Nafasnya dan Nafasku

209 17 1
                                    

Ishar berdiri di depan ruangan operasi bersama Lian. Jhosep, Antariksa dan Alfero yang di jaga oleh dua orang polisi pun berdiri di belakang hanya bisa diam melihat Ishar dan Lian di depan ruangan operasi.

Ishar sangat khawatir dengan keadaan Rere setelah jatuh dari lantai dua. Sekarang Rere dalam perawatan intens oleh Abimanyu dan Altas.

"Ishar, apa ini salah gue? Apa ini kesalahan gue karena nggak bisa kembali sama dia?" Tanya Lian datar dengan menatap pintu ruangan operasi tersebut.

"Lian..." Ishar yang melihat Lian yang begitu kehilangan arah pun langsung menggenggam tangan Lian erat.

"Gue cowok yang buruk, gue nggak bisa jaga lo dengan baik. Gue juga udah ninggalin Kalista dulu begitu saja, dan sekarang gue buat Rere sakit kaya gini. Ini semua karena gue."

"Itu bukan kesalahan lo Lian. Gue yakin dia baik -baik aja."

"Gue merasa buta dan tuli, gue buta melihat keadaan sekitar gue dan tuli atas permintaan tolong orang-orang pada gue." Lian menatap pintu itu dan tangannya terkepal kuat.

Bertepatan dengan Lian mengatakan itu bersamaan Kalista dan Dina yang baru saja sampai di rumah sakit itu. Kalista terdiam saat mendengar Lian akan mengatakan hal itu.

"Lian apa kamu belum bisa memaafkan diri kamu sendiri? Masa lalu ku atau keadaan Rere sekarang itu bukan kesalahan kamu." Kalista menatap iba kepada Lian.

Sedangkan Alfero menatap ke arah Ishar dan Lian dengan tatapan yang tidak percaya. Alfero tidak menduga bahwa Ishar dan Lian akan mengkhawatirkan Rere seperti ini, meski dengan kesalahan Rere dimasa lalu.

"Dosa gue sangatlah besar, gue sudah membuat kehidupan dua bersaudara ini menjadi mimpi buruk. Apakah gue masih bisa dimaafkan?" Ucap Alfero dalam hati dengan menundukkan kepalanya.

Tidak lama kemudian pintu ruangan operasi pun terbuka, Abimanyu dan Altas keluar bersamaan Rere yang terbaring di brankar dengan masker oksigen dan alat-alat medis yang menempel di tubuhnya.

"Bagaimana keadaan Rere?" Tanya Alfero yang mendekati brankar Rere dengan tangan yang di borgol.

Abimanyu hanya diam dan Altas menatap iba kearah Alfero yang sekarang menggenggam tangan Rere erat tanpa memperdulikan tangannya yang masih di borgol.

"Rere mengalami pendarahan otak yang begitu banyak dan tengkorak kepalanya yang mengalami keretakan. Tulang punggungnya patah dan membuat tubuhnya lumpuh. Keadaannya sekarang membuat fungsi otaknya tidak lagi dapat dipulihkan, akhirnya membawa kepada masalah kematian otak." Jelas Altas.

Semua orang terkejut mendengar keadaan Rere. Kemudian Altas mengeluarkan kalung dari jas dokternya dan memberikannya kepada Alfero.

"Ini kalung milik Rere. Saat operasi aku melepaskannya." Ucap Altas dan Alfero menggenggam kalung itu dengan erat.

Sedangkan Abimanyu yang melihat Ishar yang terdiam menatap Rere dengan mata yang berkaca-kaca membuat Abimanyu khawatir.

Abimanyu pun menarik pelan tangan Ishar dan membawanya pergi dari tempat itu menuju rungannya pribadi. Abimanyu dan Ishar masuk ke dalam ruangannya.

"Ishar, duduk lah dulu. Aku akan mengobati luka di bibir kamu." Abimanyu mendudukkan Ishar di sofa yang ada di dalam ruangannya.

Ishar hanya diam dan Abimanyu mengambil kotak obat di mejanya. Setelah itu Abimanyu menari kursi dan duduk di hadapan Ishar. Abimanyu pun mulai mengoleskan salep untuk mengobati luka di sudut bibir Ishar.

"Abi. Apa kehadiran ku memang tidak pernah diharapkan di dunia ini? Kenapa? Kenapa aku selalu menyebabkan orang lain menderita?" Ujar Ishar pelan.

"Semua orang pantas untuk hidup Ishar. Manusia diciptakan untuk bisa menghargai hidupnya yang diberikan oleh Tuhan." Ucap Abimanyu sembari mengusap bibir Ishar yang terlihat pucat.

INCUBO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang