Mimpi Buruk

757 120 15
                                    

"Ishar, gue suka sama lo dan gue yakin lo juga suka sama gue." Ujar sosok yang tersenyum tajam ke arah Ishar yang sudah berdiri ketakutan.

"Jangan seperti ini, gue nggak ada perasaan lebih buat lo. Bagi gue, lo hanya teman satu tim perlombaan gue." Ucap Ishar.

Keadaan Ishar sekarang sangat berantakan, hampir semua kancing seragam Ishar terbuka. Sosok laki-laki bermata tajam di hadapan Ishar sekarang menatap Ishar dengan tatapan nafsu.

Laki-laki itu menghimpit tubuh Ishar ke dinding. Laki-laki itu mendekati wajahnya ke leher Ishar untuk menghirup aroma vanilla yang menggoda.

Tangan laki-laki itu menyentuh tengkuk Ishar dan seketika membuat perasaan Ishar semakin ketakutan.

Laki-laki itu juga mencium leher jenjang Ishar dan detik itu juga tangan Ishar menggapai sebuah tabung kaca yang ada di dekatnya. Ishar pun langsung memukul kepala laki-laki itu dengan tabung kaca itu.

"Akh!!!! ISHAR!!!" teriak laki-laki itu dengan kepala yang berdarah.

Ishar yang melihat bajunya di penuhi darah karena darah laki-laki itu hanya menatap dengan tatapan kosong. Tanpa rasa takut Ishar mengambil pecahan kaca yang ada di lantai.

"Lo sudah berani sentuh tubuh gue!" Ishar berjalan menghampiri laki-laki itu dengan tangan yang menggenggam pecahan kaca.

Dari tangan Ishar mengeluarkan tetesan darah yang mengalir karena Ishar menggenggam kuat pecahan kaca di tangannya.

"Lo cewek gila Ishar!" Laki-laki itu melempar barang- barang ke arah Ishar.

"Apa bagi lo ini menyenangkan bisa nyentuh tubuh gue?!" Ishar mengarahkan pecahan kaca ke leher laki-laki itu.

Ketika Ishar melihat bayangannya yang ada di cermin, Ishar melihat dirinya sedang tersenyum menyeringai yang mengerikan.

"Tidakkkkkk!" Seketika Ishar pun bangun dari tidurnya dengan wajah yang di penuhi keringat.

Tidak lama kemudian pintu kamar  Ishar pun terbuka dan menampakkan Lian yang khawatir. Lian langsung menghampiri Ishar ke tempat tidur.

"Lian, laki-laki itu muncul lagi. Dia mencoba menyentuh gue lagi Lian!" Ishar gemetar ketakutan dengan tangan yang menggenggam erat tangan Lian.

Lian yang melihat Ishar sangat ketakutan pun langsung memeluknya dengan hangat. Lian mengelus punggung Ishar agar menenangkannya.

"Ishar tenanglah, gue akan jagain lo. Laki-laki itu tidak berani lagi buat ganggu lo." Lian mengusap kepala Ishar lembut.

"Hiks...Lian, gue anak yang buruk...hiks..."

"Lo anak yang pintar Ishar, gue bangga punya adik kaya lo. Lo adik terbaik bagi gue." Ishar semakin mengerutkan pelukkannya pada Lian.

Lian sangat sedih melihat Ishar yang seperti ini. Lian tidak ingin adik kesayangannya mendapatkan hal buruk karena lepas dari pengawasannya.

Setelah beberapa menit kemudian, Lian merasakan pelukkan Ishar mulai mengendur. Dengan pelan Lian mengurai pelukkannya dan meletakkan kepala Ishar ke bantal karena Ishar sudah tertidur.

Lian menarik selimut Ishar sebatas dada. Tangan Lian dengan pelan mengelus kepala Ishar, Lian menatap iba wajah Ishar yang masih terlihat sembab.

"Maafin gue, dulu gue belum bisa jaga lo dengan baik." Ucap Lian pelan.

Lian merasa bersalah karena Ishar mendapatkan perlakuan buruk di masa lalu dan sekarang malah membuat Ishar saat trauma.

Setelah memastikan Ishar tidur dengan nyaman, Lian pun keluar dari kamar Ishar dan kembali ke kamarnya yang ada di samping kamar Ishar.

INCUBO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang