Waktu Berlalu

232 38 9
                                    

4 Tahun Kemudian...

Terlihat di malam yang gelap, Ishar berjalan sambil tertidur di taman tanpa alas kaki. Ishar berdiri di depan ayunan dengan menangis lirih.

"Lian maafin aku...papih...mamih...Abi pasti membenciku..." tangisan Ishar selalu memperlihatkan kesedihan untuk orang yang dia tinggali.

"Dia seperti ini lagi." Ucap Antariksa yang berdiri dengan Dina.

"Ayo, bawa Ishar ke kamar." Ucap Dina dan Antariksa pun menganggukan kepalanya.

Setelah itu Antariksa menggendong Ishar menuju kamar dengan diikuti Dina dibelakang. Saat membuka kamar Ishar, terlihat Nicole dan Kalista duduk dengan cemas.

"Gimana? Apa dia sudah tertidur?" Tanya Kalista.

"Dia sudah tertidur." Antariksa meletakkan tubuh Ishar dengan pelan dan segera menyelimutinya.

"Gue sedih liat dia kaya gini." Nicole mengusap kepala Ishar dengan lembut.

"Ini sudah berlangsung selama 4 tahun, Ishar selalu mengalami sleep walking tiap malam dan selama itu Ishar juga tidak memgetahuinya." Dina menatap Ishar dengan sorot mata yang khawatir.

Antariksa yang melihat Dina sedih pun berjalan mendekatinya dan menggenggam tangannya dengan lembut.

"Ayo kita keluar, biar Kalista yang jaga Ishar disini. Lo sebaiknya balik ke kamar lo, lo besok ada jam pagi di kampus." Ucap Antariksa dengan menarik tangan Dina untuk keluar.

Setelah itu Antariksa, Dina dan Nicole pun keluar dari kamar Ishar. Sedangkan Kalista membersihkan kaki Ishar yang kotor karena keluar dari rumah tanpa menggunakan alas kaki.

Kalista merasa sedih melihat Ishar yang setiap malam harus menangis karena rasa bersalahnya yang harus meninggalkan orang-orang terkasihnya.

"Abi..." panggil Ishar dengan air mata yang keluar saat dia tertidur.

"Kenapa lo harus nyiksa diri lo sendiri Is? Gue tau, lo nggak pernah nyalahin Lian dalam kesalahan yang menimpa gue. Tapi karena rasa tanggungjawab, lo harus ngorbanin kebahagian lo untuk orang lain." Ucap Kalista.

"Gue sangat berterima kasih sama lo Is, karena lo hidup gue bisa lepas dari segala rumor negatif." Kalista merasa berhutang budi sekali pada Ishar.

Tapi meski Ishar mencoba membuat jarak dirinya dengan Lian, Kalista tidak pernah membenci Lian dan perasaan Kalista menjadi semakin mencintai Lian.

Kalista menghapus air mata Ishar dengan lembut, setelah itu Kalista keluar dari kamar Ishar dan berjalan menuju teras.

Selama ini Ishar sudah sangat membantunya, bahkan dalam menempuh pendidikan Ishar membantunya dalam pembiayaannya.

Karena itu Kalista ingin mengurangi kesedihan Ishar meski itu hanya kecil. Kemudian Kalista membuka layar handphonenya dan menekan nomor kontak Abimanyu.

Tapi sebuah tangan merebut handphone Kalista dan hal itu membuat Kalista terkejut. Tangan yang merebut handphone Kalista adalah tangan Antariksa.

"Jangan telpon Abi." Ucap Antariksa dengan memutuskan panggilan tersebut.

"Kenapa? Abi harus tau keadaan Ishar sekarang, ini juga udah 4 tahun mereka berjauhan." Ucap Kalista lirih.

"Gue paham sama perasaan lo. Tapi ini udah jadi keputusan mereka berdua, kalau Abi nggak percaya sama keputusan Ishar maka Abi nggak mungkin minta gue ngejaga Ishar. Dia pasti langsung nahan Ishar untuk pergi."

"Gue nggak tega liat Ishar yang selalu nangis setiap malam, dan di pagi hari dia selalu bersikap dingin seakan tidak terjadi apa-apa."

"Kita nggak bisa menghancurkan rencana yang sudah disusun Ishar selama ini Kalista."

INCUBO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang