71 - Eh, Ngelunjak!

49 4 0
                                    

BAB 71

Tubuhnya sudah berangsur pulih walau luka yang membekas di sekitar area wajahnya tak bisa menampik jika keadaannya belum seratus persen pulih.

Dua hari terakhir ini, Damar hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar. Rebahan, menonton TV, bermain ponsel, dan juga merecoki kedua sahabatnya yang tengah berada di sekolah dengan sebuah panggilan telepon hingga panggilan video.

"Damarr... coba tebak siapa yang datang."

Suara yang cukup nyaring dari arah luar, kontan membuat cowok itu menaruh kembali ponselnya di samping ranjang. Ia membenarkan letak duduknya, sebelum pintu kamarnya dibuka oleh Linda.

Damar terperangah, matanya berbinar bersamaan dengan senyuman di bibirnya yang mengembang sempurna.

Seorang gadis dengan dress biru muda lima centi di atas lutut, kini berdiri di ambang pintu sembari tersenyum ragu-ragu ketika melihat Damar yang nampak ... sehat.

Tunggu, bukannya kemarin cowok itu merintih kesakitan dan merengek pada Dania untuk ke rumahnya esok hari? Lalu hari ini, kenapa sangat kontras dengan tangisan yang ada di ujung telepon kemarin malam?

"Kemarin, dia ngigo. Manggil-manggil nama kamu terus, Dan."

Dania mendongak, memperhatikan wanita paruh baya yang kini asyik cekikikan menatap anaknya yang salah tingkah.

"Gak usah dibongkar juga kali, Bu Linda tersayanggg."

"Upss.. sorry Damar, keceplosan."

"Itu sih, sengaja. Bukan keceplosan lagi."

Cowok itu berdecih pelan, sang mama sudah membuat wajahnya memerah bak kepiting rebus.

"Yaudah kalau gitu, Tante tinggal dulu ya, Dan." Linda lantas beranjak dari sana. Membiarkan Damar dan juga gadis yang ada di mimpinya itu memiliki waktu untuk berdua. Iya, hanya berdua.

Dania mendekat ke ranjang Damar, wajahnya menatap ketus cowok yang kini menyengir lebar seraya melentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Seakan ingin memeluk gadis itu.

"Kampret! Gue udah panik, ternyata lo malah cengengesan aja!" sungut Dania seraya memukul Damar dengan guling berulang kali, hingga sang empu berteriak meminta ampun.

"Stop, Dan! Ampun!"

"Gak ada ampun buat manusia tukang tipu kaya lo!"

Bayangkan saja jika kalian menjadi Damar, akan semarah apa bila luka yang belum sepenuhnya pulih kini sengaja kembali dipukul walau dengan menggunkan benda yang terlalu keras. Pasti kan sakit, bukan?

Dan sialnya, guling yang menjadi senjata Dania kali ini menghantam tubuh Damar lumayan kencang, bahkan rasa nyeri itu kembali timbul.

"Kemarin lo nelpon gue sambil nangis-nangis, katanya kaki lo mau diamputasi! Gue udah khawatir sampai nunda acara bokap gara-gara pengin ketemu sama lo buat yang terakhir kali!"

"Heh, lo pikir gue mau mati?!"

"Ya siapa tahu malaikat maut mau manggil lo lebih cepat!"

Syok? Sudah pasti. Cowok itu menganga lebar bersamaan gelengan kepala yang menggambarkan betapa aneh gadis di hadapannya saat ini.

"Ta-tapi kan, gue cuma bercanda, Dan---"

"Bercanda lo gak lucu, bangsat! Pake bawa-bawa kaki mau diamputasi sampe minta maaf untuk yang terakhir kali! Kalau lo mau dipanggil sekarang, gue bisa kok, cekek leher lo!"

"Buset, bercanda lo lebih gak lucu!"

Dania mengerucutkan bibirnya, sebal. Ia berusaha menetralkan amarah serta deru napasnya. Perlahan, Damar menarik pergelangan tangan gadis itu, mengisyaratkan agar duduk di sebelahnya.

DUNIA DANIA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang