"Abi, kamu langsung ke rumah sakit?" Tanya Ishar saat mereka baru saja keluar dari bandara di Jakarta.
"Iya, aku harus menyelesaikan urusan ku. Supaya besok kita bisa ke Bali." Ucap Abimanyu dengan merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan Ishar yang duduk di kursi roda.
"Aku nggak papa, kamu jangan khawatir."
"Kalau kamu merasa ada yang sakit, kamu langsung bilang aja sama papih, mamih atau Lian. Jangan kamu tahan, kamu paham kan?"
"Iya, aku paham Abi. Kamu jangan khawatir. Aku baik-baik aja." Ishar menyentuh tangan Abimanyu sembari tersenyum.
Ishar tertawa kecil melihat Abimanyu yang begitu khawatir pada dirinya. Kemudian Lian menepuk pundak Abimanyu dan Abimanyu pun menghela nafas pelan.
"Lo tenang aja, kalau ada apa-apa gue akan kabarin lo langsung." Lian mencoba menenangkan Abimanyu agar tidak mengkhawatirkan Ishar saat bersama keluarganya.
"Oke thanks, gue usahain balik dalam waktu satu jam." Ujar Abimanyu sambil mengusap kepala Ishar.
"Jangan tergesa-gesa Abi." Ingat Ishar pada Abimanyu.
"Papih, mamih aku berangkat dulu." Pamit Abimanyu dan menyalami tangan Laura dan Ivan bergantian.
Setelah itu Abimanyu beranjak lebih dulu meninggalkan bandara dan menaiki mobil taksi untuk menuju rumah sakit.
Abimanyu menghubungi Bimo dan Riko untuk menyusulnya ke rumah sakit. Jalanan macet membuat perjalanan Abimanyu semakin lama.
Abimanyu sebenarnya tidak ingin meninggalkan Ishar hari ini, tapi karena ada yang mendesak di rumah sakit membuat Abimanyu harus meninggalkan Ishar.
Setelah melewati jalanan macet, Abimanyu pun sampai di rumah sakit. Tapi di halaman rumah sakit sekarang sudah dipenuhi dengan para wartawan. Tapi dia antar wartawan itu, Abimanyu melihat sosok Bimo dan Riko yang berdiri menunggunya.
"Akhirnya lo sampai juga!" Ujar Bimo dengan mendesah lega saat Abimanyu keluar dari mobil taksi.
"Bokap lo sekarang lagi nenangin pendemo di dalam, sebaiknya lo secepatnya masuk ke dalam." Ucap Riko.
Abimanyu diam dan berjalan memasuki rumah sakit tanpa memperdulikan beberapa wartawan menghalangi jalannya. Bimo dan Riko membantu Abimanyu agar bisa masuk ke dalam.
Saat Abimanyu hendak mendekati Altas, tiba-tiba langkah Abimanyu terhenti saat melihat beberapa orang yang melempar telur ke arah Altas.
"Sial! Kurang ajar banget tuh orang!" Runtuk Riko yang sangat kesal melihat kerumunan pendemo yang melempar telur pada Altas.
Abimanyu mengepalkan kedua tangannya dan segera menghampiri Altas yang membungkukkan tubuhnya untuk meminta maaf. Abimanyu yang berdiri di depan Altas seketika terkena lemparan telur tersebut.
"Abimanyu?!" Altas sangat terkejut melihat sosok putranya itu.
"Sudah cukup kalian mempermalukannya, dia adalah ayah kandungku. Saya bisa saja untuk menuntut kalian dalam kasus melakukan kekerasan dan perusakan fasilitas umum." Ucap Abimanyu dan semua orang terdiam.
Para wartawan juga mengambil siaran langsung pada hal ini. Abimanyu mengeluarkan sebuah amplop dari saku jaketnya.
Abimanyu mengambil lembaran foto yang ada di dalam amplop tersebut. Setelah itu Abimanyu tanpa ragu langsung melempar foto tersebut ke kerumunan. Kemudian Bimo menyerahkan sebuah berkas pada Abimanyu.
"Rumah sakit ini tidak pernah mendapatkan sepeserpun uang suap dari perusahaan Anggara. Rumah sakit ini langsung di sponsori oleh keluarga besar Airlangga dan Maladewa." Ucap Abimanyu memperlihatkan berkas yang ada di tanganya itu pada para kerumunan.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCUBO [END]
Teen FictionINCUBO dalam bahasa Italia artinya adalah "Mimpi Buruk" Siapa yang tidak tau dengan Abimanyu Putra Dewantara ketua DEVIL generasi ke-dua yang mendapatkan julukkan "Perfect Boy". Abimanyu adalah anak emas bagi para guru-guru, tidak hanya mengandalkan...