Adu Mulut

1.6K 136 31
                                    

"Hari ini yang mendapatkan nilai yang bagus hanyalah dua orang, Abimanyu mendapatkan nilai 100 sedangkan Ishar mendapatkan nilai 98." Ucap pak Arif membacakan nilai yang berdiri di depan papan tulis.

"Cih! Kenapa cowok brengsek itu lagi sih dapat nilai sempurna?!" Runtuk Ishar yang kesal sambil meremas lembaran ulangan miliknya.

Sedangkan laki-laki yang duduk tidak jauh dari tempat duduk Ishar yang tak lain adalah Abimanyu, menatap lembaran ulangannya dengan tatapan datar.

Abimanyu pun langsung menaruh lembaran ulangan tersebut di kolong meja. Terlihat tumpukkan kertas ulangan dengan nilai yang tinggi berada di kolong meja Abimanyu.

Tidak lama kemudian bel istirahat berbunyi. Pak Arif pun segera mengakhiri pelajaran.

Ketika pak Arif sudah keluar dari kelas, Sultan dan Bimo yang duduk di paling belakang segera menghampiri Abimanyu yang duduk menyender di kursinya.

"Gila bro! Kali ini lo lagi yang dapat nilai sempurna!" Ujar Sultan seraya menepuk pundak Abimanyu.

"Biasa aja." Abimanyu tidak terlalu suka mendengar pujian untuk dirinya.

"Kayanya nggak ada yang bisa ngalahin lo deh." Bimo merasa tidak ada orang yang bisa mengalahkan sahabatnya itu.

"Kata siapa nggak ada? Gue bisa ngalahin dia!"  Sahut Ishar yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Bimo.

Abimanyu yang mendengar ucapan Ishar hanya tersenyum menyeringai. Sedangkan Ishar menatap tajam ke arah Abimanyu.

"Neng Ishar jangan marah dong, entar cantiknya hilang loh." Goda Sultan dengan mengedipkan matanya.

"Bullshit!" Ishar mengacungkan jari tengahnya kepada Sultan dan sontak membuat Sultan terdiam.

"Untuk lo, jangan berlagak lo paling pintar di sini." Tunjuk Ishar ke arah Abimanyu.

Setelah itu Ishar langsung keluar dari kelas, Abimanyu seketika tertawa kecil saat mendengar ucapan dari Ishar.

Sultan dan Bimo pun terkejut karena ini pertama kalinya Abimanyu tertawa karena seorang perempuan.

Ishar berjalan di koridor dengan wajah yang kesal, hingga tiba-tiba ada seseorang yang merangkulnya dari belakang.

"Lian! Jangan ganggu gue." Ishar melepaskan rangkulan itu dengan paksa.

"Lo kenapa sih? Baru juga istirahat, kenapa lo kek bete banget?" Lian mencubit pipi Ishar gemas.

"Gue lagi kesel sama orang Lian." Lian yang mendengar hanya bisa tertawa.

Setelah itu Lian menggenggam tangan Ishar lembut. Ishar hanyar bisa memasang wajah cemberutnya tanpa ada niatan melepaskan genggaman tangan Lian.

"Apa ini karena Abi lagi?" Tanya Lian sambil menggandeng tangan Ishar menuju kantin.

"Gue kesal sama dia Lian. Selalu dia aja yang jadi nomor satu dan gue selalu berada di belakang dia." Ishar sangat kesal ketika membayangi wajah datar milik Abimanyu.

"Udahlah Is, bagi gue lo tetap pintar kok meskipun lo nggak dapat peringkat pertama." Lian mengelus kepala Ishar dan memberikan pengertian yang lembut.

"Tapi, papih dan mamih suka anak yang pintar. Gue harus bisa dapat peringkat pertama, dan gue bisa minta mereka buat pulang kerumah lagi." Ujar Ishar dengan kepala yang tertunduk.

Ishar ingin sekali mendapatkan peringkat pertama agar orang tuanya bisa pulang kembali ke rumah. Sudah hampir 4 tahun orang tua Ishar tidak pernah pulang kerumah.

"Ishar dengar gue. Meskipun tidak ada seorang pun yang mengakui kehebatan lo, tapi masih ada gue yang selalu ada disamping lo." Lian mengusap mata Ishar yang sudah mulai berair.

INCUBO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang