3 - Penyembuh Lara

495 44 0
                                    

BAB 3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 3

Cukup lama berdiam diri di UKS, menunggu Nadya selesai dengan kegiatannya di lapangan, membuat Damar merasa lega dan juga kesal secara bersamaan kala gadis itu tiba-tiba masuk ke dalam ruangan yang dihuni Dania dan juga Damar.

Ekor mata Damar menangkap pergerakan Nadya yang berlari terburu-buru serta Hardi yang juga berlari di belakang gadis itu.

"Dania belum siuman?" tanya Hardi, membuat Damar mengangkat satu alisnya sembari menggeleng.

Nadya menatap sahabatnya iba, ia kasihan dengan kondisi Dania saat ini. Padahal belum ada satu hari, namun nasib sial seolah menyerang gadis itu terus-menerus. Mulai dari pertengkaran dengan Sherina, lalu dilanjut dengan makian dari Pandu karena sebuah hal yang terbilang sepele, hingga saat ini ... keterdiaman Dania di ranjang UKS seolah berbicara jika fisik gadis itu begitu lemah.

"Lo balik ke lapangan aja, Mar. Biar gue sama Nadya yang jagain Dania di sini."

Penuturan Hardi membuat Damar menghela napasnya berat. Ia bangkit, melirik ke arah Dania sekilas sebelum berlalu dari sana.

Niatnya tadi sih, ingin menunggu gadis itu hingga siuman. Namun ketika dua sahabat Dania telah ikut andil, dirinya tak mampu menolak ketika mereka menyuruhnya untuk menyingkir terlebih dahulu.

Seperti sebuah pengusiran dengan nada yang terlampaui halus dan lembut.

Terpaksa, Damar pelan-pelan menutup pintu UKS dengan hati-hati. Ia tak mau seseorang yang berada di dalamnya merasa terganggu dan menganggap jika dirinya memiliki dendam karena telah diusir dari sana.

Kedua kakinya kembali melangkah menyusuri koridor. Berharap bila keadaan di lapangan sudah sepi, agar dirinya dapat mengikuti praktek minggu depan bersama dengan Dania.

Sebuah niat terselubung yang Damar harapkan setelah bel pergantian jam pelajaran telah berbunyi.

KRINGG!!

"Yess!" girangnya, disusul dengan sebuah teriakan dan juga lompatan badannya, seolah tengah ketiban rejeki nomplok.

Harapan yang tadinya hanya sebatas angan, kini terwujud dengan bunyi nyaring dari bel sekolahnya. Kalau sudah seperti ini, ia tak perlu bersusah payah untuk berlari mengejar Pak Guntur agar memberinya nilai tambahan.

Toh, jika ditanya, "kenapa nilai kamu kosong?" maka Damar akan menjawab, "soalnya minggu kemarin saya nemenin Dania di UKS, jadi belum sempat ambil nilai praktek."

Sip. Alasan yang masuk akal namun tak dapat masuk di akal Pak Guntur. Pria itu pasti akan mencari kesalahan muridnya hingga Damar harus bersiap dibuat jengah bila nanti disalahkan dengan kejadian yang menimpa orang lain.

"Eh.. Hai, Damar."

Sapaan hangat dari seseorang kontan membuat Damar berhenti. Ia masih berdiri di tengah-tengah koridor dengan kaos olahraganya sembari menatap gadis di depannya dari bawah hingga atas. Nampak seperti melucutinya terang-terangan tanpa ada geraman dari yang bersangkutan.

DUNIA DANIA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang