"Apa lo yakin, kaki lo udah baik-baik aja?" Tanya Abimanyu sembari membantu Ishar turun dari atas motornya.
"Gue mesti jawab berapa kali Abi. Gue udah baikan kok, lagi pula gue udah terlalu lama nggak gerak." Ishar menghela nafas karena merasa lelah dengan Abimanyu yang mengkhawatirkan dirinya.
"Gue itu khawatir sama lo, lo harus ingat jangan jauh-jauh dari gue. Kalau lo butuh sesuatu lo bilang aja ke gue."
"Iya-iya bawel!"
"Awas aja kalau lo nakal, habis lo dapat gue!" Abimanyu mencubit pipi Ishar gemas.
"Iya Abimanyu..." Abimanyu pun tersenyum tipis saat mendengar Ishar menyebut namanya.
Kemudian Abimanyu dan Ishar pun berjalan menuju kelasnya. Tatapan orang-orang menatap Ishar dengan tatapan penuh tanya sambil berbisik-bisik.
Ishar tetap berjalan tanpa memperdulikan tatapan orang-orang padanya. Sedangkan Abimanyu melirik ke arah Ishar dengan perasaan khawatir.
Abimanyu khawatir jika Ishar akan tertekan dengan situasi seperti ini. Tapi Abimanyu bisa bernapas lega karena Ishar bisa mengontrol perasaannya.
"Gue nggak nyangka kalau muka lo tebal banget Ishar." Ujar Rere yang berdiri menghalangi jalan bersama Qina.
"Apa maksud lo?!" Abimanyu tidak suka dengan ucapan Rere yang merendahkan Ishar.
"Gue nggak salah ngomong, cewek lo udah pernah dilecehin tapi dia tanpa rasa malu tetap datang ke sekolah." Abimanyu semakin marah dan hendak menghampiri Rere tapi tangannya di cekal oleh Ishar.
"Ishar." Ucap Abimanyu lembut.
"Lo nggak akan bisa ngomong sama orang bodoh Abi." Ucap Ishar dengan wajah tanpa ekspresi.
"Kurang ajar banget sih lo!" Qina menghardik Ishar penuh kesal.
Abimanyu hanya diam dan perlahan koridor pun menjadi penuh melihat pertengkaran Ishar dan Rere. Kemudian Ishar berjalan mendekati Rere hingga sekarang mereka berdua saling berhadapan.
"Rere apa lo nggak capek? Lo selalu hidup di bayangan gue tanpa ada orang yang peduli sama keberadaan lo." Ujar Ishar.
"Gue nggak kaya dulu lagi, Now I live in my own way, everyone just focus on me." Rere mengatakan itu dengan percaya diri.
"HAHAHAHA..." semua orang terkejut mendengar Ishar tertawa yang tiba-tiba setelah mendengar ucapan Rere.
Tapi detik kemudian Ishar berhenti tertawa dan langsung memasang wajah datarnya. Sejenak Ishar melirik tajam Qina yang ada di samping Rere dan hal itu membuat Qina merasakan hawa merinding.
"Until whenever you are only my shadow, because the ground will not be able to reach the sky. Apa lo pikir lo bisa melampau gue?" Ucapan Ishar sontak membuat Rere mengepal kedua tangannya.
"Jangan lupa kalau lo sudah kehilangan reputasi Ishar. Lo akan tetap di pandang hina dengan rumor yang gue sebar."
"Ya, gue tau. Tapi karena rumor itu gue semakin di kenal. Pada akhirnya semua orang hanya tertuju ke gue dan lo hanya butiran debu yang tidak penting buat mereka."
"Ishar! Apa lo pikir lo pantas ada disini?" Qina marah dan menarik tangan Ishar.
"Kenapa gue nggak pantas? Seharusnya lo berdua yang nggak pantas ada disini Qina. Cewek yang udah berapa kali mendapat teguran karena selalu ada di bar dan cewek yang selalu melakukan rencana licik untuk mendapat posisi di sekolah bukankah itu hal yang sangat kotor?" Ishar menghempaskam tangan Qina hingga tangan Qina terasa sakit.
Qina dan Rere hanya bisa terdiam, karena ucapan Ishar adalah benar. Bahkan orang-orang yang ada di koridor mulai menatap ke arah Rere dan Qina.
Tidak ada yang tidak tau betapa buruknya Qina dan Rere di sekolah, kakak kelas yang suka membully, suka keluar masuk bar dan sering melakukan rencana licik agar bisa mendapatkan nilai yang sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCUBO [END]
Teen FictionINCUBO dalam bahasa Italia artinya adalah "Mimpi Buruk" Siapa yang tidak tau dengan Abimanyu Putra Dewantara ketua DEVIL generasi ke-dua yang mendapatkan julukkan "Perfect Boy". Abimanyu adalah anak emas bagi para guru-guru, tidak hanya mengandalkan...