BAB 31
Ada sedikit rasa bersalah ketika kedua langkah yang tadinya perlahan mendekat, tiba-tiba harus mundur lumayan jauh karena sebuah ego belaka.
Fathur dan juga Dikta baru merasakannya sekarang, melihat Damar terbaring lemah di ranjang UKS, membuat keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Harusnya gue tadi nggak ninggalin lo, Mar."
"Gue pengin narik lo dari sana, tapi entah kenapa ego gue masih terlalu tinggi buat rangkul dan bawa lo pergi."
Mereka saling bertukar pandang satu sama lain, menyesali segala bentuk protes yang tadinya dilayangkan oleh keduanya, sebelum suara decitan pintu UKS membuat mereka menoleh.
Royan masuk, membawa serta kantung kresek seraya mendekat ke arah Dania, mengulurkannya pada gadis itu sebelum beranjak keluar dari sana.
"Royan!" Tak mempan, segala bentuk teriakan yang Dania lontarkan nampaknya tak akan manjur sekalipun ia sudah effort untuk lari, mengejar cowok itu.
"Roy, berhenti dulu."
Royan masih memasang tampang kesalnya sembari terus berjalan. Ia tak mau berhenti ataupun sekadar menoleh ke belakang guna memastikan keadaan gadis yang masih mengejar dan berusaha menahan pergelangan tangannya.
Dania siap menerima konsekuensi jika Royan mengetahui maksud terselubungnya beberapa jam yang lalu. Ia bahkan telah menyiapkan mental untuk menghadapi kemarahan cowok itu. Akan tetapi sebuah pernyataan lugas yang telah ia siapkan dalam benaknya tiba-tiba buyar ketika Royan telah menatapnya begitu nyalang.
"Lo tahu kan, effort gue ke lo kaya gimana?"
"G-gue ngerti, tapi---"
Brak!
Dania refleks menutup kedua telinganya ketika kaki kanan Royan menendang bangku di sebelahnya. Tangannya mengepal kuat, mendekat ke arah gadis itu sebelum mencengkram kuat pergelangan tangannya serta sedikit memberikan gertakan.
"Setidaknya hargai cowok yang udah berjuang buat lo, Dan! Jangan malah mikirin nasib cowok lain yang berstatus sebagai mantan lo!"
Tangan Dania didorong perlahan sembari melepasnya. Royan masih menunjukkan amarahnya tanpa peduli asumsi buruk dari gadis itu. Ia seakan cuek bila nanti Dania muak dengan sifatnya yang seperti ini.
"Roy, gue minta maaf sama lo. Gue sama sekali nggak ada maksud buat mikirin Damar. Gue cuma kasihan---"
"Gue tahu semua itu cuma omong kosong! Jadi, berhenti buat alasan yang bikin gue tambah muak lihat muka lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Ficção AdolescenteJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...