30.

575 84 15
                                    

"Bisa kau bawa pulang saja Mika. Sumpah dia mengganggu."Gerutu Rein kala pawang Mika datang.

"Baru aja semalam. Anggap aja bayaran kamu menjual mobil Dean."Cengir Lim.

"Kan sudah dibilang aku gak nyuri. Haduhhh....."Rein berkata jujur dia memang gak nyuri cuman icip sedikit uangnya buat bayar rokok. Tapi temannya juga gak ditangkap, Dean gak mempermasalahkannya tapi Rein kesal karena harus menanggung dosa dosa itu dengan berurusan dengan Mika.

"Trus sekarang Mikanya dimana?"Tanya Lim karena Mika gak ada. Rumah sempit itu gak ada ruang untuk bersembunyi.

"Dia ikut kakak."Rein menjawab dan dia kini bergegas untuk pergi kesekolah.

"Beneran sekolah?"Tanya Lim kini tertarik untuk berbicara dengan Rein.

"Enggak, mau ngedugem. Ya iyalah kesekolah!!."Balas Rein sembari membawa seabrek catatan yang Lim kenal dengan tulisan tangan itu.

"Mika bikinin rangkuman buat kamu?"Lim bertanya lagi. Sumpah Rein ngedengernya langsung mengusap wajah prustasi. Gak Mika gak Lim keponya minta ampun.

"Iya, dan sepanjang waktu dia terus memberikan mata pelajaran. Hey, apakah Mika semenganggur itu. Kalaupun iya kasih dia pekerjaan."Rein meminta karena melihat Mika klontang klantung gak jelas. Belum ada tujuan kemana. Walau banyak posisi mengantri untuknya.

"Biarkan dia menikmati waktunya. Karena dulu dia sangat terobsesi belajar hingga otaknya agak lelah."Lim menceritakan kalau Mika butuh istirahat.

"Pantesan!!"Rein manggut manggut mengejek. Kalau orang yang terlalu pintar itu juga tidak baik.

......

"Pergi kesekolah bersamaku. Nanti biar aku bawa pulang Mika."Lim kini menuju mobilnya dan memilih mengantar Rein kesekolah saja. Toh, dia hari ini mulai bekerja. Hmmmm, untuk pemula sepertinya dia mulai dari yayasan paling kecil. Lim pergi mengurus SMU yang dikelola keluarganya. Nanti kalau sudah mumpuni dan berpengalaman Lim baru bisa pindah ke yayasan Universitas.

"Janji lo....!!"Rein sumringah karena mendengar Mika bakal diajak pergi dari rumahnya.

"Iya."Lim mengangguk dan kini mulai mengemudikan mobilnya.

Di dalan perjalanan.

"Bukan maksud hati ikut campur ya..... Mending Mika dijauhin sama Noah."Rein mulai perbincangan.

"Memang kenapa hmmm? Soal insiden Noah mendorong Mika di club."Lim tahu tentang itu dan mempunyai kesimpulan kalau Rein khawatir karena Noah sudah mulai kasar.

"Bukan....ini lebih."Rein hendak bercerita.

"Apanya? Apa kamu tahu sesuatu?"Lim ingin mendengarkan lebih tapi keburu mobil terparkir dihalaman sekolah.

"Tidak bisa dicari di internet pokoknya jauhin Mika sama Noah."Rein memperingati dan bergegas masuk kedalam kelas.

"Rein...."Lim hendak mengejar namun nyatatanya bel sudah berbunyi dan diapun juga harus ke kantor.

.......

"Kenapa kamu jadi membututiku?"Rein kesal karena Lim terus saja mengikutinya. Dan kini rein merasa terancam kala peraturan sekolah dilarang untuk merokok dan kini Rein dengan santai tengah merokok digudang yang pernah dia bakar.

"Aku juga ingin merokok."Balas Lim santai, dia ingin mencairkan suasana. Lim tengah membawa proyek sekolah.

"Rein siswa tahun ke dua, nilai dibawah kkm, biaya sekolah sering nunggak, preman sering tawuran, gak ada prestasi prestasinya. Cita cita ingin jadi penjahat."Lim memberikan pengumuman.

"Ya kali, disebutin cita cita jadi penjahat. Aku juga ingin jadi orang sukses. Dokter misalnya."Rein menimpali. Walau masalalu kelabu masadepan gak ada cerah cerahnya diapun punya keinginan juga.

"Baiklah, dokter ya...."Lim mengangguk serius.

"Biaya mahal, koneksi wajib."Rein jadi curhat walau sejatinya diapun gak sengaja.

"Aku bisa wujutin cita cita itu. Tapi dengan satu syarat....."Lim membuat perjanjian.

"Aku tak punya ginjal sehat. Aku perokok aktif."Rein berkesimpulan orang kaya pasti gak mau kalau ngasih gratis.

"Jagain Mika kami. Kalau kamu tahu Noah itu gak baik untuk Mika. Tolong bantu kami buat jagain dia."Lim menginjak putung rokoknya dan kini memberikan proyek sekolah kepada Rein.

"Hey, apa kamu tak ingin tahu apa masalah di Noah?"Rein bertanya. Kenapa Lim setenang itu dan tidak kepo lebih lanjut.

"Aku gak peduli siapa Noah dan apapun yang akan di lakukannya nanti yang penting sekarang semakin banyak yang akan menjaga Mika aku semakin tak khawatir. "Lim tersenyum dan kini meninggalkan tempat sepi itu.

"Apa sich istimewanya Mika, Iuh....menyebalkan iya, agresif aktif bikin merinding. Banyak makan, cerewet, dan......."Rein berfikir keras gak ada bagus bagusnya. Tapi kenapa banyak yang sayang dia bahkan dirinya saja yang kemarin di gudang dan terjadi kebakaran. Diapun tiba tiba bersikap sama. Tanpa pamrih tanpa memikirkan yang lain, yang penting Mika selamat.

"Apaan sich...."Rein memukul kepalanya keras karena tiba tiba membayangkan Mika.

"Kesambet setan kamu...."Sapa temannya dari belakang karena melihat Rein tiba tiba menyakiti diri sendiri.

'Iya, baru ketemu malaikat tapi sumpah......bikin sakit hati."Rein akting menyedihkan.

"Btw, itu apa?"Temannya penasaran dengan apa yang dipegang Rein.

"Baru diberikan sama direktur sekolah. Aku juga tidak tahu isinya " Dan Rein mulai membuka isinya.

"Wah wah......"Melirik mencurigai.

"Aku tahu dia gay. Tapi bukan berarti dia memprofokasiku untuk mengikutinya "Rein membela dan kini tak yakin dengan apa yang dia pegang.

Beasiswa sampai perguruan tinggi dengan syarat. Harus ikut pemandu sorak bahkan gabung di tim nasional untuk olimpiade mendatang.

"Sialan!!!"Rein merasa dia tengah dikerjai.

"Lumayan bro, bisa gabung dengan ciwi ciwi."Ledek teman temannya.

Si preman sekolah ikut pemandu sorak yang notabennya harus ikut menari. Lim memang soluptip.

Tbc

Abaikan typo.

Episode akan panjang gaes, jangan bosen yaaaaa. .......

Yummy (bxb) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang