Perubahan Cahaya

237 57 8
                                    

"Sayang...buka pintunya. Kamu sudah tiga hari nggak makan Ishar." Ucap Laura yang berada di depan pintu kamar Ishar.

Laura menghela nafas berat dan melirik ke arah Ivan yang berdiri di sampingnya. Ivan pun hanya bisa menggelengkan kepalanya, mereka berdua pun khawatir dengan keadaan Ishar sekarang.

Setelah insiden yang terjadi di sekolahan, Ishar mengurung diri selama tiga hari. Bahkan Ishar tidak mau makan sedikitpun.

Mereka pernah memaksa diri untuk masuk dengan meminta Lian masuk lewat balkon tapi Ishar malah melempar semua barang di dalam kamar sambil berteriak.

"Baiklah sayang. Kalau kamu butuh sesuatu, kamu bisa panggil papih sama mamih." Ucap Ivan lembut.

Setelah mengatakan hal itu Ivan membawa Laura menuju kamar untuk menenangkannya. Karena setelah mengetahui kebenaran tentang Ishar, Laura selalu merasa bersalah.

Tapi berbeda dengan Ishar yang sekarang berbaring meringkuk di lantai dengan beberapa pecahan kaca dan barang-barang yang berserakan.

"Kenapa? Kenapa harus kembali terulang?" Ucap Ishar pelan.

"Ini bukan salahku, kenapa semua orang menyalahkan ku. Mereka mempercayai rumor dari pada kebenarannya." Ishar tersenyum miris ketika mengingat ucapan orang-orang yang menghinanya.

Setelah itu Ishar bangun dan berjalan menuju balkon tanpa merasakan rasa sakit di kakinya saat menginjak pecahan kaca yang berserakan di kamarnya.

"Apa Abi akan membenciku setelah mengetahui hal ini? Aku sangat merindukannya..." ucap hati Ishar dengan menatap langit hitam yang gelap.

"Ishar..." suara berat yang memanggil Ishar membuat Ishar pun tertegun.

Ishar mengalihkan pandangannya pada pohon besar yang ada di dekat balkonnya. Mata Ishar berkaca-kaca saat melihat sosok Abimanyu yang bersembunyi di dahan pohon dengan hoodie berwarna hitam.

"Abi..." air mata Ishar pun seketika mengalir di pipinya dengan senyuman di bibir pucatnya.

Abimanyu yang melihat keadaan Ishar yang memperhatinkan membuat Abimanyu segera melompat ke balkon dari dahan pohon itu.

"Ishar, lo ngg-"

"Abimanyu..." Ishar langsung memeluk Abimanyu dengan erat dan menyebut nama Abimanyu dengan suara yang bergetar.

Abimanyu menatap Ishar dengan Iba dan mengeratkan pelukannya. Perasaan Abimanyu semakin khawatir karena saat Abimanyu memeluk Ishar, dirinya mengetahui bahwa tubuh Ishar sedang tidak baik.

"Semua akan baik-baik aja Ishar, lo percayakan sama gue?" Abimanyu mengangkat wajah Ishar agar menghadapnya.

"Abi."

"Ya?"

"Abi, apa lo membenci gue?"

"Untuk apa gue membenci lo? Lo sekarang adalah bagian hidup gue, bagaimana bisa gue membenci lo Ishar."  Tangan Abimanyu mengusap pipi Abimanyu.

"Terima kasih..." Ishar tersenyum manis dengan air mata yang masih mengalir.

Tapi kemudian perlahan pengelihatan Ishar mengabur dan mulai kehilangan kesadaran.

Abimanyu terkejut ketika Ishar yang hendak terjatuh tapi dengan cepat dirinya menahan tubuh Ishar. Mata Abimanyu bergetar ketika melihat lantai yang terdapat jejak kaki Ishar penuh darah.

"Ishar?!" Teriak Abimanyu dan langsung mengangkat tubuh Ishar ke tempat tidur.

"Demam?! Bagaimana bisa dia demam separah ini bahkan kakinya juga berdarah!" Abimanyu seakan kehilangan akal saat melihat kondisi Ishar yang cukup parah.

INCUBO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang