28.

560 84 10
                                    

"Tindak pindana penculikan, ada dipasal 328 kuhp. Ancaman pidana 12 tahun. Hmmm 5+12 jadi 17 tahun."Mika mulai pelajaran hukum tahap 2.

"Aku gak nyulik kamu, cuman kasih obat bius dan nyeret kamu digudang."Rein beralasan.

"Itu sama aja Rein."Dimas menimpali dan kini membawa keranjang bawang.

"Buat apa itu?"Mika kepo.

"Ngerukiyah kamu. Biar diem....!!"Rein ikut membantu sang kakak.

"Ya kali dirukiyah pake bawang. Kan aku bukan siluman."Mika manyun. Karna baru kali ini dia diberitahu perlu dirukiyah. Hahaha....soalnya dua temannya tidak pernah bahas itu.

"Au ah......"Rein malas ngeladeni Mika.

"Terusss.......aku lanjutin lagi ya. Rein juga terlibat dalam percobaan pembunuhan. Pasal 340 kuhp ayat 1 hukuman mati atau 20 thn penjara. Gak usah belajar itu kamu Rein. Cita cita kok penjahat."Mika mencibir dan masih merancau pembelajaran kilat tentang hukum tahap 3.

"Sekarang cita cintaku gak hanya jadi penjahat."Rein menodongkan pisaunya kearah Mika. Matanya melotot ingin keluar.

"Kondisikan matamu itu. Kasihan dia kalau keluar malem malem."Mika gak nyambung.

Krik

Krik

Krik

Guyonannya garing tapi disini Dimas tak bersikap acuh. Dia masih sering tersenyum agar Mika tak merasa terabaikan.

"Lihat tuch Dimas aja baik."Mika memuji.

"Dia sama semut aja gak berani nginjek. Gak usah GR."Rein menambahkan. Mika manggut manggut.

"Aku manis tahu..... Lihat lihat...."Sok cakep.

"Iuhhhhh....."Rein tiba tiba mual.

"Mika manis....hmmmm."Dimas memuji. Dan yang dipuji sudah terbang kelangit.

"Kok jadi sedih ya? Padahal gak lagi nonton drama."Tanya Mika karena nyium bau bawang.

"Duduklah di sofa ."Dimas menyarankan agar Mika sedikit menjauh dari tempat dia mengupas bawang.

"Suruh pulang aja aku sudah bosan. Kakak tidur duluan biar aku kerjain."Rein melihat jam. Sudah hampir pagi.

"Nanggung."Dimas menolak. Karena saat pagi barangnya harus segera dikirim.

"Besok sekolah kan. Tidur sono!!"Mika mengusir Rein.

Sumpah mie ayam pake telor ceplok. Bolehkan Mika jadi kudapannya?.

Rein memilih mengabaikan dan membantu Dimas yang anteng mengupas bawang.

"Dan...  Soal kebakaran. Itu termasuk tentang perusakan fasilitas umum. Hukuman 2 tahun 8 bulan. Hahahhah......"Tiba tiba Mika tertawa dia tengah menertawakan penderitaan orang.

Jlek
Dimas kaget dan kini pisaunya jatuh. Banyak pelanggaran yang dilakukan Rein.

"Jadi kakak tidak perlu biayain Rein. Rein hanya pindah ke pejara. Anggap aja liburan ke Swiss. Kakak cari pacar gih hidup bahagia."Rein mengambilkan pisau itu untuk Dimas.

"Tapi Rein kamu amanat dari ayah dan ibu. Hmmmm....."Dimas memberi alasan. Tidak hanya amanat dari mendiang orangtuanya tetapi Rein adalah keluarga satu satunya.

"Ku menangis......mendengarkan......"Mika menyanyi. Sumpah gak pada tempatnya.

"Yak......"Teriaknya lagi kala Rein melempar kulit bawang itu.

"Kotor tau.....!!"Mika kesal.

"Kotor itu baik."Rein membalas.

"Yang ada penyakit bego!"Mika nyolot.

"Pura pura pingsan lagi gih!?"Perintah Rein jengah. Mending dia jadi sate tadi digudang daripada mendengarkan Mika yang semangat mengoceh. Habis dikasih mie instan aja terus mengoceh apalagi dikasih daging.

Buang hayati dirawa rawa.

"Bagaimana kalau belajar sejarah. Gatutkaca anak nyai kunti."Mika tersenyum gaje dan Dimas manggut manggut saja ngedengernya tapi tidak untuk Rein.

"Rujak cingur enak nich?"Rein siap dengan pisaunya.

"Apa sich...."Mika tahu Rein ingin menghilangkan mulutnya. Tapi Mika masih semangat hari ini. Tak merasa lelah yang ada batreinya full terus.

......

Tuling

Tuling

Suara sirine mobil polisi terdengar. Dimas meletakkan pisaunya. Dia takut kalau mereka akan membawa Rein.

"Rein mungkinkah kamu tertangkap?"Dimas ketakutan.

"Ada maling pasti. Tidak perlu khawatir hmmmm."Mika mencoba menenangkan Dimas.

"Pulang saja kerumahmu. Aku sengaja memanggilnya."Rein siap pergi kekantor polisi.

"Haduhhh, padahal aku betah lo disini."Mika tersenyum santai.

"Mika, tolong maafin Rein. Dia satu satunya keluarga yang kumiliki."Dimas memohon. Mata itu tulus sembari menggenggam tangan Mika erat.

"Ayolah kakak....."Rein gak tega melihat Dimas terus memohon.

"Maka dari itu. Belajar yang giat, lulus dengan nilai bagus, ambil beasiswa. Dapat pekerjaan bagus, itu baru baik. Gak main di club, dan ....."Mika ingin melanjutkan sesi hukum pidana itu sebelum kembali ke sesi sejarah.

"Rein kamu ke club lagi ?"Dimas memotong.

"Bayarannya lumayan kakak."Rein beralasan.

"Dan waktu itu aku pulang babak belur gara gara dia !!!"Nunjuk Mika kesal sedangkan Mika kini pura pura hilang ingatan.

"Aku cari angin dulu ya....."Mika kabur.

"Awas kamu!!"Rein hendak mengejar tapi Dimas menahannya. Dia ingin bicara tentang Rein yang nyatanya pergi ke club lagi.

.......

"Marah....kesal....benci....usir aja gak usah peduli. Biarkan polisi menahanku. Dan kakak bisa lepas dari penderitaan ini."Rein beralasan.

"Kakak rela berhenti sekolah agar aku bisa sekolah. Bekerja serabutan yang gajinya tak seberapa. Ayolah kakak, menyerah saja ya......."Rein memohon agar sang kakak menyerah tentang dia harus sekolah sampai lulus.

"Biar kakak yang bodoh, biar kakak yang tak sekolah tapi tidak untuk kamu. Rein......."Menaruh harapan lebih.

Lantas Rein meninggalkan Dimas dan kini berjalan mengikuti Mika keluar rumah. Rein siap untuk pergi ke penjara.

Tapi....?

"Dimana polisinya?"Tanya Rein bingung. Sepi diluar padahal tadi riuh karena banyak mobil polisi yang ada dihalaman.

"Aku suruh pulang. Aku ingin tinggal."Jawab Mika santai dan kini masuk kedalam rumah lagi.

"Sumpah......?!!!"Rein memukul kepalanya kasar. Ini lebih mengerikan daripada gak makan selama sebulan.

Tbc.
Abaikan typo.

Yummy (bxb) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang