Arti Sebuah Tangan

324 73 0
                                    

"Mamih? Papih? Kalian beneran pulang?" Tanya Ishar yang sudah menangis dengan memegang tangan Laura.

"Ishar jangan nangis, sekarang papih sama mamih akan nemanin Ishar sama Lian di sini." Ivan mengulur tangannya ke anak bungsunya itu.

"Papih nggak bohongkan?!"

"Iya sayang. Kalau kamu nggak percaya, paspor papih kamu yang pegang."

"Makasih papih." Ishar sangat senang mendengarnya.

Kemudian Ishar kembali memeluk Laura hingga membuat Laura dan Ivan tertawa. Laura mengusap kepala Ishar dengan lembut, hal itu membuat Ishar kembali mengeluarkan air matanya lagi.

Sedangkan Ivan melihat wajah Lian yang terdiam datar hanya bisa menghela nafas pelan.

Lian berbeda dengan Ishar yang akan menunjukkan rasa sayang pada orang tua secara langsung, Lian menyembunyikan rasanya itu di balik wajah dinginnya.

Lian hanya bisa tersenyum jika bersama Ishar, tapi Ivan tidak mempermasalahkan hal itu karena Ivan sangat percaya dengan anak-anaknya itu.

"Kamu sudah jadi kakak yang baik selama ini Lian." Ivan menepuk pelan pundak Lian.

"..." Lian hanya diam dan menatap kearah Ishar yang masih belum melepaskan pelukannya dari Laura.

Lian senang melihat Ishar sangat bahagia, tapi entah kenapa Lian sedikit takut dengan kebahagian yang tiba-tiba ini. Lian tidak ingin jika Ishar mengalami mimpi buruk lagi, dan Lian juga berusaha akan menyembunyikan tentang scandal masa lalu yang menimpa Ishar.

"Baiklah, bagaimana kita pulang saja ke rumah?" ucap Lian.

"Iya, sebaiknya kita pulang. Papih juga mau dengar cerita Ishar tentang anak laki-laki itu." sontak Ishar melihat ke arah Ivan yang tersenyum menggondanya.

"Hmm...ka-kalau gitu aku mau pamit sama teman aku dulu." ucap Ishar dengan wajah yang malu.

Ivan dan Laura pun tersenyum sambil menganggukan kepalanya, kemudian Ivan, Laura dan Lian berjalan keluar dari tempat itu. Sedangkan Ishar berjalan menghampiri Abimanyu dengan kedua sahabatnya yang masih terdiam karena terkejut.

"Abi... gue..."

"Nggak papa, lo pulang aja biar gue disini yang nunggu pengumuman. Entar hasilnya langsung gue kabar ke lo." Abimanyu mengerti bahwa Ishar ingin pulang bersama kedua orang tuanya.

Tapi karena Ishar tidak nyaman untuk meninggalkan Abimanyu hal itu membuat Ishar untuk berbicara. Abimanyu mencubit pipi Ishar dengan gemas.

"Gue nggak ada masalah, gue paham lo pasti mau temu kangen sama nyokap bokap lo. Jadi lo jangan khawatir, gue nggak akan marah sama lo." ujar Abimanyu dan sontak senyuman di bibir Ishar pun muncul.

"Lo emang cowok pengertian Abi, kalau gitu gue pulang dulu ya." Ishar melambaikan tangannya pada Abimanyu.

Abimanyu pun tersenyum ketika melihat Ishar yang berlari kecil, Sultan dan Bimo juga tertawa kecil ketika melihat Abimanyu yang terkenal dingin seketika berubah menjadi sosok yang ramah.

"Abimanyu." ucap Altas yang berdiri di belakang Abimanyu.

Abimanyu, Sultan dan Bimo sontak berbalik ketika mendengar nama Abimanyu di panggil oleh seseorang.

Tapi kemudian Abimanyu menatap datar Altas yang berdiri dihadapannya sekarang, sedangkan Bimo dan Sultan seketika merasa aura yang sedikit mencekam antara anak dan ayah itu.

"Gue sama Sultan mau cari makan dulu." Bimo menepuk pundak Abimanyu dan segera mengajak Sultan pergi dari tempat itu.

Setelah kepergian Bimo dan Sultan, akhirnya Altas berjalan mendekati Abimanyu. Tanpa rasa ragu Altas menampar pipi Abimanyu hingga terlihat memar.

INCUBO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang