Menjadi Licik

217 30 4
                                    

"Sayang, kenapa tidak menunggu kami menjemput?" Ucap Ivan yang terkejut saat melihat Ishar datang ke rumah bersama Abimanyu.

Laura yang duduk bersama Ivan segera berlari menghampiri Ishar dan langsung memeluknya. Laura mengusap kepala Ishar penuh kasih sayang.

"Maaf, Ishar hanya ingin pulang lebih cepat kerumah." Ucap Ishar dan Ivan hanya bisa menghela nafas mendengarnya.

"Baiklah, kalau begitu kamu harus istirahat kembali. Biar Abimanyu bicara dengan papih." Laura merangkul Ishar dengan tatapan mata yang lembut.

"Tapi-"

"Mereka berdua hanya bicara santai saja Ishar."

"Baiklah mamih." Ishar pun menuruti ucapan Laura sembari menganggukan kepalanya.

Kemudian Ishar menatap Abimanyu dengan tatapan tidak ingin berpisah. Tangan Ishar tidak melepaskan genggamannya pada Abimanyu.

"Istirahatlah, dua hari lagi gue akan jemput lo. Gue akan bawa lo ke pantai, apa lo mau?" Abimanyu tersenyum hangat pada Ishar dengan tangan yang mengusap pipi Ishar.

"Gue mau." Jawab Ishar sambil menganggukan kepalanya.

Abimanyu pun tersenyum dan mengusap kepala Ishar. Abimanyu sebenarnya masih mengkhawatirkan keadaan Ishar, karena Abimanyu merasa ada yang tidak beres dengan kesehatan Ishar.

Abimanyu yang belum bisa mengecek kesehatan Ishar secara menyeluruh membuat Abimanyu tidak bisa mengetahui keadaan Ishar sepenuhnya.

Setelah itu Ishar pun melepaskan tangan Abimanyu dan berjalan menuju kamar dengan memeluk lengan Laura. Laura menuntun tubuh Ishar yang masih lemah menuju kamar untuk beristirahat.

"Tolong ikuti aku." Ucap Ivan pada Abimanyu dengan wajah datarnya.

Abimanyu hanya diam dan mengikuti Ivan yang berjalan menuju taman belakang. Ivan duduk di kursi yang sering dia gunakan dengan Laura untuk bersantai minum teh.

"Duduklah Abimanyu, aku ingin menanyakan sesuatu padamu." Ucap Ivan.

"Menanyakan sesuatu?"

"Bagaimana keadaan ayah kamu? Aku dengar dia masuk rumah sakit karena serangan jantung."

"Keadaannya sudah stabil, hanya saja dia masih membutuhkan banyak waktu istirahat." Jawab Abimanyu jujur.

"Syukurlah." Ivan pun menyeruput tehnya dengan pelan.

Sedangkan Abimanyu menatap Ivan yang hanya bertanya kabar ayahnya saja. Tapi Abimanyu sadar bahwa pertanyaan yang diajukan oleh Ivan padanya itu bukanlah pertanyaan sebenarnya.

"Bukankah itu bukan pertanyaan yang ingin anda tanyakan." Ujar Abimanyu hingga membuat Ivan tertawa kecil.

"Kamu sangat pintar Abimanyu, ternyata pilihan putriku tidak pernah salah." Puji Ivan sambil tersenyum.

Tapi Abimanyu hanya diam menatap Ivan. Sesaat kemudian Ivan terdiam dan memperlihatkan wajah datarnya tanpa ekspresi dan hal itu membuat Abimanyu seperti melihat sosok Ishar yang sedang marah.

"Bantu aku untuk melepaskan Ishar dari ayah mertuaku." Ucap Ivan dan hal itu membuat Abimanyu terkejut dengan mulut yang sedikit terbuka.

"Apa maksud anda?" Abimanyu ingin memastikan apa yang baru saja dia dengar.

"Aku ingin melepaskan putriku dari lingkaran politik ayah mertuaku. Aku yakin, kamu sudah mengetahui tentang pertunangan yang direncanakan oleh ayah mertuaku pada Ishar."

"Jadi, maksud anda kita harus melawan ayah mertua anda sendiri? Bukankah itu akan menyakiti persaan istri dan putri anda."

"Aku tidak menggunakan cara ekstrem, karena itu aku membutuhkan bantuan darimu."

INCUBO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang