Tidur Selamanya

262 18 2
                                    

"Ishar apa kamu yakin untuk ketemu dengan Rere." Tanya Abimanyu saat mereka berdua sudah berada di pintu ruangan Rere.

"Iya aku pengen ketemu dia, bagaimana pun dia pernah menjadi temanku Abi." Ucap Ishar.

"Yaudah, aku nunggu kamu diluar. Jangan terlalu lama, kita harus ke bandara tepat waktu karena yang lain sudah pergi duluan dan menunggu kita disana."

"Iya Abi."

"Jangan merasa bersalah." Abimanyu mengusap kepala Ishar dan Ishar hanya menganggukan kepalanya.

Setelah itu Ishar masuk ke dalam ruangan Rere sendirian dengan kursi rodanya. Ishar tertegun saat melihat Rere yang hanya terbaring lemah.

Sudah beberapa bulan, Rere koma karena mengalami mati otak. Kondisi Rere semakin hari semakin menurun. Ishar mengetahui keadaan Rere dari Lian dan Kalista.

"Gimana keadaan lo Re?" Tanya Ishar yang sekarang berada disamping brankar Rere.

"Gue ke sini buat liat keadaan lo. Gue nggak tau apa gue masih bisa jenguk lo lagi atau nggak." Ucap Ishar pelan sambil memegang tangan Rere yang terpasang selang infus.

Tangan Ishar mengelus lembut kepala Rere. Ishar menatap iba kepada Rere, Ishar tidak pernah berpikir untuk melihat Rere yang berakhir seperti ini.

"Rere, gue sudah sangat lelah dan mengantuk. Gue sudah sangat bekerja keras karena ulah lo. Tapi gue harap lo akan baik-baik aja, karena nyokap lo masih membutuhkan lo." Ucapan Ishar membuat air mata Rere keluar.

Ishar terkejut melihat Rere yang menangis dalam keadaan koma. Rere seakan mendengar ucapan Ishar. Ishar tersenyum sendu dan segera menyeka air mata Rere.

"Rere jika di kehidupan lain nanti kita ketemu, gue harap lo bisa jadi teman gue lagi dan tidak ada kecemburuan lagi diantara kita." Ucap Ishar.

Kemudian Ishar mengeluarkan sebuah penjepit rambut dari mantelnya. Ishar memakaikan penjepit rambut itu ke rambut Rere.

"Gue pergi Rere..." ucap Ishar dan berjalan keluar dari ruangan Rere.

Saat Ishar keluar, Abimanyu berdiri menunggunya dengan raut wajah yang khawatir. Ishar mendekati Abimanyu, dan mengambil tangannya.

Ishar mencium tangan Abimanyu dan sontak membuat Abimanyu sangat terkejut. Abimanyu pun membungkukkan tubuhnya agar bisa sejajar dengan Ishar untuk melihat wajah istrinya itu.

"Kenapa muka kamu jadi murung gini?" Tanya Abimanyu lembut.

Tapi Ishar menjawab dengan gelengan kepala dan tersenyum manis. Abimanyu menyentuh pipi Ishar, meski wajah Ishar menjadi sangat pucat sekarang tapi pesonanya tidak membuat Abimanyu berpaling.

"Aku sangat bersyukur karena kamu adalah pasanganku." Ucap Ishar tulus dari dalam lubuk hatinya.

"Aku juga bersyukur karena kamu pasanganku Ishar. Kamu satu-satunya istriku dan pasanganku." Ucap Abimanyu.

Ishar mengulurkan kedua tangannya agar Abimanyu memeluknya. Abimanyu yang paham pun langsung memeluk Ishar sambil mencium pipinya lembut.

"Ayo kita pergi, yang lain sudah menunggu kita." Ucap Ishar dan mulai melepaskan pelukannya tapi Abimanyu hanya merenggangkannya saja.

"Sebelum kita berangkat, beri aku ciuman dulu." Pinta Abimanyu.

Tapi Ishar yang mendengar itu pun dengan wajah cemberutnya mencubit pipi Abimanyu. Detik kemudian Ishar menakup wajah Abimanyu dengan kedua tangannya.

"Percayalah, kamu sangat menyebalkan Abi!" Kata Ishar dan mengecup singkat bibir Abimanyu.

Abimanyu tersenyum puas, setelah itu Abimanyu pun mendorong kursi roda Ishar untuk pergi dari rumah sakit.

INCUBO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang