Yang Tersisa

167 26 0
                                    

"Mamih, kemana Gama?" Tanya Ishar pada Laura yang sekarang ada di dapur.

"Tadi dia bilang mau main ayunan ditaman. Kenapa?" Ucap Laura.

"Sudah 4 hari aku keluar dari rumah sakit, Gama selalu menghindariku mamih. Apa mamih tau kenapa?"

"Dia tidak menghindari kamu sayang, hanya saja ada yang memberatkan hatinya."

"Apa itu karena mamih sama papih yang ngasih tau kalau orangtuanya sudah meninggal? Mamih, kenapa melakukan hal sejauh itu. Dia masih kecil mamih."

"Mamih tau, tapi semakin ditunda itu akan membuat mentalnya semakin buruk. Dia harus bisa menerima kenyataan, dia mungkin akan terluka tapi dia akan semakin menjadi kuat." Laura mengerti kenapa Ishar sangat khawatir.

Tapi Laura yakin bahwa Gama adalah anak yang pintar. Karena Laura bisa melihat bahwa Gama akan tumbuh seperti Lian yang bisa bertanggungjawab dan menjaga keluarganya dengan baik.

"Tapi mamih, kalau bukan karena itu kenapa Gama menghindariku?" Wajah sedih dan khawatir Ishar membuat Laura tersenyum tipis.

"Ini bukan masalah serius, mamih yakin akan hal itu. Cobalah berbicara dengannya maka kamu akan tau kenapa dia menghindari kamu sayang."  Ucap Laura lembut.

Ishar pun menghela nafas lelah dan Laura tertawa melihat hal itu. Kemudian Ishar pergi dari dapur menuju taman rumahnya untuk mencari keberadaan Gama.

Ishar menyusuri taman rumahnya dan mata Ishar pun melihat sosok Gama yang duduk melamun di ayunan. Ishar berjalan menghampiri Gama, Ishar duduk di samping dan hal itu mengejutkan Gama.

"Mamih?!" Ucap Gama yang terkejut.

"Kenapa kamu menghindari mamih? Apa mamih ada salah sama Gama?" Tanya Ishar lembut dengan wajah yang sedih.

Gama tertegun ketika melihat Ishar yang sedih. Tangan kecil Gama terulur menyentuh pipi Ishar lembut. Dari kejauhan terlihat Abimanyu yang mengenakan jas dokternya datang bersama dengan Antariksa dan Dina.

Abimanyu berhenti untuk melihat interaksi Ishar dengan Gama. Ishar memeluk Gama dan Gama pun menangis terisak.

"Kenapa kamu menangis sayang? Udah jangan nangis lagi." Ishar menghapus air mata Gama lembut.

"Maafin Gama, Gama hanya takut liat mamih yang sakit. Gama sudah kehilangan papah sama mamah." Ucapan Gama membuat dada Abimanyu berdenyut.

Seketika perasaan takut akan kehilangan Ishar pun kembali datang. Abimanyu menekan dadanya yang terasa sakit, Antariksa yang berada disampingnya menatap Abimanyu khawatir.

"Gama, dengarin mamih. Gama nggak sendirian karena semua orang disini sayang sama Gama. Ada oma yang selalu sayang sama Gama, ada opa yang bisa jaga Gama dengan baik. Jadi Gama jangan nangis lagi." Ucap Ishar dengan wajah cerianya.

Gama yang mendengar ucapan Ishar menjadi bahagia, kemudian Ishar membawa Gama untuk menari di taman dengan bahagia.

Gama melompat-lompat dengan antusias sambil tertawa lepas. Ishar pun tertawa dan tanpa sadar Ishar salah menginjak salah satu kakinya dan hampir membuat Ishar terjatuh tersungkur jika saja Abimanyu tidak menangkapnya.

"Abi?! Kamu disini?" Ishar terkejut ketika melihat Abimanyu yang masih mengenakan jas dokternya.

"Aku hanya ingin menemuimu, karena besok aku ada dinas diluar kota." Ucap Abimanyu sambil menatap Ishar dalam.

"Kamu bolos dari rumah sakit hanya untuk bilang ini?"

"Kenapa? Nggak suka?"

"Bukan gitu Abi. Yaudah, sekarang aku pamit dulu sama Gama baru kita ngomong berdua." Ishar tertawa kecil sambil mengusap kepala Abimanyu melihat Abimanyu yang kesal.

INCUBO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang