Korban untuk Kursi

183 23 3
                                    

Lian baru saja keluar dari mobil, dan berjalan masuk ke dalam bar milik Jhosep. Saat Lian masuk, terlihat Sean sedang minum vodka bersama Jhosep.

"Bagaimana keadaan mamih lo setelah bertengkar sama kakek lo?" Tanya Jhosep sambil melempar botol air soda.

"Papih segera membawa mamih ke Singapura. Papih khawatir kalau mamih kembali depresi seperti dulu." Ujar Lian dengan wajah yang sangat lelah.

"Kadang gue bingung liat orang kaya kakek lo, kenapa mereka selalu tidak puas. Bahkan mereka tidak ragu menjamin kebahagian anak ataupun keluarganya yang lain. Bukankah itu terlihat seperti sampah." Ucap Sean saat meletakkan gelas vodkanya.

Sean sangat membenci hal itu karena Sean juga sangat mengerti dengan perasaan itu, saat dirinya di buang oleh orangtuanya sendiri.

Sean anak dari hasil hubungan di luar nikah membuat keberadaannya sangat tidak di untungkan. Ayah yang tidak bertanggungjawab, dan ibu yang membuang anaknya sendiri ke panti asuhan yang membuat dirinya mendapatkan siksaan bertahun-tahun.

Tapi saat umurnya 6 tahun, Sean mengetahui kebenarannya. Bahkan kebenaran bahwa ayah dan ibunya menikah dan memiliki seorang anak lagi, dan tentang ayahnya yang memiliki istri dan anak lain membuat kebencian Sean semakin dalam.

"Itulah kenapa gue memilih hidup bebas dan melepas semua hubungan keluarga besar dan harta milik orangtua gue. Gue nggak akan memilih hidup penuh tekanan." Ucap Jhosep.

Lian dan Sean pun tertawa mendengarnya. Lian tau meski Jhosep mengatakan dirinya sudah melepaskan semuanya tapi sebenarnya Jhosep selalu ada untuk keluarganya.

Di saat mereka asik saling berbagi suka duka, handphone Jhosep terdengar notifikasi pesan yang baru saja masuk. Jhosep segera membuka pesan itu yang ternyata dari Abimanyu.

Abimanyu
Cari tau tntng klrg Orsana.

Jhosep pun segera memperlihatkan pesan itu pada Sean dan Lian. Lian mengerutkan keningnya ketika membaca nama Orsana sambil memijat pelipisnya.

"Kenapa? Apa lo tau tentang keluarga Orsana ini?" Ujar Sean saat melihat Lian yang seperti ingin mengingatkan sesuatu.

"Kayanya gue kenal...OH! gue ingat sekarang! Orsana salah satu penanam saham di perusahaan papih dan dia juga adalah kandidat terkuat dari partai kakek." Ucap Lian antusias.

"Kandidat?!" Jhosep terkejut mendengar ucapan Lian.

"Ya, bapak Rama Shena Orsana adalah kandidat terkuat kakek yang akan maju ke kursi dewan."

"Firasat gue buruk tentang ini." Ucapan Jhosep sontak membuat Lian dan Sean menatap Jhosep penuh tanda tanya.

Sedangkan di tempat lain, Abimanyu sedang berada di ruang operasi. Terlihat tangan Abimanyu dengan lihai menggunakan pisau bedah itu.

Mata Abimanyu melirik sekilas ke arah jam dinding dan Abimanyu ingin segera menyelesaikan operasinya ini dengan cepat.

Abimanyu ingin segera kembali ke rumah singgah untuk menemui Ishar. Abimanyu harus meninggalkan Ishar disana karena Abimanyu mendapatkan telpon darurat dari rumah sakit.

"Operasi sudah selesai dokter." Ucap suster yang ada di sampingnya.

"Baiklah, bereskan ruangan. Aku ada urusan." Ucap Abimanyu dan segera berjalan keluar dari ruangan operasi.

Saat di luar Abimanyu segera melepaskan baju operasi dan membuangnya ke tong sampah. Abimanyu melangkah dengan cepat menuju parkiran mobilnya.

Abimanyu masuk ke dalam mobilnya dan dengan cepat melanjukan mobilnya menuju rumah singgah keluarganya.

INCUBO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang