31.

534 80 25
                                    

"Tunggu sebentar."Menahan langkah Dimas.

"Dim....kamu kerja bagai kuda kenapa hanya sedikit yang kamu peroleh?"Mika protes. Bandingannya dia makan sekali bisa habis 100rb x 3 jadi 300rb sedangkan Dimas kerja seharian bahkan hanya tidur 3 jam sehari hanya dapat kurang dari 200. Bahkan dia bagi tiga dan sisanya bisa buat makan.

"Aku yang bayar."Mika mengeluarkan uangnya buat traktir Dimas yang kekurangan gizi itu. Biar Dimas bisa nabung full.

"Aku yang traktir Mika. Kamu sudah membantuku jualan bawang seharian seharusnya aku juga membayarmu. Kalau kamu tidak membantuku hari ini mungkin jualannya akan sepi."Dimas memberitahu. Hari ini karena Mika yang manis itu banyak pembeli yang iba. Ditambah mulut manis Mika sudah terlatih untuk merayu.

"Baru tahu kamu, marketing itu harus mengandalkan fisik, rupa dan intelektual tinggi. Jangan mau diintimidasi Dim.... Kamu jangan berpakaian kumuh.....pakai skincare biar lebih cakep."Omongan Mika nyolot. Ada benernya tapi penempatannya suka salah. Untung Dimas sabar jadi dia gak ngambil hati omongan Mika. Udah ada sisa buat makan aja syukur. Ini Mika nyuruh beli skincare.

"Kalau begitu, bagi baju bekas kamu biar aku bisa samaan cakepnya."Dimas tersenyum tanpa gengsi kepada Mika dan kini dia sembari mengaduk mienya.

"Oh tidak bisa.....Mika tetap yang paling cakep."Kumat sombongnya.

"Iya iya....cepat habiskan keburu Mienya melar."Dimas meminta Mika untuk lekas makan dari pada terus ngobrol karena itu gak akan ada habisnya.

.....

"Itu buat siapa?"Mika kepo. Dimas pakaiannya lusuh tapi sempetin beli baju hangat dan itu untuk wanita.

"Pacar.....oho.....!!"Kesimpulan Mika yang menyakitkan. Dia meledek Dimas yang rela kelaparan demi membeli baju hangat buat pacarnya.

"Bukan....untuk ibuku."Dimas bersuara. Dan Mika tahu itu bohong belaka. Rein sudah memberitahunya. Tapi untuk menjaga perasaan itu Mika hanya diam saja. Toh dia pernah diposisi itu dan baru bisa pisah beberapa waktu lalu.

"Kalau begitu ajak aku ikut menemuinya. Kali aja dia setuju punya mantu kayak aku. Udah manis, suka membantu, baik hati, pinter...."Mika mulai. Sombong itu adalah bagian dari hidupnya.

"Jangan bercanda Mika......aku tidak ada apa apa nya dibandingkan Lim dan Dean."Dimas mengisyaratkan kalau dia juga bisa sejajar dengan kedua teman Mika cuman segi finansial Dimas kalah jauh. Ya kali dikasih makan cinta, laper say.

"Oho....kamu bisa kok cuman sialnya kamu terlalu baik,....dan.....buktinya sayang banget sama ibumu dan Rein. Itu sudah nilai plus."Mika memuji, dia meyakinkan Dimas kalau optimis itu juga harus ada dihidupnya. Optimis merubah nasib untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Soalnya tadi dilapangan Mika tahu sendiri kalau Dimas sering ditipu dan selalu ditawar rendah. Padahal diluar bawang Dimas bisa dijual mahal cuman ya itu. Dimas kurang koneksi dan marketingnya kurang. Jadilah cara kerjanya tidak ada kemajuan. Apalagi kalau ada ibu ibu bilang uang nya gak cukup. Diiyain aja sama Dimas dikasih gak untung.

"Ayolah jangan membuatku malu. Jadi ikut?"Dimas mengajak. Dan kini mengulurkan tangannya.

Cieeee, Mika kegirangan tuch. Gandengan tangan gpp lah daripada enggak sama sekali.

"Iya, aku ikut. Tapi mampir ke toko dulu."Mika ingin membeli sesuatu. Hmmm mampir ketemu orangtua harus bawa oleh oleh.

.......

Sampailah dirumahsakit. Dimas membayar biaya yang sempat tertunda dan Dimas mendapatkan teguran.

"Kalau bulan depan tidak bayar tepat waktu pasien akan dipindahkan kekamar biasa."Suster memberitahu Dimas sebagai walinya.

"Tapi ibu suka tempat itu."Dimas memohon. Sejak tinggal dirumahsakit wanita paruh baya yang dipanggil ibu oleh Dimas tinggal dikamar yang bagus dan menghadap pantai.

"Ayolah Dim, ini sudah 10 tahun kamu menjaganya toh bukan ibu kamu sendiri jadi bantulah semampumu. Kamar biasa tak kalah bagus dari kamar vip."Suster menjelaskan. Dia kasihan kepada Dimas yang terlalu mempertaruhkan hidupnya untuk menjaga ibu orang lain.

"Bulan depan aku akan membayarnya tepat waktu. Aku janji....."Dimas berjanji dan kini dibalas dengan anggukan oleh suster.

"Baiklah...."Suster.

.....

10 tahun Dimas menjaga ibu orang lain. Terus anaknya kemana coba? Ataukah sebatangkara? Aigoooo baiknya Dimas. Tapi terlihat begonya, bantu ya bantu setidaknya seperti apa yang dibilang suster tadi. Bantu semampunya. Dimas juga perlu memperhatikan dirinya sendiri.

Mika yang suka kepo kebangetan tumben hanya diam dan hanya menyelidiki situasi. Dia tak mau menyakiti hati Dimas dan kini dia hanya mengekori Dimas untuk sampai dikamar ibunya.

Dimensia.

Orangtua paruh baya itupun tak ingat siapa puteranya. Dan kini mengira Dimas adalah puteranya. Dan dia kini memeluk erat sambil memanggil manggil nama anaknya.

"Noah.....ibu rindu."Wanita paruh baya itu terus merancau. Matanya buram, namun dia merasakan kedatangan seseorang dan dia sudah hapal betul siapa yang datang untuknya.

"Iya ini Noah, ibu makan dengan baik kan, istirahat tepat waktu."Dimas kini memberikan baju hangat itu.

"Bagimana dengan ujiannmu, apa kau lulus?"Bertanya dan tiap menit bertanya lagi.

"Lulus ibu. Noah sudah jadi polisi sekarang."Memberitahu dan Mika yang melihat hanya diam. Berfikir keras untuk mencerna sesuatu. Ini lebih sulit daripada memecahkan masalah dirumus fisika. Walau dia sempat belajar psikologi tapi tetap ini perlu penelitian.

"Mungkin hanya kebetulan namanya sama."Mika berfikiran positif. Banyak nama yang sama dan gak ada hak paten untuk itu.

.....

"Hey kenapa diluar?'Tanya Dimas menghampiri. Mika menunggu dikursi tunggu.

"Aku tidak mau mengganggu."Mika menjawab dan banyak segudang pertanyaan tapi dia bingung memulainya.

"Ibu sudah tidur. Kita bisa pulang sekarang."Ajak Dimas. Seharian Mika sudah membantu dan kini waktunya untuk Mika istirahat. Dan Dimas bisa mulai mengerjakan pekerjaan yang lain. Mengupas bawang untuk dijual besoknya.

"Boleh aku bertanya?"Mika merasa cemas.

"Tentu."Dimas tersenyum meneduhkan hati. Tau tentang aura wajah Mika yang tiba tiba berubah.

"Apa kau mengenal orang ini?"Tanya Mika sembari menunjukkan foto bersama diponselnya. Kemarin Mika dan Noah sempat berfoto walaupun hanya sekali.

"......."Dimas diam dan pucat tiba tiba.

"Dim......?"Mika menggoyangkan tangan Dimas agar lekas menjawabnya.

"Dimas........."

Tbc.

Sumpah itu menyakitkan.

Yummy (bxb) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang