89.

389 54 7
                                    

Dean hampir selesai. Dia memang mudah belajar tapi ya gitu namanya operasi bedah tetap aja butuh pengalaman gak hanya belah ambil terus tutup. Dean udah sampai dititik darah penghabisan.

"Kopi!."Tawar Noah yang datang sepulang ngantor. Dia masih berseragam rapi disana.

"Aku hampir muntah karena mendengar kata itu."Dean menolak. Dia sudah kenyang minum kopi biar gak tidur dan tetap terjaga. Dalam dua bulan dia sudah hapal tentang teori pembedahan itu. Tapi Dean tidak belajar untuk pergi mengajar orang. Dia juga butuh praktek.

'Mau jalan jalan?"Tawar Noah karena terlihat disana Dean sungguh stress.

"Apa aku terlihat sesenggang itu. Udah pergilah......"Usir Dean prustasi. Rasa aneh itu mulai pudar karena Mika menyuruhnya belajar tapi kini malah melihat Noah dengan raut wajah khawatir itu.

"Dean....."Noah mengejar Dean yang menjauh darinya. Diapun berhasil menggapai tangan itu.

"Aku hanya mengajakmu jalan jalan. Kamu tetap bisa belajar disana. Ayolah, kenapa kamu menghindariku."Noah bersuara. Jelas Dean sudah lama tidak pernah mencari Noah lagi untuk sekedar menempel. Seolah Dean mengetahui sesuatu tentang perasaannya kemarin //mungkin untuk membantu harinya yang sakit sesaat waktu itu//.

'Stop Noah. Kita tak pernah akrab jadi bersikaplah seperti dulu saja. Dan untuk yang kemarin lupakan!"Dean melepas tangan Noah tanpa melihat kearahnya. Dia gak mau bucin lagi, urusannya kelar kemarin dan kini ada tugas lain yang menanti.

"Tidak bisa begitu....!!"Noah kini menarik tangan Dean kembali sampai Dean kini berbalik kearahnya. Noah langsung memeluk Dean disana dengan erat. Sudah cukup dua bulan dia memikirkannya. Mengejar seseorang itu sangatlah lelah.

"Bisa kita mulai dari awal lagi?"Tanya Noah dia yakin dengan perasaannya dan merasa bodoh kemarin telah mendorong Dean untuk bersama Bianka.

"Apa aku pernah bilang berhenti. Ayolah.....aku harus belajar."Jawaban Dean membuat Noah tersenyum. Memang tak perlu buru buru jadi pasangan. Dia cukup pengalaman disini ditinggal dua kali jadi dia berharap dengan seiring berjalannya waktu dengan buah buah kesabaran maka perasaan itu semakin kuat dan hidup semati sebagai hadiahnya.

"Aku akan menunjukkanmu tempat yang indah. Bawa semua peralatan medismu kamu masih bisa belajar."Noah tersenyum dan kini langsung menyeret Dean untuk masuk kedalam mobilnya.

"Kalau Mika tahu aku bermalas malasan dia akan marah."Dean menolak. Mika kalau marah suka ngungkit ngungkit luka lama.

"Aku sudah minta ijin dan dia oke "Noah terlihat senang disana. Kalau alasan Dean karna takut Mika. Dia sudah ada ijin kok.

"Huft dasar......"Dean mengumpati Mika dia ingin jauh dari Noah tapi malah dikasih bonus jalan jalan.

......

Noah mulai mengemudi dan Dean masih fokus dengan buku bukunya.

"Tadi sudah makan?"Tanya Noah.

"Udah."Jawab Dean.

"Suka musik apa?"Pertanyaan khas orang pdkt.

"Aku gak suka dengerin musik aku lebih suka nonton."Dean membalas. Tapi diapun seolah menghentikan percakapan sebab dia tidak bertanya kembali.

"Bagaimana kalau besok nonton."Noah lupa Dean sesibuk apa.

"Bisa kamu turunin aku didepan?"Tanya Dean malas. Di depan dia melihat halte bus.

"Kenapa eoh, iya iya aku tahu kamu sibuk. Tapi......"Noah menghentikan kata katanya.

"Salahmu sendiri kemarin aku kamu abaikan."Gumam Dean dalam hati diapun pura pura tidur sebelum akhirnya benar benar tertidur.

......

Karena merasa cukup tertidur Dean pun terbangun. Mereka sudah sampai ditempat indah yang ingin diperlihatkan Noah pada Dean. Noah tahu Dean itu suka bunga.

"Woa...."Dean antusias dan kini buru buru untuk turun dari mobilnya. Mereka dibawah bukit dengan hamparan bunga yang indah.

"Milik siapa ini, hmmm kalau dibuat tempat wisata banyak uang pasti."Otak duit ternyata virus mematikan.

"Eh, jangan jangan. Bagusnya bikin villa diatas. Hmmmmmm"Dean lagi berkhayal disana. Berlarian, foto Santuy bahkan nyanyi kuch kuch hotahai.

Eitzzzz lamunan Dean tiba tiba ambyar.

"Jangan bilang karena kamu rindu pns jadi kamu nanam satu hektar bunga ini."Dean suka berkesimpulan sendiri atas dasar ingin membuat benteng benteng hatinya agar gak mudah terbawa perasaan. Dia udah kecewa jadi dia seolah takut untuk memulai.

"Yak....kenapa bahas dia lagi. Dean kamu ya...."Noah menendang kaki Dean gak sengaja. Niat mau becanda tapi dia gak melihat lawannya.

Jelas Dean langsung jatoh. Dean sudah dua bulan gak tidur nyenyak. Fisiknya pun sedikit rapuh karena sudah tidak lagi latihan bela diri.

Krusek....

Karena kontur tanahnya remah jadilah Dean tergelincir langsung kebawah.

"Oh ya ampun Dean....."Noah kacau. Niat romantis romantisan malah terjadi insiden percobaan pembunuhan ini namanya.

......

"Apa kau baik baik saja."Noah langsung membawa Dean untuk sampai ke mobil.

"Bisa ambilkan perban elastis disana!"Pinta Dean karena merasa tangannya kebas tak ada rasa.

"Kamu terluka lebih baik panggil ambulace atau pergi kerumahsakit saja."Noah khawatir. Dia panik sendiri karena gak nemu itu perban elastis.

"Apa kamu lupa, aku bakal ujian kedokteran. Jadi gak usah sembunyiin itu perban elastisnya hanya untuk pergi membawaku kerumahsakit."Dean meminta dengan paksa. Dia kini menyangga tangannya yang sakit setelah dia perban. Dia lakukan sendiri.

"Maaf ya......"Noah meminta maaf.

"Setelah kupikir pikir. Kamu kemarin bisa lulus kepolisian pake jalur apa sich. Masak dasar pertolongan pertama gak tahu."Dean jadi ingin mundur alus tuch. Noah gak sebanding dengan fatamorgananya tentang pria yang keren.

"Ha....ha....ha...."Noah tertawa gaje. Dia ingin terlihat bodoh saja untuk saat ini.

Tbc.

Yummy (bxb) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang