Lim. Ini sulit.....aku tidak ingin tiba tiba melukai Mika melukaimu."Dean ambigu, sebenarnya Dean punya temperamen yang buruk cuman saat dia bersama Mika dia lebih tenang.

"Hahahah, aku meragukan hal itu bila kamu pakai alasan itu. Mika itu kuat Dean. Kalau dia tahu kamu pergi keasrama mungkin dia akan sedih."Lim memberitahu kemungkinan yang terjadi.

"Apa Mika akan menahanku. Dia pasti memilih polisi tolol itu."Dean kesal.

"Hahhahahahah.   ....."Lim tertawa dan saat dia memeriksa kardus rokoknya nyatanya sudah habis dan kini seseorang dengan sengaja memberikannya yang baru.

"Terimakasih." Belum menyadari siapa yang memberinya.

"Oh...Noah. Ngerokok juga kamu." Merasa punya teman.

"Sogokan, pergilah aku harus bicara dengan pria yang mulai cemburu."Noah menyatakan perang.

......

Awan tiba tiba mendung, suara gemuruh tapi tidak ada tanda tanda akan hujan menyelimuti langit. Suara gagak pun terdengar nyaring menunggu bangkai terdampar dipantai.

"Sungguh......ini mengerikan."Lim kini pergi meninggalkan dua pria itu. Dia memilih menutup mata dan menunggu kabar dari koran siapa pria yang jatuh dari balkon setelahnya.

Teman rese.

Kasus memang diselidiki. Tentang tabrakan Lim yang disengaja, suara tembakan itu memang ada tapi tidak dengan mobil old wagon beserta pria berbaju hitam yang keluar dari mobil. Itu hanya kenangan Mika lama. Dan nyatanya muncul lagi, yang membuat Dean marah.

Dean tak suka Mika mulai mengingat masalalu itu. Bahkan kini diapun juga harus menyimpan rahasia kalau prof sedang sakit dan tengah menjalankan operasi dan Dean diberi amanat kalau Mika tidak boleh tahu karena prof berjanji akan pulang dengan sehat.

Dan sekarang?

Ada pria yang tiba tiba masuk dalam kehidupan Mika yang nyatanya mempunyai masalalu yang cukup rumit.

'Pulang ke ayahmu sebelum aku membuat Mika membencimu!"Ancam Dean tanpa ragu. Bolehlah main belakang kalau dalam kondisi kepepet.

"Apa ini perlakuan teman untuk mengusir pacar temanmu sendiri."Noah tak terima. Biar masalunya tetap jadi masalalunya saja. Dia sudah memutus hubungan dengan ayahnya dan dia tak mau disangkut pautkan lagi.

"Karna aku perlu melindunginya."Teriak Dean membuat Lim sampai menjatuhkan batang rokoknya karena kaget. Nyatanya dia belum pergi dan kini dia juga merasakan betapa sakit itu sungguh perlu pertolongan.

"Yak......!!Cukup  sampai disini aku muak dan aku tak mau Mika sampai mendengar. Kalau kamu cukup mencintai Mika, menyayangi Mika, ingin melindungi Mika jauhkan ayahmu darinya. Itu cukup buat kami."Lim kini melempar sogokan itu. Dia belum sempat membakarnya malah jatuh tanda gak ikhlas itu.

"Aku hanya lecet. Tembakan itupun hanya peringatan. Cukup sampai disini Noah.....kalau kamu tak sanggup untuk ini biarkan kami menjaga Mika dan kamu pergi saja dengan kehidupanmu yang lalu, kembalilah dengan normal dan pergi menjauh dari Mika."Lim tak habis pikir akhirnya melontarkan kata kata itu. Dia cukup bersabar karena Dean dan Mika. Padahal dirinya sendiri orang yang paling suka bicara blak blakkan tanpa pikir itu salah atau benar. Demi kenyamanan bersama dia sanggup diam. Tapi melihat Noah yang tak tahu diri diapun jadi kesal.

Diam....

Ketiganya hanya diam dimasing masing tempat berdirinya kini. Lim yang berdiri kaku diambang pintu dia tak bisa begitu saja berhati batu, Dean yang masih dipinggir balkon membenci dirinya karena membuat Mika bertemu dengan Noah, sedangnkan Noah yang ada ditengah hanya bisa menatap langit karna kesal. Kenapa harus serumit ini dan diapun menyayangkan kenapa ayahnya harus muncul dan mengusik hidupnya lagi.

"Kacang....kacang. .....Mika mau kacang. Ada yang mau nraktir?"Mika datang dengan menyeret infusnya dia tersenyum malaikat. Dia bingung kenapa ketiganya malah bikin suasana horor dirumahsakit. Padahal rumahsakit sudah terkenal dengan angkernya.

"Kacang bikin gatel luka jahitmu. Sini aku traktir telor goreng."Lim menyeret Mika menjauh.

"Lim bisakah sate aja."Mika minta lebih.

"Satenya udah diborong mamang kunti. Sumpah ini teman satu ......"Lim hanya bisa bersabar saja untuk ini. Dia sangat sayang pada Mika terlebih Dean. Dia gak mau melihat keduanya terluka.

Tbc.

Hahaha.....
Kata si mbh....kalo punya luka jahit gak boleh makan kacang ma telor bikin jahitannya gatal.

Yummy (bxb) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang