16.

752 94 38
                                    

Maaf, aku edit ulang. Kesalahan teknik.

.....

Mika terus menyerang Dean kini hanya bisa menangkisnya tanpa melawan. Dia tak mau melukai Mika. Dean tahu Mika tengah marah dan baru keluar rumahsakit. Tapi saat Dean sedang latihan bela diri Mika tiba tiba menyerangnya dari belakang.

Jlammm, tubuh Dean terbanting dan kini Mika menguncinya. Beberapa kali Dean memukulkan tangannya kelantai kayu itu tanda dia menyerah dan akhirnya Mika pun melepaskan Dean.

"Apa kamu sudah tak pernah berlatih lagi?"Tanya Mika mencibir kala Dean yang performanya mulai kendor.

"Dasar, aku sibuk ujian. Itupun gara gara kamu." Balas Dean dan kini memilih rebahan dilantai sembari mengatur nafas. Mika terlalu semangat untuk menyerang.

"Kan kita memang ikut akselerasi biar cepet lulus di dua tahun masa belajar."Mika tersenyum kearah Dean dan kini berbaring miring agar jelas untuk melihat Dean.

"Iya, buat kamu gampang tapi buatku itu cukup menguras otak. Dan lihat Lim sudah mulai kurus tuch."Dean juga memikirkan Lim yang stres berat.

"Ujian sudah selesai, dimana kamu akan tinggal?"Tanya Mika karna tahu Dean belum membawa satupun tas kerumahnya tanda dia akan pindah. Karna sudah waktunya mereka mulai memutuskan untuk pergi magang kemana sebelum skripsi. Jadi tempat tinggalnya pun juga dipikirkan.

"Aku akan tinggal di.....?" Dean tak mau membicarakannya. Kalau dirinya berniat untuk tinggal diasrama.

"Aku akan pindah bersamamu."Mika kini mendekatkan tubuhnya kearah Dean wajah itu hanya berjarak beberapa cm saja. Bahkan nafas itu menabrak masing masing pipi mereka.

"Apa kau sadang bercanda?"Dean kini memilih berpaling dari Mika tetapi Mika malah terus saja mendekat.

'Aku tidak sedang bercanda, memang sudah waktunya aku meninggalkan rumah kan? Mamah sudah tenang disana." Mika memegang tangan Dean kuat. Disana Deanpun hanya diam dan membiarkan Mika mulai memudarkan rasa takutnya.

"Apa kamu yakin?"Tanya Dean lagi meyakinkan tentang keputusan Mika. Sebenarnya ini waktu yang ditunggu bertahun tahun dimana Mika bisa meninggalkan rumah dan melupakan kejadian buruk itu. Kemarin Mika tetap tinggal karena ingin terus memikirkan hal baik yang terakhir ibunya lakukan padanya tetapi tetap saja. Diapun juga mengingat dengan jelas suara tembakan itu dari arah dapur.

"Tapi aku tidak mau diasrama. Bisakah kita pergi ke kondonium saja."Minta Mika, dia matre diapun juga realistis. Diasrama itu sempit, tidak ada ac, tidak boleh dapat kunjungan bebas bahkan mereka harus berbagi kamar mandi.

"Apa kamu punya uang?"Tanya Mika lagi. Dan diapun menunjukkan uang tabungannya. Cukup untuk menyewa kondonium setahun kedepan.

"Simpan uangmu. Orangtuaku tidak menyita kartu debit ku Mika. Malah sekarang aku dapat lebih jadi kita bisa pindah bersama."Dean kini hendak melepas genggaman tangan Mika namun Mika kini langsung menempel kearah Dean dan tak mau melepas pelukan itu. Dean yang mendapatkan pelukan tiba tiba itu hanya diam. Setidaknya dia bisa sedikit melepas rasa sesaknya karena kedua orangtuanya yang bercerai.

"Dean......"Mika terus memeluk Dean.

"Mika hentikan aku sudah  merasa sesak....."Dean hendak melepas tapi Mika tetap memeluk erat. Apa boleh buat Deanpun akhirnya membiarkannya.

"Apa perlu aku putus dengan Noah?"Mika meminta pendapat.

"Aku tahu siapa dia."Mika bersuara lagi. Mendengar itu Dean merasa terluka.

"Apa Lim memberitahu?."Tanya Dean karena awalnya ini adalah rahasia.

"Sampai kapan kamu terus membodohiku. Aku tahu siapa Noah dan bagaimana tentang dia tapi.....aku menyukainya."Mika berkata jujur. Ingin lepas tapi dia terlalu mencintainya.

"Bagaimanapun kesalahan orangtuanya bukan berarti anaknya juga harus menanggungnya Mika. Kalau kamu menyukainya dan ingin bersamanya pegang erat tangannya dan jangan biarkan keraguanmu membuat hatimu menjadi gelap."Dean memberi tahu Mika karena Noah juga punya hak untuk bahagia.

"Dean, bukannya kamu....?"Mika penasaran. Karena sikap Dean terlalu berlebihan akhir akhir ini.

"Cemburu. Hmmm iya aku cemburu karena kamu lebih memikirkannya daripada aku, tapi saat kamu bahagia aku juga bahagia " Dean menyentuh wajah Mika. Menyentuhnya pelan dan menatap tepat di manik matanya.

"Ish ishhhh, drama picisan mulai lagi. Geser geser....."Lim datang dan membelah adegan pelukan itu. Diapun duduk diatara keduanya.

"Jangan peluk aku Mika. Kamu bukan bayi!!"Tolak Lim langsung saat Mika terus mendekat dan berniat memeluk Lim tetapi yang dimaksud langsung memberi batasan.

"Pelit Lim Pelit...."Mika mengumpat dan diapun marah.

"Pelitnya aku tidak didompet."Lim menimpali. Dia sudah hapal Mika.

"Kapan kita party lagi. Ya ampunnnn, sudah lama aku gak minum gegara ujian konyol itu."Memamerkan saldo uang sakunya yang utuh.

"Beliin aku mercy kalo gitu daripada bingung ngabisin uangmu."Mika kini duduk dan lagi lagi ingin menempel kearah Lim.

"Sudah dikatakan, menjauhlah!!!"Lim menyingkirkan tangan itu dan mengusir Mika jahat.

"Dean lihat.   .....lihat apa yang dilakukan Lim."Mengadu dengan suara rengekan itu.

"Lim...."Dean memperingati Lim dan kini menggapai tangan Mika agar Mika mendekat dan kini Dean pun memeluknya.

"Teletabies kena banned. Jangan ingatkan aku karena gak ada acara anak yang bagus di tv."Lim mulai ngelantur.

Diabaikan.

"Mika ikut pindah, bagaimana denganmu?"Tanya Dean kepada Lim.

"Baguslah...Aku akan tetap dirumah. Sesekali nanti mampir buat minum."Lim kini juga meminta pelukan. Dan ketiganya terlihat berpelukan seperti bocah.

"Apa kita seakrab ini?"Mika melepaskan pelukan Lim. Dia masih mendendam.

"Enggak, aku terlalu mencintai kaliannnnnnnnnn"Lim tersenyum ria dan kini meminta pelukan lagi.

.....

Tbc

Yummy (bxb) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang