Tikungan Tajam

182 25 4
                                    

"Abi!" Ishar berlari dan memanggil Abimanyu yang sekarang berdiri di depan ruangan.

"Kenapa kamu lari Ishar? Kamu bisa saja jatuh." Abimanyu menyambut Ishar dan mengelus kepala Ishar lembut.

"Dimana Flora dan Hendra? Terus gimana keadaan Gama?!" Ishar sangat panik hingga menanyakan semuanya dalam satu waktu.

Abimanyu diam dan menggenggam tangan Ishar, perasaan Ishar pun menjadi tidak karuan. Gugup dan takut menjadi satu, wajah Ishar semakin memucat.

Tidak lama kemudian Antariksa baru saja sampai di dekat Abimanyu dan Ishar setelah mengejar Ishar yang berlari sangat cepat.

Ishar menatap pintu ruangan itu hingga pintu itu terbuka dan memperlihatkan sosok dokter. Dokter itu menatap Abimanyu dan kemudian menggelengkan kepalanya.

"Sebaiknya kalian masuk ke dalam, pasien ingin mengatakan sesuatu dengan kalian berdua." Ucap dokter itu.

Ucapan dokter tersebut membuat kaki Ishar lemah dan tangan Ishar mengepal dengan perasaan takut yang menjalar ke dirinya.

Abimanyu pun menggenggam tangan Ishar dan merangkul Ishar. Setelah itu Abimanyu masuk ke dalam ruangan tersebut bersama Ishar di sampingnya.

Ishar menutup mulutnya saat melihat Hendra yang terbaring dengan nafas pendek di brankar, Ishar juga melihat brankar yang ada di sebelah Hendra tertutup kain putih.

"Is-Ishar...gu-e minta tolong..." Hendra mengulurkan tangannya yang penuh darah pada Ishar.

Ishar dan Abimanyu segera mendekati Hendra. Ishar mengambil tangan Hendra dan menggenggamnya. Hendra memegang tangan Ishar dengan erat.

"Hendra...jangan bi-bicara dulu...lo ha-harus di obatin dulu." Ucap Ishar yang ketakutan.

"Is, dengarin gue...gu-gue harus nyusul Flora. Flora sekarang pa-pasti ketakutan, ja-jadi gue mohon lo jaga Ga-Gama."

"A-apa maksud lo Hen? Gue-"

"Gue mohon, tolong jaga putra gue. Flora pa-pasti sependapat sam-sama gue." Hendra tersenyum tipis menatap Ishar.

Kemudian Hendra mengulurkan satu tangannya pada Abimanyu, saat Abimanyu hendak mengambil tangan Hendra, tapi tangan Hendra sudah lebih dulu terjatuh dan hal itu menandakan Hendra sudah meninggal.

Mata Ishar bergetar dan tanpa sadar air mata Ishar menetes. Ishar menatap dan berjalan mendekati Abimanyu. Abimanyu yang melihat Ishar menangis segera menyeka air mata Ishar dengan lembut.

"Katakan yang sebenarnya Abi. Aku tau kamu pasti tau tentang kecelakaan ini." Ucap Ishar dengan air mata yang terus mengalir.

Abimanyu menatap Ishar, Abimanyu sudah mengetahui hal ini akan terjadi. Ishar pasti akan mengetahui hal ini dan itulah yang sangat di takuti Abimanyu karena perasaan Ishar akan terluka.

"Hari ini Hendra bersama keluarganya akan mengunjungi kakek kamu Ishar. Ayahnya Hendra adalah kandidat terkuat partai kakek kamu." Ucap Abimanyu menatap Ishar.

"Kandidat?"

"Ya, tapi saat dalam perjalanan mereka mengalami kecelakaan dengan truk tronton. Ayah dan ibu Hendra meninggal di tempat, sedangkan Flora meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Gama mengalami luka ringan dan sekarang dalam perawatan."

"Aku tau itu bukan kecelakaan biasa Abi, siapa pelaku dari kecelakaan ini."

"Ayahnya Alfero, bapak Herman Ash Anggara." Tangan Ishar mengepal kedua tangannya.

Ishar mengambil vas yang ada di atas meja samping brankar. Ishar melempar vas itu hingga membuat Antariksa yang di luar ruangan terkejut dan langsung masuk ke dalam ruang tersebut.

INCUBO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang