85 - Pergi?

79 8 0
                                    

Visual cast yang lain bisa kalian lihat di bagian akhir part 3, 4, 5, 9, 13.

BAB 85

Jika sorakan yang saat ini dilontarkan adalah sorakan bangga serta penanda kemenangan, mungkin Serina akan menyombongkan dirinya dengan berjalan di sepanjang koridor dengan dagu yang terangkat angkuh.

Namun, khayalan itu rupanya hanya bisa ia ratapi ... mengingat saat ini semua anak BM berlomba-lomba menghujamnya dengan kata-kata kasar dan juga sorakan penuh kekesalan.

Serina menutup kedua telinganya setelah keluar dari ruang kepala sekolah bersama sang ayah. Seolah tak menggubris tindakan murid lain terhadap anaknya, pria paruh baya yang kini tengah sibuk mengangkat telepon itu justru melenggang terlebih dahulu dari sana.

"Papa!" teriak Serina, namun tak ada sahutan dari pria itu.

Decakan serta umpatan berulang kali ia lontarkan sebelum langkahnya memelan kala melihat seseorang tengah berdiri tenang di hadapannya.

"Ini kan, yang lo mau, hmm?" Gadis itu menghampiri Vantika yang sedari tadi melihatnya dari kejauhan.

"Gimana, udah puas? Sekarang, gak bakal ada yang ngehalangin lo buat menjadi seorang pahlawan kesiangan!"

Serina dibutakan oleh amarah, seorang sahabat yang dahulu selalu bersamanya kini justru menjadi senjata yang sangat berbahaya hingga berusaha untuk menjatuhkannya.

Ia mengaku kalah, Serina tak mau memaksakan kehendak dengan tetap bersekolah di BM. Ia lebih memilih hengkang terlebih dahulu daripada harus dikeluarkan dengan tak terhormat.

Bahkan, ketika pihak sekolah belum memberikan putusan drop out pun Serina merasa jika dirinya telah dipandang rendah oleh sebagian besar murid BM.

"Mulai sekarang, lo bebas cari muka sama siapapun!"

Setelah mengatakan hal itu, Serina lantas beranjak dari sana. Teriakan serta sorakan dari arah belakang kembali terdengar bersamaan dengan jari tengah gadis itu yang terangkat sempurna.

"Semoga Serina bisa tobat di habitatnya yang baru, ya."

"Haha.. lo samain dia sama badak jantan?"

"Monyet sih, lebih tepatnya."

"Monyet pun lebih pinter daripada dia!"

Gelak tawa dari Fathur dan juga Dikta menghiasi koridor yang kini mulai ramai dengan beberapa orang berhamburan ke tepi lapangan.

Vantika hanya bisa tersenyum tipis sebelum akhirnya memilih beranjak dari sana. "Van, mau kemana?" seru Dikta, ketika sadar jika gadis itu hendak pergi.

"Mau balik ke kelas."

"Lo baik-baik aja, kan?" tanya Dikta, terlihat khawatir saat melihat raut wajah gadis itu.

Dikta bukan sekadar menebak-nebak buah manggis, tapi dirinya sangat yakin jika Vantika tak merasa nyaman dengan tindakan yang dilakukan Serina. Entah yang mereka katakan tadi mengenai apa, namun Dikta yakin jika hal itu berkaitan dengan masalah keduanya.

"Kalau lo butuh apa-apa, bilang ke gue, ya. Jangan sungkan."

Setelah mengatakan itu, Dikta lantas beranjak dari sana, mengikuti ketiga sahabatnya yang telah berlalu ke kelas.

DUNIA DANIA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang