42.

470 80 9
                                    

"Mah......."Lim teriak teriak histeris kala banyak kiriman paket datang. Ada masker, skincare, bahkan lulur. Yang gak bisa dibayangkan itu satu pabrik datang dirumahnya.

"Apaan sich....."Sang mamah masih sibuk didapur. Mamah Lim yang hobby masak itu kini sedang membuat kue.

"Itu, mamah mau jualan?"Tanya Lim heboh. Ya kali itu habis setahun. Ada ratusan kardus.

"Mika tadi yang pesen. Mau usaha paling.... Usaha agar pacarnya gak berpaling....cuiwiwi...."Sang mamah meledek dan kini kembali fokus untuk memanggang kue.

"Gak lucu....."Lim yang baru pulang kerja kini langsung berlari masuk kedalam kamar dia curiga Mika berbuat yang enggak enggak. Habisnya dari tadi siang dia gak muncul bahkan menelponnya. Lim tahu Mika sibuk di universitas tapi gak lucu kan tiba tiba dia prustasi dan jualan produk pelicin tubuh. Kasih aja rapika kan licin.

......

"Mika......kau didalam...?"Lim masuk dalam kamar. Niat hati disambut dengan senyuman manis yang ada.

"Huek...."Mika muntah lagi pemirsah.

"Salah makan?.....Mika....apa kau baik baik saja....?"Lim panik dan kini mengusap punggung itu agar Mika lebih nyaman.

"Sumpah jadi cantik itu sakit....hyaaaaaa"Mika mengeluh dan menangis lagi. Akhir akhir ini Mika banyak menangis. Akting tapi....

'Cantik.....why?"Lim bingung. Di pemandu sorak pria tak harus pake riasan. Terlebih universitas, tidak perlu jaga penampilan yang ekstra toh Mika ngajarnya fisika. Yang notabennya mahasiswanya pada botak semua.

"Sangha!!"Mika manyun dan kini buka masker. Setelah dia seharian hanya makan kwaci yang akhirnya menimbulkan muntah maka kini beraksi dengan memakai masker.

"No.....no no....itu tidak perlu. Tinggalkan masker itu !!!"Perintah Lim dan kini langsung meminta Mika untuk meletakkan kembali masker itu. Mika punya kulit alami dia kalau pake apapun yang lain di muka pasti langsung iritasi.

"Tapi.....?"Mika ingin lebih kinclong. Melihat Lim peduli pada Sangha sampai memperhatikan tanpa kedip Mika kan jadi iri. Walau aslinya Lim emang matanya suka jlalatan.

"Udah udah, jangan bicarain tentang siapa yang lebih manis, cakep atau pintar, cantik bahkan. Kamu diatas segalanya pokok!!"Lim kini mengambil tumpukan kardus yang nyatanya juga ada didalam kamar. Mau jalan aja susah, duduk dimana juga bingung. Mika memang kebangetan kalo soal obsesi.

"Ah, itu hanya pujian dari pacar."Mika menimpali. Mika tak setuju akan pendapat Lim. Sejelek apapun kalo udah urusan pacar itu tidak mungkin dijelek jelekkan. Pasti dibaikin. Realita itu, banyak boongnya.

"Ya kali aku seperti kamu. Langsung tancap gas kalo urusan bully. Kan bisa sindir halus."Lim jujur kalau Mika suka 2the point kalo urusan bully orang. Tanpa basa basi atau ramah tamah dikit dengan kritikan syahdu lupa kalo yang dibully juga punya hati.

"Kamu masih menemuinya kan?"Mika memicingkan matanya curiga. Gak hanya curiga Mika sengaja kasih foto bukti tentang apa yang dilihatnya. Ketularan si PNS ini mah ceritanya.

"Enggak. Siapa bilang?"Lim bingung. Sangha hanya mengerimkan pesan serta tiket konsernya tetapi Lim tidak menemuinya secara langsung. Sekolah lagi sibuk. Toh, Lim juga gak mau jadi prahara nantinya.

"Aku tadi lihat mobilmu difakultas kedokteran. "Memberikan bukti. Lim menggaruk kepalanya pusing. Ini adalah jiwa Mika yang lain dan Lim baru tahu. Biasa Mika langsung labrak di TKP gak harus nunggu dan sedikit berusaha untuk setara dengan saingannya.

"Hahaha, sejak kapan Mika ku yang manis ini suka kena hoax . hmmmmm."Lim mencubit hidung itu.

"Sejak ada nostalgila datang!! Ini bukan hoax ini fakta.....!!!"Mika emosinya meledak ledak. Tapi Lim malah senyum senyum Santuy. Mika makin manis eoh.

"Udah udah....jangan pernah pikirin Sangha. Soal mobil bukannya Dean kemarin pinjam. Apa kau lupa?"Lim mengingatkan. Dan cemburu itu bikin laper.

"Tapi, kalau Dean pinjam dan berakhir difakultas kedokteran. Kenapa dia kesana?"Heran. Mika bingung dan kini memilih mengambil sekotak susu. Dia lapar pemirsah, dari pagi cuman makan kuaci. Dia pikir makan kuaci bikin ramping. Sangha emang the best uke. Jadi Mika jadi gak pede.

"Tau.....!!!"Lim kini langsung duduk setelah menyingkirkan kotak belanjaan Mika yang seabrek diatas meja kerjanya. Lim hendak melanjutkan kerjaannya.

"Hey Lim.....dirumah itu waktunya istirahat gak kerja gini."Mika kesal. Belum juga Lim makan malam udah kerja lagi. Mandi aja juga belum, Mika gak suka.

"Ribet urusannya Mika, banyak laporan yang rancu.' Lim mengeluh karena banyak laporan eror dan harus teliti banget biar ketahuan salahnya dimana.

"Rancu....?" Mika bingung. Biasanya laporan kan ditangani oleh pihak TU dilanjutkan ke kepala sekolah, kenapa ini harus direkturnya yang repot.

"Banyak yang aneh dalam pembukuan pengeluaran uang sekolah. Dan aku tidak percaya pada semuanya. Aku harus cukup bukti buat negor. Kan masih baru gak maulah di cap sok kuasa. Semua ada prosedurnya, korupsi juga. Karna pasti gak satu orang yang terlibat. Toh, sudah bertahun tahun. Dan gak ketahuan."Lim prustasi. Banyak laporan yang aneh dan dia harus teliti satu satu. Walau itu bukan ranahnya tapi Lim gak mau sekolahnya tutup karena kesalahan segilintir orang.

"Ribet juga ya.....? Ada yang dicurigai?"Mika manggut manggut dan kini kepo akan berkas berkas milik Lim.

"Ah...."Lim lelah.....sangat lelah itu terlihat dari raut wajahnya.

"Aku bantu. Sekarang kamu mandi dulu gih!."Mika mendorong Lim agar lekas bersih bersih dan dia akan bantu untuk mengoreksi dana sekolah.

"Terimakasih Sayang...."Lim mengecup kening itu dan segera pergi ke kamar mandi.

"Bayarin bon nya."Mika berteriak.

"Sumpah mipan......!!!!"Lim melelahkan handuknya tanpa tenaga.

"Mi dalam panci" Mika pikir Lim tengah request menu makan malam.

"Bukan .......!!!!""""Lim menggila dan kini mengacak rambutnya dibawah shower. Sabar itu sungguh terlalu.

Tbc.

Abaikan typo......

Yummy (bxb) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang