BAB 40"Masuk, Dan, gak usah sungkan."
Dania memberikan senyum tipis kepada cowok di sebelahnya. Pulang sekolah tadi, ia sengaja memberitahu Sam agar tidak perlu menjemputnya karena dirinya masih ada kepentingan di sekolah.
Namun yang sebenarnya terjadi, Dania memang berniat untuk menyetujui ajakan dari Royan dimana cowok itu mengajak Dania pergi ke kediamannya.
Rasa canggung memang ada, tapi sebisa mungkin Dania harus bisa mengendalikan rasa itu walau kini jantungnya berdegup tak tenang kala Royan membawanya ke lantai dua.
"Di rumah gak ada orang, Roy?" tanya gadis itu ketika menyadari begitu hening, senyap, serta sepi rumah Royan. Padahal bangunan tersebut bisa dibilang begitu megah, namun mengapa terlihat begitu sepi?
"Bokap kerja, kakak belum pulang, tapi nyokap ada di kamar kok ... kita ke kamar dia aja, ya."
Tidak meninggalkan protes, Dania justru mengangguk tanpa membantah dan merengek untuk kembali pulang. Kali ini, gadis itu begitu excited, apalagi saat Royan membuka pintu kamar di hadapannya.
Keduanya masuk, mendekat ke arah dua orang yang kini tengah duduk di sisi ranjang dan juga duduk di ... kursi roda.
"Biar saya aja, Bi." Royan mengambil alih piring yang tadi dipegang oleh wanita paruh baya, bertempat duduk di sisi ranjang. Dia ternyata salah satu pengurus rumah ini.
"Pasti tadi Ibu gak mau makan, iya kan?" tebak pemuda itu setelah duduk menggantikan sang bibi.
Paramita---ibu Royan, tersenyum hangat sebelum akhirnya menerima suapan dari sang anak serta melirik sesaat gadis yang berdiri tak jauh darinya.
Sadar jika kehadiran Dania membuat sang ibu salah fokus, Royan lantas menarik pergelangan tangan Dania pelan. "Ini Dania, teman aku di sekolah."
"Hai Tante, saya Dania," ucapnya memperjelas sebelum menjabat wanita paruh baya itu.
Dania lantas mengambil duduk di sebelah Royan, memandangi pemuda itu dari samping sebelum sorot keduanya saling bertubrukan.
Entahlah, hari ini pikirannya penuh dengan kekaguman dari diri Royan. Ia tak pernah menyangka jika ternyata cowok itu lebih kuat dari yang ia bayangkan sebelumnya.
"Dania cantik, ya."
Mendengar satu kalimat yang terlontar dari mulut Paramita, membuat kedua remaja itu mengalihkan pandangan ke wanita itu.
"Iya, kaya ibu, cantik."
Berbeda dengan biasanya, kali ini Dania benar-benar merasa tersanjung dengan ucapan Paramita. Ia memang sering mendapat pujian, akan tetapi ketika mendengar wanita itu berujar demikian, rasanya berbeda.
Royan kembali menatap Dania, senyum gadis itu masih bertengger manis di bibirnya. "Kalau senyum, sih, cantik. Tapi kalau lagi marah, seketika berubah jadi nenek lampir."
Hei, sembarangan. Hendak mendengus, namun tenaganya lebih dulu ia realisasikan untuk menabok punggu Royan. Sungguh, cowok itu membuka kedoknya.
"Jangan kaya gitu, Roy, malu tau."
"Haha.. bercanda, Dan." Royan masih terkekeh, sementara Dania sudah mengerucutkan bibirnya kesal.
"Maafin Royan ya, dia memang suka gitu ... jahil."
Kompak, giliran ketiganya saling melempar tawa.
Kini ruangan yang tadinya begitu senyap, dan juga hening, mendadak kembali hidup dengan gelak tawa dari mereka. Royan begitu merindukan momen ini, melihat sang ibu tertawa lepas ketika bercengkrama dengan Dania, sembari menerima suapan demi suapan darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA DANIA ✅
Roman pour AdolescentsJika tidak diadakannya razia dadakan dari dewan guru beserta anggota BNN, mungkin Dania tidak akan mengetahui bila salah seorang teman dekatnya kedapatan membawa paket terlarang, yaitu narkoba. Semua kedekatan bermula dari sana. Atas rasa penasaran...