84 - It's Time for You to Die

59 5 0
                                    

Jangan lupa ikut PO novel kedua aku, STICKY NOTE.

BAB 84

Dania berusaha sadar dengan keadaan yang kini tengah membelenggu dirinya. Tangan serta kakinya kaku lantaran efek dari ikatan tali yang entah sejak kapan membuatnya ingin berteriak dan juga berontak.

Gadis itu tak mampu melihat apapun, ada kain penghalang yang saat ini terikat di kedua matanya. Bahkan mulutnya pun ikut tersumpal dengan kain tersebut.

Sadar dengan adanya pergerakan di kursi yang tengah Dania tempati, Royan segera berjalan ke arah gadis itu sembari memasang tampang liciknya.

Ia mendekat, sedikit menunduk guna mensejajarkan tubuhnya dengan Dania. "Hai, baby girl. Gimana keadaan lo? Not good, ya?"

Jika saat ini Dania bisa membuka matanya, mungkin ia akan membelak ketika tahu seseorang yang kini berjongkok di sebelahnya.

"Gue harap lo baik-baik aja, tapi.." Royan, pemuda itu sengaja menggantungkan ucapannya sebelum mendekat ... memberikan bisikan pada telinganya, "gak tahu sepuluh menit ke depan, mungkin lo akan mati."

Degup jantung Dania mulai berpacu dua kali lipat lebih cepat. Ia berusaha menyadarkan dan meyakinkan dirinya sendiri jika ini hanya sebuah mimpi. Dania tak mau berakhir tragis di depan iblis menyesatkan semacam Royan.

"Jangan berontak, seharusnya lo kasih kesan yang baik untuk hari terakhir lo."

Senyum Royan mengembang sempurna, penuh kelicikan dan juga akal bulus yang sudah terencana jauh-jauh hari.

Ia pun bangkit berdiri, berjalan mendekat ke arah Damar yang tak kunjung sadarkan diri sebelum akhirnya menekan kuat rahang pemuda itu. "Jangan harap lo akan selamat! Justru, yang akan lebih dulu mati adalah lo, Mar!"

Dania tak bisa melihat dan juga berteriak, tapi ia masih memiliki dua telinga yang berfungsi sepenuhnya. Gadis itu yakin jika dirinya tak salah dengar, bahkan ia mendengar sebuah bogeman menghantam tubuh seseorang.

Jika kain penghalang itu dibuka, mungkin kedua matanya saat ini sudah bercucuran air mata. Rasa takut dan juga khawatir seakan tak lepas dari gadis itu. Ia tahu jika ada orang lain yang menjadi korban selain dirinya.

"Pasti itu Damar," batinnya, ikut menerka-nerka. 

Suara derap langkah kaki kembali terdengar. Royan berjalan ke arah meja yang berada tak jauh darinya.

Ia mengamati beberapa benda yang terletak di sana. Mulai dari ujung kiri, hingga kanan, Royan seakan dibuat bingung ketika hendak memilih senjata mana yang sekiranya cocok untuk mengakhiri kedua orang di belakangnya.

"Apa yang perlu dibingungkan, Roy?" Rendra datang, membawa dua gelas wine, sebelum memberikan satu kepada sang anak.

"Semua senjata tajam yang berada di sini, Papa jamin bisa buat mereka mati saat itu juga."

Royan menegak wine-nya, sebelum berbalik badan. Sempat merasa tak kuasa ketika melihat benda tersebut, namun di sisi lain ia harus melakukannya.

"Jangan pikir panjang lagi, Roy. Lebih cepat lebih baik!" seru Rendra ketika melihat Royan menjauh dari sana.

Pemuda itu berlari kecil menuju jeep-nya. Ia teringat dengan benda yang selalu dibawanya kapanpun.

Setelah menemukannya, Royan segera masuk ke dalam. Bergegas menuntaskan tugasnya, sebelum semua rencananya diketahui oleh orang lain. Karena dirinya baru ingat jika Sam tengah mencoba memburunya, bisa dipastikan jika pria itu masih mencarinya.

DUNIA DANIA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang