26.

500 78 12
                                    

Mika membuka matanya. Kakinya diikat serta tangannya. Dia mencium bau lantai kotor. Gelap, karena dia tengah berada gudang bawah tanah yang tidak ada penerangan sama sekali.

Terlihat kerlip lilin menyala karena ketiga pria itu sengaja menyalakan lilin untuk penerangan mereka merokok.

Mika menggeser tubuhnya, mencoba sekuat tenaga melepas tali itu.

"Bayi nya bangun."Seru teman Rein menghampiri Mika. Dia pria yang menaruh ketertarikan pada Mika. Pipi putih itu kini kotor karena debu.

"Lihat Rein, dia masih manis walau penuh debu."Tunjuk teman Rein yang kini membersihkan wajah itu.

"Lalu apa yang kamu lakukan setelah mengetahuinya. Ha...."Rein menimpali dan masih sibuk merokok.

"Bolehkah aku menciumnya?"Tanya temannya minta ijin dan dia sengaja mendekatkan wajahya. Dia merasa perutnya penuh. Ini hal pertama yang dilakukannya yakni mencium seorang pria. Jadi butuh keyakinan yang cukup besar.

Dammmm...
Mika memukul kepala pria yang kurangajar itu dengan kepalanya. Pria itu langsung berteriak kasar dan marah. Memukul Mika dan menendangnya lagi.

"Sialan, mati kau!!!!"Dia terus menendang tanpa ampun sampai Rein yang melihatnya tak tega dan membawa temannya pergi.

"Ayolah, belum waktunya. Biarkan dia meminta pembebasan dulu."Rein mencoba menenangkan temannya.

"Ini sakit tauuuu"Temannya manyun.

"Ah, habiskan rokoknya dan kita mulai eksekusinya. Dibuang atau dikubur ya....?"Rein berfikir.

"Kalian itu kenapa sich, seharusnya pergi belajar!!"Mika berusaha duduk dan mulai ceramah.

"Orangtua kalian bekerja untuk biaya sekolahmu, tinggal belajar apa susahnya."Mika marah marah.

"Banyak bacot kamu. Anjing!!"Teriak teman Rein.

"Anjing mah menggonggong kafilah berlalu." Mika mulai pembelajaran pertama.

'Apa kamu bilang?"

"Kamu tahu apa artinya?"Tanya ketemannya yang lain.

"Ya enggak tahulah. Nilai aja dapat satu syukur."Rein tertawa.

"Btw kenapa dia gak meminta tolong, atau apalah buat nego."Bisik teman Rein yang melihat Mika hanya pasrah saja.

"Katamu dia anak orang kaya."Pikir temannya Mika anak orang kaya karna punya pengawal. Tapi sebenarnya lebih dari itu.

"Apa kau mengingatku?"Rein mendekat dan menatap Mika.

"Terimakasih atas bantuanmu waktu lalu. Mungkin ini terlambat tapi aku tidak pernah melupakanmu."Mika bersuara.

"Tapi yang kamu lakukan tadi?"Mengigatkan kejadian saat ketemu dikoridor sekolah.

"Aku sudah terlambat dan temanku memanggil maaf ya....membuatmu kesal."Menampilkan wajah malaikat. Sumpah hati siapa yang gak luluh.

"Mulai jatuh cinta kamu Rein. Jadi atau enggak?"Tanya temannya yang kini membawa karung. Siap untuk membawa Mika untuk dibuang diluar .

"Ya....jadilah!!"Rein membuang putung rokoknya tanpa menginjaknya.

"Kalau mau buang aku. Hilangkan dulu jam tangan ditanganku."Pesan Mika. Karena belum sempat membuang Mika mereka akan tertangkap.

"Apa ini?"Teman Rein melihat jam itu tidak ada yang mencurigakan.

"Hadiah dari mantanmu yang berengsek kemarin?"Tanya Rein lagi. Kali ini dengan nada rendah. Jauh dilubuk hati yang dalam pasti ada hati yang salju.

"Bukan lah... Kalian akan tertangkap kalau jam ini masih hidup."Ucap Mika memberitahu.

Prakkkkkk
Teman Rein memukul jam itu dengan tongkat besbal. Jelas jamnya rusak tapi gelangnya masih menempel dan tangan Mika terluka berlumur darah.

"Yak......."Teriak Rein karena melihat temannya yang brutal.

"Aish...ayolah Rein selesaikan ini dan kita pesta." Teman Rein kesal karena Rein mulai berbelit belit.

"Berapa jam aku disini?"Tanya Mika lagi.

"Dua jam."Rein membalas.

"Pergilah dan jangan sampai terlihat. Mereka tidak akan membiarkanmu lolos."Pesan Mika agar para remaja itu pergi.

"Sial....didepan banyak orang."Teman Rein melihat dari lubang pintu dan kini turun lagi melewati tangga memberitahu.

"Sebenarnya siapa kamu?"Tanya Rein. Karena tahu keadaan makin kacau.

"Aku punya dua papah mafia, temanku pemilik gedung sekolah ini, satunya anak kepala kepolisian serta jaksa. Kamu tidak akan mudah lolos."Mika tertawa dan saat itulah teman Rein murka dan memukul Mika lagi.

"Setidaknya aku harus melenyapkanmu sebelum akupun mati."Teman Rein memukul Mika.

"Kalian pergi biar aku yang mengurusnya."Rein menahan temannya karena ingin menghabisi Mika dan Rein meminta teman temannya untuk pergi saja lewat pintu rahasia sebelum mereka pun tidak akan bisa lolos.

"Aku akan tetap bersamamu."Teman Rein tak ingin meninggalkan Rein.

"Pergilah!!!! Kalian tidak akan bisa melewati ini."Rein tahu situasinya dan Mika masih tersenyum sarkas.

Rein meminta teman temannya keluar. Dan saat itulah Rein dan Mika tinggal berdua.

"Kenapa tidak ikut memukul?"Mika bertanya.

"Untungnya dikamu sial diaku."Rein menimpali. Mika untung karena patah hatinya jadi lenyap tanpa beban karena the end. Sedangkan dia, akan tertinggal sendiri.

"Tuch pinter."Mika tersenyum lagi.

'Kalau kamu marah atas sikapku tempo lalu. Aku sungguh minta maaf, tapi aku juga kaget tadi saat bertemu denganmu. Kenapa anak SMU sepertimu ada diclub. Apa orangtuamu tahu?'Tanya Mika tanpa mengeluh sakit walau tubuhnya memar bahkan berdarah.

"Aku tidak punya orangtua. Lantas apa pedulimu, suka suka aku. Hidup hidupku....."Rein menambahkan. Dia meluruskan kakinya dan merokok kembali.

"Setelah keluar dari sini belajar yang giat dan raih mimpimu."Mika bersuara. Karna Mika tahu Rein hanyalah pria yang masih mencari jati diri belum tahu apa konsekwensi yang bakal dia timbulkan akibat perbuatan konyolnya. Tapi melihat dari dalam dia cukup baik tak ingin temannya terlibat lebih jauh bahkan menolongnya kemarin itu cukup membuktikan kalau Rein itu baik cuman punya masa lalu buruk yang mungkin membuatnya jadi pria jahat.

"Hahaha....aku terlalu miskin untuk meraih mimpiku."Balas Rein sebelum menyadari kalau ternyata putung rokok yang pertama dia lempar tadi menimbulkan api. Gudang yang isinya kertas dan kayu langsung terbakar dan terjadilah kebakaran hebat.

"Rein......"Teman temannya mencoba membuka pintu itu nyatanya sama Rein dikunci dari dalam.

"Rein................"

Tbc
Abaikan typo.

Yummy (bxb) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang