Kembali

164 21 1
                                    

"Penghargaan untuk dokter termuda dan ahli bedah akan diberikan kepada Dokter Abimayu Putra Dewantara." Ucap MC yang membawa acara penyerahan penghargaan.

Abimanyu yang mengenakan jaket hoodie berwarna hitam dengan celana hitam naik ke atas panggung membuat dokter-dokter lain yang melihat pun menatapnya heran.

Wajah suram dan tatapan kosong Abimanyu membuat semua orang menatapnya penuh tanda tanya dan penasaran.

"Ini penghargaannya. Silahkan ucapakan sambutan kepada yang lain." Ucap MC itu.

"Saya hanya ingin pulang secepatnya, karena orang yang membuatku bisa berdiri disini sedang melawan sakit yang keras. Aku hanya ingin mengatakan bahwa perhargaan ini bukan milikku melainkan miliknya. Terima kasih." Ucap Abimanyu dengan menggenggam erat penghargaan itu menuruni panggung.

Semua orang yang berada di aula ruangan itu pun terdiam membeku mendengar ucapan Abimanyu. Mereka tidak menduga bahwa akan mendengar sambutan yang begitu dalam maknanya.

Sedangkan Abimanyu keluar dari ruangan tersebut dengan membawa koper besar. Abimanyu melangkahkan kakinya dengan cepat untuk menuju ke bandara.

"Tunggu aku Ishar..." ucap Abimanyu dengan menggenggam erat koper di tangannya.

Di waktu yang sama, Ishar sekarang sedang melakukan pemeriksaan di ruangannya. Altas baru saja memberikan beberapa suntikan pada Ishar.

"Bagaimana perasaan kamu sekarang nak?" Tanya Altas sembari mengusap kepala Ishar.

"Aku udah baikan papah, papah nggak ngabarin Abi tentang aku kan? Jangan ganggu dia dengan kabar aku ini." Ucap Ishar yang memohon.

"Tenanglah, kami tidak memberitahukan Abi tentang ini."

"Syukurlah, aku nggak mau ganggu fokus Abi karena masalah aku."

"Kamu bukan beban sayang. Berhentilah untuk merendahkan diri kamu." Altas tidak suka mendengar Ishar yang tidak ingin merepotkan siapa-siapa.

Ishar tersenyum, kemudian Ishar mengambil tangan Altas dan menggenggamnya erat. Ishar tau bahwa Altas masih merasa bersalah padanya.

Ishar melepaskan gelang berwarna hitam yang ada di tangan kananya. Kemudian Ishar meletakkan gelang itu itu ke telapak tangan Altas.

"Papah, apa papah merindukan Nada? Apa papah juga masih merasa bersalah apa yang terjadi 4 tahun yang lalu?" Tanya Ishar pelan.

"Aku sangat merindukan putriku, aku sudah sangat menyakiti perasaannya. Aku juga sudah sangat egois karena memisahkanmu dengan Abimanyu." Jawab Altas jujur dan wajah sedih tidak bisa disembunyikannya lagi.

"Nada udah tenang disana jadi papah jangan khawatir. Nada anak yang baik, dia juga sangat menyanyangi papah."

"Dia seperti Amira, sangat baik. Ishar, papah mau menanyakan sesuatu sama kamu?"

"Apa papah?"

"Apa kamu tidak sedih waktu 4 tahunmu harus berpisah dengan Abimanyu dulu?" Pertanyaan Altas membuat Ishar tersenyum miris.

"Kalau aku bilang aku tidak sedih maka itu bohong. Aku sedih harus berpisah dengan seseorang yang membuat aku lebih hidup di saat aku membutuhkan kehangatan keluargaku." Ucap Ishar.

"Maafkan aku, ini semua salahku."

"Jangan seperti itu papah, karena kejadian itu perasaan kami berdua semakin dalam. Bukankah itu anugrah yang terbaik."

"Kamu sungguh anak yang sangat baik sayang." Altas mencium kening Ishar dan mengusap kepalanya lembut.

Altas tersenyum pada Ishar, Altas merasa bahwa pilihan Abimanyu yang jatuh pada Ishar adalah pilihan yang sangat tepat. Karena sosok Ishar adalah sosok yang hangat untuk hidup Abimanyu yang hampa tanpa mempunyai sebuah tujuan.

INCUBO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang