83.

354 66 7
                                    

Dean ngamuk tuch pulang pulang abis nonton. Bukan karena filmnya gak bagus atau pas dapet kursi yang gak nyaman. Tetapi karena dia tidur Noah marah. Trus apa hubungannya coba. Duduk juga jauh jauhan.

Dia gak pulang lagi ketempat Mika toh dia juga ada apartemen sendiri. Sengaja mematikan ponsel dan kini dia rebahan diatas kasurnya.

"Huft Dean, apa kau yakin akan bertahan?"Dean tengah menanyai dirinya sendiri tentang apa yang dia lakukan berhari hari ini. Langkah untuk mulai menempel nyatanya malah membuat hatinya sakit mulu.

Dia tahu cinta itu apa bahkan kesetiaan itu seperti bagaimana aplikasinya tetapi Dean gak tahu cinta gay itu bagaimana? Apa harus sesakit ini dulu?

Dean mulai langkah langkah absurdnya. Dia hobi banget guling guling diatas kasurnya untuk berfikir.

"Lim menderita cukup lama untuk menyembunyikan rasa suka nya untuk Mika." Dean berfikir sejenak.

"Apa aku harus diam. Dan nunggu dia benar benar melihatku?"Dean berfikir lagi mungkin dengan cara Lim untuk mendapatkan Mika dia bakal dekat dengan Noah dikemudian hari.

"Eits....tapi Lim gak pernah ambil peran itu. Kalau emaknya gak ngeracunin bahkan Mika gak nyodorin tubuhnya Lim juga bakal tetap awet menunggu dalam diam."Dean tiba tiba memukul mukulkan kepalanya dibantal. Lim terlalu sesat untuk diikuti.

"Arghhhhhh....aku kudu gimana?"Dean benar benar bingung. Ini adalah moment pertama dimana dia tertarik dengan seseorang dan ingin menempel terus. Untuk kategori suka sesama pria.

"Apa aku benar benar menyukainya. Atau......?"Dean masih bertanya tanya dalam dirinya. Ekspresinya jelek banget saat kacau.

"Gak mungkin gak mungkin. Ayolah Dean....kamu mungkin cuman butuh teman minum. Soalnya Lim dan Mika jelas akan menolak itu. Meraka wajib selama 9 bulan kedepan puasa minum. Ah.....kan bisa pergi sendiri. Bagus bagus."Dean tengah meyakinkan dirinya. Bahwa ini semua bukanlah hal yang harus diributkan.

.........

"Hahaha......"Dia tertawa gaje tiba tiba saat sadar ada Mika dan Lim udah stay duduk anteng didalam apartemennya.

"Woi maling woi......"Ekspresi kaget sambil nunjuk nunjuk heboh. Antara malu bahkan ingin kabur. Ada dua temannya kini menatapnya horor.

"Sejak kapan kalian disini. Aku sudah rubah kode sandinya."Dean bingung. Dia memang sengaja ubah kode sandinya sebab kemarin Sangha juga tahu dan belum sempat kasih tahu Mika dan Lim. Nah pertanyaannya kenapa keduanya duduk anteng disana, punya jurus nembus pintu?.

"Sejak kamu turun dari mobil tadi. Masuk apartemen lupa gak ditutup. Jalan linglung kayak abis dirampok. Guling guling diatas kasur, mengacak rambut dan......"Mika melirik sadis.

"Stop!!!"Dean menyela. Dia tidak ingin dengar Mika membeberkan curhatan nya tadi. Dia jelas sambil teriak teriak. Tapi kenapa gak menyadari ada orang masuk? Sungguh bego kuadrat.

"Apa sich yang kamu ributkan?"Tanya Mika langsung. Dan dia pindah kekasur nya Dean. Duduk disofa begah. Walau masih awal minggu itu perut belum terlalu gede tapi karna memang ada tiga baby Mika udah mulai merasa gak nyaman duduk lama lama.

"Ya itu....anu....."Bingung ngejelasinnya. Toh Dean aja belum yakin suka beneran atau cuman karena butuh temen. Dean lagi  mengusap punggung Mika.

"Nyamannya......."Keluh Mika yang kini baringan. Lim lagi sibuk dengan berkas kantornya yang dikirim lewat email diHPnya.

"Kalau suka bilang Dean. Jadi Noah bisa putuskan hanya berteman atau pacaran!"Mika memberi solusi.

'Ya kalau semudah itu. Hmmm, Mika dia bukan kamu atau Lim ya. Kalau aku ngomong trus dia gak suka boro boro beteman pasti jadi canggung dan musuhan."Dean lagi pake logika seperti kasus kasus pdkt diluaran sana.

"Hahaha...."Mika tertawa lagi. Itu memang benar.

"Apaan sich, seriusan juga kamu malah ketawa."Dean manyun. Dia butuh perhatian.

"Jangan seperti Lim lho Dean. Dia gak patut dicontoh."Mika masih tertawa disana.

"Iya iya aku salah dulu."Lim meletakkan ponsel nya dan kini mendekat kearah Mika dia mengaku kalau diam bukan satu satunya jalan yang ada disleding orang lain. Balas Lim sembari menggosok punggung Mika. Dean tadi udah kesal karena Mika tertawa mulu.

"Nah, orangnya ngaku itu. Jadi sekarang apa maumu?"Tanya Mika lagi.

"Aku maunya tidak ada wanita antara kita. Mau berakhir berteman atau jadi pasangan aku gak mau ada orang ketiga. Titik!!!!."Dean jujur. Toh dia juga masih bingung tetapi dia kesal kala Noah selalu bawa bawa Bianka. Dean jadi kesal dan berfikir lebih.

"Dia selalu mendorongku untuk pergi dengan Bianka."Dean mulai lagi dengan menengelamkan wajahnya di bantal. Ya masak nonton bareng kursi bisa gak jejer.

"Kamu hanya perlu ngomong ke Noah. Kamu tidak nyaman dengan itu. Kalau kamu hanya diam karna kamu menganggap, udahlah ada Noah juga. Hmmm itu salah....dia gak akan ngerti."Mika memperingati Dean bahwasanya Noah memang tipikal susah mengerti bahkan Noah itu gampang menyimpan sesuatu atas dasar analisanya sendiri. Tanpa pikir ulang bahkan menimbang nimbang untuk bertanya . Asal keyakinan gitu, buah dari pikirannya sendiri. Pokok ada di episode awal.....kalau kalian inget. Bahkan dia yakin pacarnya tidak akan ninggalin dia.

"......."Dean diam dan dia gak menyangkal toh omongan Mika ada benernya.

Tring, saat HP baru dinyalain udah rame aja.

Pesan sms masuk.

"Besok berenang ada waktu?"Noah mengirim pesan.

Dean membacanya malas dan sedang berfikir mau mengirim pesan balasan bagaimana.

"Iya......"

Atau?

"Kalau ada Bianka aku tak mau."

Tbc.

Yummy (bxb) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang