"Yuhu.....Aku datang....."Mika lagi melompat lompat kayak anak kelinci buat masuk kedalam apartemennya Dean. Yups disana udah sepi toh didepan matahari udah senyum senyum ria.
"Inget datang kamu."Dean ketus dia udah selesai beberes dan disana ternyata dia ditemani sama Sangha.
"Siapa dia?"Mika melirik sinis. Mau bagaimanapun radar kebencian Mika itu masih mencium bau bau pelakor.
"Udah jangan dihirau Sangha, dia emang begitu."Dean menepuk bahu Sangha yang nyatanya menjadi diam seribu bahasa.
"Udah tahu, dikampus aku udah pada sumpah serapah tiap detik."Batin Sangha, tapi dia hanya diam. Suka suka Mika lah mau diapain tetap aja dia bakalan yang kalah.
"Buat kamu."Mika memberi kado dan kini dia lagi mau ngambil minum.
"No...no...no..."Lim langsung mengambil paksa botol minuman itu. Alkohol dilarang untuk pasien.
"Dikit aja, ini kan hari besar."Mika manyun.
"Tidak tetap tidak. Tunggu bentar lagi, embak udah ada dijalan."Lim memberitahu kalau embak dirunah udah ada dalam perjalanan buat kirim sarapan.
"Gak seru ih..."Jadilah Mika kini duduk disofa. Dia lagi menyelidiki sesuatu yang aneh.
"Yak....Mika....dari sekian barang yang dijual kenapa kamu pilih korek kuping."Dean berteriak kala melihat kadonya yang gak indah. Rasa antusiasnya buyar seketika.
"Kata Lim harus bermakna dan kamu kan udah tajir kenapa aku harus keluar duit hanya buat beliin kado yang sejatinya kamu mampu beli."Mika jujur tapi itu sakit. Mika pelit tapi gak separah ini juga kali.
"Udah....besok paketnya datang."Lim berbisik kearah Dean. Dia gak mau suasana jadi kacau. Dia udah kurang tidur dan Mika pun malah belum tidur sama sekali. Ditambah Dean yang juga terlihat lelah, kalau dibiarin lama lama nantinya bisa saling bacok.
"Ok....sugermie kan..."Dean malak.
"Tenang, aku kasih sempak paling mahal."Lim membalas. Lim emang the best gak perlu diraguin.
"Emang the best sultan. Terimakasih bro....."Dean jingkrak jingkrak Happy. Demi sempak aja dia bisa seheboh itu. Karena pastinya Lim gak mungkin kasih satu atau dua. Yang jelas pasti datang satu almari penuh. Lumayan kan......dijual lagi. Wkwkwk
....
Sangha masih sibuk didapur nyatanya dia punya kesibukan baru ditempat Dean. Dia lebih lihai dari embak yang biasa nganterin makan buat mereka.
"Ganti sofa kamu, korden bahkan....."Mika kepo, dia langsung menatap nyalang kearah Sangha.
"Sangha yang pilih toh itu juga bagus Amanda suka."Dean menambahkan dan kini dia lagi siap siap buat penutupan minum bersama Lim.
"Oh ......"Lantas Mika tak diam gitu saja dan kini dia lagi berjalan menuju dapur diapartemen Dean. Embak sudah pergi pulang karena dirumah juga banyak kerjaan. Melihat Sangha repot sendiri Mika mulai mencaci.
"Good......"Mika mencibir, dia kini tengah duduk disamping wastafel masih menatap Sangha dan ingin sekali menancapkan garbu dijantung Sangha.
"Bagaimana lukamu. Soal hormon itu?"Sangha mencoba akrab tapi tidak untuk Mika.
"Hormonnya terus berubah, luka tidak perli khawatir karena mengering dengan baik. Tapi....apa kamu sedang main rumah rumahan?"Tanya Mika langsung kepada intinya. Disini dia tidak harus menjaga perasan itu bukan dirinya. Sangha cukup pintar untuk mengerti maksudnya. Bully secara verbal.
"Rumah Dean berantakan aku hanya membantu."Sangha beralasan.
"Ok....nyatanya calon dokter yang harusnya ujian cukup nganggur untuk bermain. Ayolah....ini bukan tempatmu. Jadi pergilah sebelum aku mulai kasar."Mika langsung mulai dengan kata kata menyakitkan dan membuat Sangha tak nyaman. Yaps, memang itu perlu Mika lakukan sebab dia tahu alasan Sangha yang tidak bisa diterima gitu saja. Terlebih Dean itu straight dan sebentar lagi menikah. Sangha tidak cukup baik untuk saling dekat dengan Dean yang polos bego soal hubungan gay.
"Apa yang kamu pikirkan?'Sangha mulai gemetar dan Mika masih tetap pada kemauannya. Yakni menjauhkan Sangha dari Dean. Intinya biarlah yang lurus tetap lurus jangan dibelokin. Kalau udah mau belok baru bantu.
"Kalau kamu tak bisa jujur akan dirimu bahkan tak bisa lari dari keluargamu kenapa aku harus rela biarin kamu ingin mengambil temanku. Sangha aku bukan orang naif tapi aku licik."Mika memberitahu dan kini dia sengaja melempar gelas itu.
Pyarrrr
"Mika....apa kamu baik baik saja."Lim hendak mendekat.
"Tidak usah khawatirkan aku, cuman tergelincir. Lanjutkan saja ngobrolnya."Mika beralasan dan membuat Lim jadi tidak terlalu khawatir.
"Aku tak mau membersihkannya. Ups, Dean baru punya pembantu kan...oh Iya, yang bersih."Mika kasar dan meminta dengan jelas agar Sangha membereskannya.
"Awas kamu!!!"Sangha menggertakkan giginya. Dia kesal akan perlakuan Mika.
"Aku dengar lo....anak yang diasingkan keluarganya untuk keluar negeri agar gak ketahuan kalau punya anak gay."Bisik Mika lembut dan kini diapun tertawa bak lampir yang baru mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Hahahahhaha...."Mika tertawa.
"Apa sich Mika, kesurupan?"Tanya Dean bingung Mika makin aneh.
"Lagi bahagia Dean, lihat lihat...cincin 5m."Mika mengabaikan Sangha dan kini pamer cincinya.
"Sumpah.......gila kamu Lim..."Dean langsung terkeseima akan desain itu bahkan harganya.
"Aku lamar dia cuman ya gitu..."Lim kacau gak ada romantis romantisnya pokok.
"Alah yang penting Mika terima aja beres."Dean menimpali. Toh Mika gak lebay soal ingin lamaran yang romantis.
"Aku terima lah....wajib itu.....Lim itu segala nya ...."Mika sok manis. Tapi aslinya emang manis.
"Iya juga..."Lim kini berjalan kearah balkon sebelumnya dia mencium Mika, sebab dia ingin merokok. Batin Lim itu sangat penat. Iya dia gak perlu romantis tapi duit juga harus ok. Mika biangnya matre.
"Trus kamu Mika. Kenapa hanya kasih korek kuping padahal baru saja lamaran. Kasih kek traktiran yang layak."Dean ingin lebih. Diapun sebenarnya tak mempermasalahkan hadiah konyol Mika.
"Huft....taulah gaji prof itu berapa. Hadeh...jangan aneh aneh deh. Iya kan dokter muda."Melirik Sangha. Mika gak sampai disitu buat bully anak orang.
Sebenarnya Sangha ingin ikut duduk bersama namun keburu Mika nyolot akhirnya diapun urungkan dan memilih pergi untuk mendekat kearah Lim.
Tbc.
Aku gk cek typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yummy (bxb) End
HumorKuy jagain aku, aku uke lucnut. 1 september s/d 17 desember 2020.