99.

358 48 3
                                    

"Hey, bisa bantu olesin salep dipunggungku."Sabin tiba tiba nongol dan kini nyuruh Sano ataupun Siyu yang berkenan untuk mengobati luka dipunggungnya. Sabin sulit untuk menjangkaunya.

"Yak.....!!!!kamu muncul dari mana?!"Siyu kaget. Ada Sabin nongol tiba tiba.

"Dari kamar mandi. Ayolah ini sungguh menyakitkan."Sabin merengek. Tapi dari tadi gak ada yang denger aktifitas apapun disana. Makanya Siyu kaget.

"Aku bantu."Sano langsung meminta Sabin untuk duduk. Dia kini mengolesi punggung merah Sabin dengan pelan. Dia meringis kesakitan sendiri kala melihat punggung itu melepuh serius.

"Mommy mencarimu. Ishhhh...."Siyu masih kesal dan kini melempar bantal kearah Sabin.

"Siyu ah....bisa gak tenang sedikit."Sano lagi konsentrasi disana malah diganggu.

"Siapa yang berkhianat!!"Sabin langsung beteriak dan kini membawa tongkat baseball disana.

"No....no .....no....."Keduanya langsung angkat tangan. Mereka gak mau mati konyol diusia anak anak.

"Siyu bilang Sabin tak ada diloteng. Makanya mommy nyariin."Sano langsung ngacir untuk menyelamatkan diri.

"Siyu....!!"Sabin langsung memberi perhitungan untuk Siyu. Mau pukul dimana? Ayo tinggal pilih. Dan Siyu gak bisa mengadu. Hahaha, mommy atau daddynya aja sibuk diluar nyariin Sabin.

"Karna kamu ngerebut Lili."Masih dengan cinta konyol nya Siyu.

"Lili yang mana?"Sabin melirik Sano. Dia tidak pernah tahu ada orang yang namanya Lili.

"Anjing tetangga?"Sabin bertanya. Mungkin Siyu baper karena pemilik anjing yang anjingnya dia tembak adalah kenalan Siyu.

"Tuch kan, sudah ku bilang. Sabin gak akan kenal kecuali anak anjing di komplek."Sano kini tengah akting didepan Siyu. Dia menggorok lehernya disana. Mencibir Siyu, yang kini tengah melakukan percobaan bunuh diri untuk dirinya sendiri.

"Udahlah Siyu. Ditolak ya ditolak."Ucap Sano diambang pintu. Dia tengah berjaga kalau Sabin benar benar memukulkan tongkat baseball itu, dia akan lebih mudah untuk melarikan diri.

"Jangan bilang kamu udah ciuman dengan dia!"Sabin menghancurkan rak buku itu.

"Mana bisa aku cium dia. Dia aja sukanya sama kamu."Masih dengan kemelut cinta segitiga.

"Baguslah. Sekarang telpon mommy. Minta maaf kalau itu salahmu."Sabin mengancam. Dia siap menghancurkan semua perabotan dikamar itu.

"Iya....iya.....letakkan tongkat mu itu."Siyu ngeri dan kini dia langsung menelpon mommynya.

.......

"Mom, Siyu tadi cuman prank mommy. Hmmm maafin Siyu Eoh....."Nada suara Siyu paling alus. Dia tahu detik detik mommynya bakal memarahinya.

"Yak.........!! Dasar anak durhaka kamu ya Siyu. Udah tahu mommy capek kerja daddy juga. Masih main main tentang keselamatan adekmu. Dan......."Mika ingin tahu tentang gelang gps Sabin.

"Tadi Siyu sengaja letakin acak ditengah kota. Jadi..... Maafin Siyu. Peace love and gaul mom."Siyu sangat hati hati disana dengan nada bicaranya.

"Tidak ada yang boleh pergi untuk lihat kembang api!!Itu hukuman buat kalian."Mika membuat keputusan final.

"Hahaha, kasihan......."Sabin tertawa dan kini dia rebahan diatas kasurnya. Hmmm, dia lagi senyum senyum sendiri dengan kejadian hari ini.

"Yah.....mom....."Siyu menyesal disana. Itu pertunjukan satu tahun sekali.

"Ini gara gara kamu ya Siyu. Pokoknya kamu harus merengek apapun segala usahamu kerahkan. Aku sudah janji sama Leah.....huaaaaaaa."Sano manyun disana. Dia jadi korban kan?

"Hahahahaha....."Sabin tertawa lucnut. Dia sangat senang ketika Sano ataupun Siyu tak bisa pergi. Walaupun dia diajak dia gak bisa lihat juga kan percuma.

Dan kini Siyu dan Sano hanya bisa bernafas lelah.

.......

Sebelumnya.

"Bisa kamu pulang sendiri?"Tanya pria yang membantu Sabin. Karena hari menjelang sore dan kulit Sabin tidak akan terbakar lagi. Maka pria itu berniat untuk berpisah disana.

"Terimakasih eoh....aku bisa."Sabin bersuara dia melihat kearah pria yang ada didepannya. Namun dia tidak bisa melihat jelas disana. Lampu dijalan sudah mulai dinyalakan.

"Kalau begitu aku pulang dulu."Tanpa bertanya ada apa? Mengapa? Pria itu tidak jijik atau ketakutan melihat Sabin. Dan kini dengan ramah pergi untuk melanjutkan aktifitasnya karena tadi tertunda gara gara Sabin.

"Bolehkah aku tahu siapa namamu?"Ucap Sabin tapi pria itu sudah jauh dan Sabin tidak bisa melihatnya.

Hmmm....karena dirasa sudah aman. Kini Sabin berjalan pelan menyusuri jalan. Dia gak bisa ngelihat gays. Jadi sangat jelas Sabin kayak orang buta yang kehilangan tongkat. Dia beberapa kali jatoh bahkan menabrak.

"Dimana rumahmu?"Pria itu ternyata kembali dan menghampiri Sabin.

"Di komplek perumahan elit diujung kota."Sabin bersuara.

"Kita pergi kearah sama. Aku akan mengantarmu."Pria itu hendak memegang tangan Sabin. Tapi melihat disana juga melepuh pria itu jadi gak tega. Diapun berinisiatif untuk menggendong Sabin.

Senyap....

Yang terdengar hanya dentuman jantung yang gak wajar. Sabin digendong pria misterius.

Kyaaaaaaaaaaaaa.

"Jonas....."

"Ha...."Sabin masih sibuk dengan jantungnya.

"Jonas, namaku Jonas kamu?"

"Sabin....."

"Bisa kita berteman?"Jonas ramah.

"Hmmm, tapi aku akan sering menyulitkanmu atau membuatmu sedih."Sabin bersuara. Dia mendengus disana. Mencium bau peliharaan. Mungkin kucing atau anjing. Dan dia sendiri adalah seorang pembantai.

"Bisa diterima. Lain kali jangan pergi sendiri ok. Kalau mau cari masalah. Hehe...."Jonas tadi tahu kalau Sabin lah yang cari gara gara.

"Ish....."Sabin malu pemirsah.....

Tbc.

Yummy (bxb) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang