Cerita Jiwa

170 24 0
                                    

"Kamu yakin mau pulang hari ini?" Tanya Altas pada Ishar yang sekarang bersama Ivan dan Laura.

"Iya papah. Tapi papah, apa papah sudah menyembunyikan ini dari Abi?" Tanya Ishar.

"Iya, sesuai dengan permintaan kamu. Dia pasti akan marah sama papah kalau dia tau, papah yang ngizinin kamu pulang"

"Dia nggak bisa marahi papah."

"Ishar..."

"Iya."

"Kamu harus sering ke rumah sakit dari sekarang untuk pemeriksaan. Kamu juga harus melakukan kemoterapi yang rutin." Altas mengusap kepala Ishar lembut, Ivan menatap sejenak wajah Ishar dengan menghela nafas pelan.

Seketika Altas merasakan kerinduan pada mendiang putri bungsunya. Altas akan berusaha untuk membantu kesembuhan Ishar.

Karena Altas tau bahwa Ishar adalah segalanya untuk Abimanyu. Altas tidak ingin Abimanyu kehilangan orang yang dia sayang lagi.

Sedangkan Ishar hanya tersenyum tipis, Ishar tidak mempedulikan dengan kesehatannya melainkan dengan waktu yang terus berputar.

"Iya papah." Jawab Ishar.

Altas pun tersenyum senang dan kemudian memilih keluar untuk membiarkan Ishar bersiap pulang bersama kedua orangtuanya.

"Nak, ayo kita pulang sekarang. Kamu masih butuh istirahat yang banyak." Ucap Laura saat Altas sudah keluar dari ruangan.

"Ayo kita pulang sayang." Ucap Ivan dengan mengusap kepala Ishar penuh kasih sayang.

Tapi Ishar diam tersenyum dengan mengambil tangan Ivan dan Laura. Ishar mencium tangan kedua orangtuanya bersamaan hingga membuat Ivan dan Laura tertegun.

"Aku ingin menemui Abi, aku harus menyelesaikan urusan ku dengannya. Aku tidak ingin menghindarinya lagi, karena sekarang aku yakin bahwa Abi adalah laki-laki yang baik seperti papih." Ucap Ishar.

"Apa maksud kamu, kamu menerima lamaran itu?" Tanya Laura dengan wajah yang terkejut.

"Iya, aku ingin melakukan apa yang hati aku pilih. Aku ingin memiliki orang yang sangat menyanyangi ku seperti mamih yang sangat disayangi sama papih." Laura terdiam dan senyuman tipis pun muncul.

Akhirnya Ishar jujur dengan perasaannya dan itu membuat Laura sangat bahagia, karena Ishar akhirnya memikirkan kebahagian dirinya sendiri.

"Keputusan yang bijak sayang. Kamu sudah melakukan banyak hal untuk orang lain, sekarang waktunya kamu yang bahagia." Ucap Ivan.

"Terima kasih papih, mamih. Aku sangat beruntung sudah terlahir sebagai anak kalian berdua." Ishar memeluk Laura dan Ivan.

Ivan merasakan sangat bahagia dan mengelus rambut panjang Ishar. Mata Ivan berkaca-kaca, karena akhirnya Laura dan Ishar tidak tersakiti oleh keadaan.

"Baiklah. Kalau kamu ingin menemui Abi, dia ada di taman belakang rumah sakit. Papih dan mamih akan pulang lebih dulu." Ucap Ivan dan Ishar menganggukan kepala dengan antusias.

Setelah itu Ivan dan Laura menatap Ishar sejenak, kemudian mereka keluar dari ruangan Ishar dengan membawa barang-barang Ishar.

Setelah kepergian kedua orangtuanya, Ishar pun keluar dari ruangannya menuju taman belakang rumah sakit. Ishar hari ini mengenakan celana pendek jeans di padukan kaos hitam yang dilapisi dengan jaket denim membuat penampilan Ishar natural dan cantik.

Ishar menyusuri taman belakang dengan mencari keberadaan Abimanyu tanpa ada celah sedikitpun. Hingga Ishar melihat sosok Abimanyu yang berdiri di bawah pohon besar sambil menerima panggilan dari handphonenya yang mengenakan setelan jas berwarna navy.

INCUBO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang