45 - Latar Belakang Royan

53 6 0
                                    

BAB 45

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 45

Royan tak henti-hentinya berucap syukur saat semua berjalan sesuai rencana, walau yang dialamimya malam ini benar-benar di luar dugaan.

Sebelumnya, ia tak pernah menduga jika harus bertemu dengan Dania di waktu yang tidak tepat. Tetapi untungnya, berkat keterlibatan Damar di sana, membuat gadis itu lebih cepat berlalu meninggalkannya. Berat sih, tapi Royan berusaha untuk tetap tenang agar Dania tidak lagi bertanya-tanya.

Setelah memakirkan motornya di garasi, Royan lantas segera masuk ke dalam rumahnya. Menyusuri setiap lantai rumah gedongan itu, sebelum langkahnya berhenti tepat di depan ruang kerja sang papa.

Royan menarik napasnya dalam, mengeluarkan perlahan sebelum akhirnya mengetuk pintu di hadapannya.

Tok.. tok.. tok..

"Masuk." Suara bariton yang berasal dari dalam ruangan, membuat Royan menekan kenop pintu.

Pria paruh baya yang saat ini tengah bercengkrama dengan seseorang lewat sambungan telepon itu pun, lantas mendongak, menyuruh Royan untuk duduk di kursi yang berada di depannya setelah kode dari matanya tertangkap oleh sang anak.

"Masalah akuisisi, saya rasa kita bicarakan besok saja, karena malam ini saya masih ada kepentingan lain."

Royan menunduk, melepas tas yang berada di gendongannya. Ia dekap tas tersebut ... seakan orang lain tak boleh merebutnya.

"Aman, kan?" tanya pria itu, setelah menutup sambungan teleponnya. Royan mengangguk ragu, "Jadi, mana hasilnya?" Lagi, kali ini ia mengulurkan tangannya pada Royan.

Entah karena efek dari gugup atau ketakutan, tangan Royan tiba-tiba saja gemetar, disertai keringat dingin yang muncul di telapaknya.

"Kenapa gugup, takut?"

Royan mengangguk, lalu menyerahkan uang gepokan dengan nominal yang tak main-main tersebut kepada sang papa, bersamaan wajahnya yang semakin menunduk.

"Tidak perlu takut, Roy, kamu ini anak Rendra Yashtanto, semua orang akan takluk kalau mendengar nama Papa mu."

Rendra mengambil alih uang tersebut, menghitung setiap lembarnya, diiringi senyuman miring ketika sang anak memalingkan wajah---layaknya seorang brandal yang tertangkap polisi.

"Angkat wajah kamu, Roy, Papa gak suka anaknya terlihat tertekan seperti itu. Contohlah Kakakmu, dia selalu menyombongkan dirinya dengan nama besar Papa."

Royan perlahan mendongak, melihat Rendra yang memasang raut bangga.

Ia memang berbeda dengan sang kakak. Bisa dikatakan, kakak Royan memiliki tingkat kesombongan yang begitu tinggi, sedangkan Royan memilih untuk menjalani hidup dengan kesederhanaannya. Ia tak mau, walau ia bisa melakukannya.

DUNIA DANIA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang