BAB 52
Dania memang lebih dulu keluar dari perpustakaan bersama dengan Hardi, sengaja meninggalkan Nadya yang masih terlibat perseteruan hati dengan Fathur.
"Kayanya setelah ini Fathur bakal jadi trendsetter, deh."
Sambil berjalan menyusuri koridor, Dania dan juga Hardi mulai mengomentari Fathur yang semakin mengeluarkan taringnya di dunia literasi.
Pemuda itu seakan memberi tahu kepada semua orang jika dirinya memang bisa dan juga layak disebut seseorang yang memiliki kemampuan. Bukan dalam hal mencari masalah, namun dalam hal mencari ide.
"Kalau diasah lagi, gue yakin ... kepintaran dia bakal melebihi lo."
"Tapi untungnya gak diasah, jadi gue masih ada kesempatan buat pertahanin ranking pertama."
Hardi ini memang berambisi untuk mempertahankan predikatnya sebagai pemegang ranking satu dari kelas sepuluh hingga sekarang. Belum ada yang bisa mengalahkannya, sekalipun Nadya yang otaknya sebelas dua belas dengan pemuda itu.
"Astagfirullah.." Dania telonjak kaget tatkala langkahnya terhalang oleh sosok yang membuatnya hampir jantungan.
Damar tiba-tiba saja muncul dari balik pintu, mengagetkan dirinya dan juga Hardi secara bersamaan.
"Lagi kumat lo?" tanya gadis itu ketus, melihat betapa menjijikkannya cowok di hadapannya.
Ya, bagaimana tidak ilfeel coba? Saat ini Damar belagak sok ganteng dengan menyisir rambutnya ke belakang, menaik turunkan alisnya, dan tak lupa menyemprotkan parfum yang begitu semerbak layaknya minyak nyong-nyong.
"Lagi lihat masa depan."
Sumpah, demi apapun, Dania ingin segera menghilang saja dari muka bumi.
Mendengar pernyataan jayus yang terlontar dari mulut Damar, langsung membuatnya bergidik ngeri.
"Ieuwww.. najis."
"Eh.. tunggu, lo mau kemana?" Dengan segera, Damar menahan lengan Dania kala gadis itu hendak beranjak dari sana.
"Mau masuk lah, emang ngapain di sini sama orang stres kaya lo?"
"Jangan masuk dulu, dong."
Damar kembali menahan Dania, kali ini disertai kode pada Hardi agar cowok itu bisa menyingkir dari sana, membiarkan dia dan sang mantan berduaan.
"Gue duluan, Dan." Tanpa menunggu persetujuan dari Dania, Hardi lantas beranjak dari sana walau di belakangnya ada gadis yang sudah uring-uringan.
"Mau lo apa sih, Mar?"
"Santai, Dan, gue cuma mau ngasih pantun buat lo, kok."
"Ngasih tuh, duit. Pantun doang mana bisa buat jajan seblak."
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Fiksi RemajaJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...