Membuka Mata

175 22 0
                                    

Laura dan Ivan sedang menemani Ishar di ruangannya. Laura membersihkan tubuh Ishar dengan handuk yang dicelupkan ke air es.

Laura sangat berharap Ishar bisa kembali sadar. Sedangkan Ivan sedang menerima telpon yang terlihat sangat serius dari wajahnya.

Hari ini Laura dan Ivan menemani Ishar karena Abimanyu dan Lian sedang berada di kantor polisi. Mereka diminta sebagai saksi atas penusukan Ishar, Gara yang menyerahkan dirinya membuat prosedurnya tidak terhambat.

Di saat Laura membersihkan tangan Ishar, tiba-tiba Laura melihat tangan Ishar bergerak dan sontak Laura menjatuhkan handuk di tangannya.

"Ivan! Tangan Ishar bergerak!" Ujar Laura hingga membuat Ivan langsung menutup telponnya.

Ivan segera keluar memanggil Altas. Tidak lama kemudian Ivan bersama Altas masuk ke dalam ruangan bersama dua suster dibelakangnya.

Altas langsung memeriksa Ishar dan Ivan menarik Laura untuk menjauh agar Altas bisa memeriksa Ishar dengan baik. Laura mengcengkram kuat lengan Ivan dengan menatap Ishar cemas.

Saat Altas memeriksa keadaan Ishar, beberapa saat kemudian mata Ishar terbuka secara perlahan. Hembusan nafas Ishar yang normal membuat Altas tersenyum senang.

"Ishar sudah sadar, keadaannya sudah stabil. Kita harus bersyukur bahwa Ishar mengalami koma hanya dalam waktu singkat." Ucap Altas kepada Ivan dan Laura.

Sedangkan Ivan dan Laura yang mendengar ucapan Altas segera mendekati brankar Ishar. Laura menyentuh pelan tangan Ishar dan menggenggamnya.

"Ishar ini mamih..." ucap Laura lirih dan tanpa di duga Ishar membalas genggaman Laura dengan erat dan hal itu membuat Laura sangat senang.

"Kamu anak yang pintar sayang. Papih bangga, terima kasih kamu sudah kembali kepada kami." Ucap Ivan sambil mengusap kepala Ishar lembut.

Altas tersenyum bahagia melihat Ishar yang sudah kembali dengan keadaan stabil. Altas pun memutuskan keluar dari ruangan dan membiarkan Laura dan Ivan bersama Ishar.

Saat Altas sudah di luar, Altas mencoba menelpon Abimanyu tapi ternyata panggilan Abimanyu sibuk. Altas mencoba menelpon kembali tapi hasilnya juga tetap sama bahwa Abimanyu sulit untuk dihubungi.

Karena tidak mendapat jawaban dari Abimanyu, Altas memilih untuk kembali ke ruangannya. Tapi saat Altas membuka pintu ruangannya, Altas dikejutkan dengan sosok Herman yang duduk di ruangannya.

"Aku tidak mendapatkan informasi bahwa aku memilik tamu hari ini." Ucap Altas sambil menutup pintu ruangannya.

"Sepertinya ancamanku tidak membuat kamu takut Altas. Apa kamu tidak mengkhawatirkan putra satu-satumu?" Ucap Herman dengan menatap Altas tajam.

"Berhentilah Herman, jika kamu melakukan hal berbahaya pada putraku maka ruputasimu akan hancur."

"Aku memiliki kuasa yang lebih tinggi dari pada kamu Altas, jangan lupa bahwa aku bisa menekan para investor untuk membatalkan kontrak pada rumah sakitmu."

"Baiklah, mari kita liat siapa yang akan hancur lebih dulu. Kamu atau aku? Jangan mencoba menarik ekor singa yang sedang kelaparan, karena kamu tidak akan tau kapan singa itu akan menerjang balik." Altas menyeringai tipis dengan aura dingin penuh penekanan.

"Altas, jangan lupa bahwa setiap ular berganti kulit maka ular itu semakin menjadi berbahaya." Ucap Herman dengan melemparkan foto Abimanyu yang bersama Ishar kebawah kaki Altas.

Setelah mengatakan hal itu Herman keluar dari ruangan Altas dengan membanting pintu tersebut dengan keras. Herman berjalan di koridor dengan langkah lebar yang diliputi penuh amarah.

INCUBO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang