BAB 29
Kedua mata sembab beserta peluh yang menetes seolah menjadi saksi betapa buruk penampilan Dania hari ini. Setelah di antar oleh dua orang pengurus OSIS tadi hingga ke kelasnya, seketika semua pandangan murid lain tertuju pada gadis itu.
"Dan, lo kenapa?"
Satu dari banyaknya pertanyaan yang menghantam Dania ketika ia telah duduk di bangkunya. Ia masih menunduk takut, sambil sesekali menyeka air matanya, tak lupa kedua tangannya ia silangkan ke depan dada sedangkan jemarinya berusaha untuk menutupi bagian seragam yang telah robek.
Nadya begitu panik ketika melihat sahabatnya dalam keadaan tak baik-baik saja. Ia mendongak, bertanya kepada dua orang yang memakai jas OSIS tersebut. "Apa yang terjadi sama Dania?"
Keduanya nampak saling pandang sebelum menjawab, "Dania hampir dilecehkan oleh Naufal," dengan nada begitu rendah, terkesan tengah berbisik.
Hardi mendengarnya, ia bahkan tak kalah terkejutnya dari Nadya. Cowok itu sempat tak percaya jika Naufal nekad melakukan hal tersebut di area sekolah. Apakah kakak kelasnya satu itu ingin mencari mati karena telah berurusan dengan Dania?
"Dan, kamu minum dulu, ya?" Sadar jika keadaan Dania belum bisa dikatakan stabil, Nadya menuntun gadis itu untuk minum. Berusaha agar melonggarkan pikiran buruk serta mengusap sisa-sisa air mata yang menetes di pipinya.
"Lo bakal aman sama kita Dan, tenang aja," sahut Hardi, mencoba memberi rasa nyaman ketika Nadya sudah memeluk gadis itu.
Sementara itu, ketika di kelas telah heboh dengan kehadiran Dania yang tiba-tiba sesenggukan, tiga orang siswa dengan tampang begitu santai baru saja masuk dengan kening yang mengerut.
Mereka tidak tahu apa yang tengah terjadi saat ini, bahkan ketika bangku Dania menjadi pusat perhatian serta banyak dari mereka yang memberi semangat, membuat Damar memberhentikan salah satu pengurus OSIS yang berada di sana.
"Dia kenapa?"
Fajar, pengurus OSIS tersebut menoleh sebelum menjawab, "Dania hampir dilecehkan oleh Naufal."
Jawaban tersebut sontak membuat kedua mata Damar membelak, "kurang ajar!" kedua tangannya mengepal bersamaan dengan tatapannya yang menyorot raut sedih dari Dania. Gadis itu terlihat masih shock, hingga Nadya mencoba untuk menenangkannya.
Tanpa basa-basi lagi, Damar segera keluar dari kelasnya, berjalan begitu cepat di sepanjang koridor dengan gigi-giginya yang menggertak seolah tengah mengumpulkan segala emosi untuk ia lampiaskan pada seseorang yang kini asyik duduk bersantai di depan kelasnya sembari menebar tawa dengan temannya.
"BAJINGAN!"
Bug!
Satu bogem sebelum menarik kerah kemeja Naufal. Kini Damar mencoba mengulangi hal tersebut untuk yang kedua kalinya hingga sang empu jatuh tersungkur.
"BANGUN LO, ANJING!" Naufal dibuat lemas dengan pukulan yang dilayangkan Damar padanya. Apalagi ketika cowok itu mulai menarik kembali kerah kemejanya, lalu membawanya berjalan di sepanjang koridor hingga akhirnya mendorongnya begitu kuat di tengah-tengah lapangan.
Damar ingin menyelesaikan pertarungan ini sekarang.
Bug!
Bukan hanya satu bogem, melainkan beberapa bogeman yang telah mendarat di sekitar area wajah serta badan Naufal, membuat cowok itu hampir limbung.
Kesadarannya pun ikut memudar bersamaan dengan berbagai pasang mata yang menyorot keduanya, melongo.
"Stop, Mar! Berhenti---"
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Novela JuvenilJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...