95.

317 49 7
                                    

Sabin tak tahan matahari, biarpun malam dia tetap tidak bisa kemana mana. Pandangannya akan kabur kondisi ini sangat menyulitkannya. Tetapi dia bahagia dengan kekurangannya. Mommy, Daddy, Sano dan Siyu sangatlah mencintainya. Tapi tetap saja Sabin memang mudah marah. Hahahaha, mau diapa apain dia suka kasar jadi jangan pernah cari masalah dengan dia.

Ketiga kembar itu selesai dengan homescholing mereka. Karena Sabin tidak bisa keluar rumah jadi Mika membuat keputusan dan Lim pun akhirnya mengirim guru untuk pergi kerumahnya. Tetapi ada juga yang harus dilakukan kembar lainnya diluar rumah.

"Sabin nitip apa?"Sano sudah bersiap. Dia akan pergi bermain sepak bola dengan teman barunya.

"Bilang pada mommy aku ingin lihat pantai."Permintaan Sabin dari semenjak dia bisa melihat pertama kali dan tahu tentang indahnya pantai dari youtube. Tapi tetap saja, itu tidak mungkin.

"Hahaha, bisa kau ganti leluconmu itu?"Sano tertawa dan kini menjinjing tas ranselnya yang berisi pakaian ganti.

"Pantai ......"Masih sama. Sabin ingin pergi ke sana. Sangat sangat ingin. Nitip Sabin, nitip itu ditunjukkan untuk sebuah barang. Bukan permintaan konyol itu. Sano hanya tersenyum disana.

"Iya iya ..... Nanti aku bilang ke mommy. Jangan bandel kalau tidak ada siapa siapa dirumah."Pesan Sano. Mengingat Sabin terlihat punya luka bakar yang baru. Kemarin dia melompat keluar hanya karna ingin mengambil bolanya. Bisa saja dia meminta bantuan pada penjaga rumah. Tapi nyatanya Sabin memilih punya luka itu.

"Siyu kamu tak pergi?"Sabin melirik Siyu yang sibuk menulis surat cinta. Dedikasinya tentang seorang pengagum rahasia itu sungguh luar biasa.

"Ah, hari ini aku harus membalas suratnya."Masih sibuk dan tidak mau diganggu.

"Kalau dia jelek jangan menyesal."Pesan Sano dan kini dia sudah terdengar meninggalkan kamar bersama itu.

"Bisa minta rekomendasi daddy tentang rumahsakit yang bisa operasi plastik."Siyu tak peduli. Cinta itu bukan urusan fisik tapi hati.

"Ya ampun, naifnya hiyungku satu ini."Sabin berdecih dan kini berjalan meninggalkan Siyu untuk mengambil mainan barunya pemberian dari kakeknya Wui Lan.

......

"Kalau mommy tau apa yang kamu lakukan pasti dia akan mengirimmu ke psikiater!'Siyu melirik dengan kegiatan baru Sabin yang sungguh ekstream dilakukan anak umur 10 tahunan.

"Hahhaha....."Sabin hanya tertawa disana sembari menyiapkan peluru untuk kaliber itu. Sabin punya mata tajam untuk arah bidikan yang sangat tepat. Itulah anugerah lain yang dia punya.

"Kalau mommy tahu. Aku juga akan bilang kalau putera kecilnya yang pura pura polos itu sudah tak perjaka."Sabin lagi buat kesepakatan.

"Pelankan suaramu."Siyu masih konsentrasi disana. Surat cinta ini harus dapat balasan. Udah 100x dalam seminggu ini Siyu sungguh sungguh serius. Dengan saling tukar surat kaleng tanpa identitas itu. Dia tengah menunggu hari bertemu dengan orang itu. Siyu ingin mengungkapkan perasaannya.

Siyu masih sibuk dengan surat kaleng itu dan kini Sabin sedang fokus cari mangsa. Dia suka menembaki peliharaan tetangga. Walau itu kawasan rumah elit ketat penjagaan bahkan jarak rumah satu dengan rumah lainnya sangat jauh. Sabin yang punya insting dan daya lihat tajam sungguh mudah untuk satu kali tembakan. Dia sudah beberapa kali membuat pemilik rumah menjerit karna hewan peliharaannya mati.

"Sial...."Gerutu Sabin karna ini adalah pertama kali dia meleset untuk peliharaan tetangga baru yang pindah beberapa minggu ini. Ada anak serigala putih cantik sedang berlarian dihalaman. Masih sangat muda dan Sabin yang punya sifat buruk itu tengah mengincarnya kini. Serigala itu sungguh kesit dan Sabin kehilangan waktu. Serigala kecil itu menyadari suara yang sangat lirih dan langsung menyelinap kedalam.

"Ouch....meleset. Kasihan.....apa perlu kacamata?"Cibir Siyu karna baru kali ini Sabin meleset. Kaliber itu sudah di modifikasi oleh Sano jadi suara tembakannya pun tidak terdengar bahkan peluru itu. Tidak ada kode produksi jadi polisi juga sibuk dengan ulah pria kecil turunan Mika itu.

"Yak.....!!! Dengan mata ini aja aku sudah terganggu. Kenapa perlu kacamata lagi!!"Sabin kesal dan kini ingin memukul Siyu.

"Sabin....mommy mendengarmu."Teriak mommy nya yang baru pulang kerja. Mika sudah mulai aktifitas untuk bekerja mengingat ketiga putera kecilnya udah besar dan gak mau kalau dia mengikuti mereka 24jam.

"Mom....Sabin ingin memukul Siyu dengan kaliber pemberian kakek."Karena Sabin kalah fokus kini Siyu berlari untuk pergi ke mommy nya.

"Sabin....letakan kaliber itu!"Perintah mommy.

"Tidak mau. Aku harus memukulnya!"Kalau gak sampai mukul itu gak puas.

"Sabin....letakkan atau mommy sita."Mika mengancam.

"Ye....ye...ye...ye...."Siyu menang telak. Si tukang pengadu.

"Sabin....!!"Mommy serius dan kini mendekat untuk mengambil kaliber itu.

"Iya iya...."Dan kini Sabin menyerah karena dia harus mendapatkan serigala itu.

Tbc.

Hahhahahahh

Yummy (bxb) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang